BantenEkspose.com - Kita , di kampung-kampung jika dengar bacaan setelah adzan Maghrib oleh muadzin adalah sholawatan atau tembang lokal se...
BantenEkspose.com - Kita, di kampung-kampung jika dengar bacaan setelah adzan Maghrib oleh muadzin adalah sholawatan atau tembang lokal sebagai pengingat waktu mau sembahyang sholat. Akrab telinga kita adalah sholawat al-kamilah, atau sholawat lainya. Sejuk dan damai.
Kini, telinga mendengarnya berbeda. Rupanya bacaan ada yang baru, entah ini dari mana asal usulnya, seolah ini adalah sholawat. Lama saya berdiam untuk merasakan enaknya dengar lantunan tersebut. Lalu saya tanya, itu bacaan apa? Dijawabnya adalah sholawatan jelang sholat fardhu atau setelah adzan usai, sambil nunggu imam sholat siap.
Ingatan kemudian ke tahun 1999, saat itu saya ijazah kalimat itu kepada al-Alim al-Arif Billah Abuya KH. Muhtadi Dimyathi Cidahu Pandeglang, bacaanya percis apa yang didendangkan usai adzan tersebut yang kini jadi sudah biasa. Namun, itu bukan sholawat tapi adalah Hizib. Hizib pastinya bukan sholawat.
Hizib al-Autad
الله الكافي قصدت الكافي و وجدت الكافي لكل الكافي مغني الكافي و نعم الكافي و لله الحمد
Hizib ini, adalah milik Sulthon al-Auliya Quthub Robbani wa al-Shomadani Syaikh al- Akbar Abdul Qodir al-Jailani, yang jika sesuai ijazah dari sang guru adalah dibaca 777 kali tengah malam, dan 77 kali setelah sholat fardhu dengan puasa putih selama 7 hari.
Hizib ini lumrah dikenali santri se-Nusantara tentunya ( kecuali santri pondok modern ), meski terkadang versi kalimatnya berbeda satu sama lainnya. Bergantung sanadnya saat ijazahnya tersebut. Hari mulai puasanya pun diambil di tanggal setelah tanggal 14 di bulan Hijriyah dan diawali hari Selasa.
Apa Itu Hizib
Mungkin diantara kita belum tahu apa itu Hizib, karena cenderung memahami Hizib sebagai ilmu kejadugan atau kesaktian. Menanggapi akan itu, saya rasa tak salah mengambil 2 kitab rujukan untuk kemudian menjadi petunjuk mengenali Hizib. Ini persepektif sufisme Imam Abu Hasan al-Syadzili.
1- al-Mafakhir al-Aliyah fi ak-Maatsiri al-Syadziliyah
ان حقيقة الحزب هو الورد الوارد المعمول به تعبدا و نحوه .
Artinya : hakikat Hizib adalah wiridan yang sudah jadi wiridan ( bacaan Rosulullah Saw ) yang dikerjakan untuk menguatkan ibadah dan semacamnya.
1- al-Mafakhir al-Aliyah fi ak-Maatsiri al-Syadziliyah
ان حقيقة الحزب هو الورد الوارد المعمول به تعبدا و نحوه .
Artinya : hakikat Hizib adalah wiridan yang sudah jadi wiridan ( bacaan Rosulullah Saw ) yang dikerjakan untuk menguatkan ibadah dan semacamnya.
الحزب في الاصطلاح هو مجموع اذكار و ادعية و توجهات وضعت للذكر و التذكر و التعوذ من الشر و طلب الخير استناج المعارف و حصول العلم مع جمع القلب على الله.
Artinya : Hizib menurut istilah ( episteme ) adalah kumpulan dzikir, doa, dan tawajjuhan ( permohonan ) yang ditempatkan sebagai dzikir, penginat, dan meminta lindungan dari perbuatan jelek dan berharap perbuatan baik. Hingga berharap buahnya ilmu makrifat, hasilnya ilmu manfaat bersama berkumpulnya hati atas Allah SWT.
Bahkan, pendiri Tarekat Syadziliyah ini (Imam Abu Hasan Ali al-Syadzili) memperjelas kumpulan Hizib yang disusunnya itu sebagai yang menghimpun, yaitu.
ان احزاب الشيخ رضي الله عنه جامعة بين افادة العلم و ادب التوحيد و تعريف الطريقة و تلويح الحقيقة و ذكر جلال الله تعالى و عظمته و كبريته
Artinya : Sesungguhnya semua Hizibnya Syaikh Abu Hasan Syadzili yang mengumpulkan antara keutamaan ilmu, adab tauhid, penjelasan tarekat, menzahirkan hakikat, mengingat keagungan Gusti Allah SWT , kebesarannya.
2. Miftahu al-Falah wa Mishbahu al-Arwahi
Dalam kitab ini Syaikh Sayyid Ahmad bin Athoillah al-Iskandari, tidak menggunakan istilah Hizib tapi dzikir. Ini juga salah satu murid Imam Abu Hasan al-Syadzili lebih pada intinya bahwa Hizib adalah sekaligus dzikir.
الذكر هو ترديد اسم المذكور بالقلب و اللسان.
ذكر الله او صفة من صفاته او حكم من احكامه او فعل من افعاله او استدلال على شيء من ذلك او دعاء او ذكر رسله او انبياءه او اولياءه او من انتسب اليه او تقرب اليه بوجه من الوجوه او سبب من الاسباب او فعل من الأفعال
Dalam kitab ini Syaikh Sayyid Ahmad bin Athoillah al-Iskandari, tidak menggunakan istilah Hizib tapi dzikir. Ini juga salah satu murid Imam Abu Hasan al-Syadzili lebih pada intinya bahwa Hizib adalah sekaligus dzikir.
الذكر هو ترديد اسم المذكور بالقلب و اللسان.
ذكر الله او صفة من صفاته او حكم من احكامه او فعل من افعاله او استدلال على شيء من ذلك او دعاء او ذكر رسله او انبياءه او اولياءه او من انتسب اليه او تقرب اليه بوجه من الوجوه او سبب من الاسباب او فعل من الأفعال
Artinya: Dzikir itu mengulang penyebutan nama yang diingat dengan hati dan ucapan. Dzikir pada Allah, sifatnya, hukumnya dari hukum-hukumnya, perbuatan dari banyak perbuatan. Mengambil petunjuk dari sesuatu apakah itu doa, dzikirnya Rosulullah Saw, dzikir para nabi, dzikirnya para wali dan sekaligus yang mengambil nasab dan sanad atasnya.
Bagi, Syaikh Sayyid Ibnu Athoillah al-Iskandari dalam karyanya yang lain yaitu Lathoifu al-Minan, bahwa Hizib itu " adzkarun mutafarriqotun " ( dzikir-dzikir yang terpisahkan ). Namun untuk mengatakan Hizib adalah dzikir juga bukan satu sikap kekayaan dari sang Sayyid tersebut. Ini bisa kita pahami sebagai penglihatan atas substansi Hizib yang memang isinya adalah kumpulan dzikir.
Untuk Apa Hizib
Hizib di atas adalah satu dari sekian Hizib yang dimiliki para Wali Allah. Terkhusus Hizibul Autad adalah miliknya Imamnya Tarekat Qodiriyah wa naqsabandiyah yakni Sulthon Auliya Syaikh Abdul Qodir al-Jailani. Maka dari itu mendudukkan sesuatu pada posisinya yang benar untuk kemudian tidak menjadi dzolim akibat ketidaktahuan.
Hizib di atas adalah satu dari sekian Hizib yang dimiliki para Wali Allah. Terkhusus Hizibul Autad adalah miliknya Imamnya Tarekat Qodiriyah wa naqsabandiyah yakni Sulthon Auliya Syaikh Abdul Qodir al-Jailani. Maka dari itu mendudukkan sesuatu pada posisinya yang benar untuk kemudian tidak menjadi dzolim akibat ketidaktahuan.
Maka bacaan diatas tersebut jangan lantas itu disebut " sesolawatan " tapi itu betul-betul Hizib. Meski dalam Hizib ada barisan yakni bacaan sholawat. Ini dimaksud menjauhi distorsi atas makna dan kata. Jika masih bisa diluruskan kenapa tidak ?.
Hizib itu utamanya untuk.
- Isyghalan Li al-Tholibin ( menguatkan kecenderungan harapan ).
- I'anatan Li al-Muridin ( pertolangan atas murid-murid yang tengah mencari derajat kewalian ).
- Taqwiyatan Li al-Muhibbin ( menguatkan kecintaan kepada Allah SWT).
- Harmatan Li al-Muntasibin ( kemulyaan yang mengikutinya atau bernasab padanya ).
- Tarqiyatan Li al-Mutawajjihin min al-Ubbad wa al-Zuhhadi ( pengangkat bagi yang tengah berhadapan dengan Allah SWT baik dari ahli ibadah maupun ahli Zuhud ).
-Fathan Li al-Babi ( pembuka pintu dari keadaan awam).
- Isyghalan Li al-Tholibin ( menguatkan kecenderungan harapan ).
- I'anatan Li al-Muridin ( pertolangan atas murid-murid yang tengah mencari derajat kewalian ).
- Taqwiyatan Li al-Muhibbin ( menguatkan kecintaan kepada Allah SWT).
- Harmatan Li al-Muntasibin ( kemulyaan yang mengikutinya atau bernasab padanya ).
- Tarqiyatan Li al-Mutawajjihin min al-Ubbad wa al-Zuhhadi ( pengangkat bagi yang tengah berhadapan dengan Allah SWT baik dari ahli ibadah maupun ahli Zuhud ).
-Fathan Li al-Babi ( pembuka pintu dari keadaan awam).
Penutup
Saya kira perlu juga meluruskan meskipun itu tidak termasuk salah fatal. Bahkan awal yang bagus juga bagi yang tahu bahwa sesungguhnya Hizib al-Autad adalah " kesaktian " yang hanya dimiliki oleh yang mau mengamalkannya. Entah kebetulan atau bukan, bahwa nama al-Autad juga nama kelompok wali, salah satunya adalah sang Quthub.
Saya kira perlu juga meluruskan meskipun itu tidak termasuk salah fatal. Bahkan awal yang bagus juga bagi yang tahu bahwa sesungguhnya Hizib al-Autad adalah " kesaktian " yang hanya dimiliki oleh yang mau mengamalkannya. Entah kebetulan atau bukan, bahwa nama al-Autad juga nama kelompok wali, salah satunya adalah sang Quthub.
Ini, menjadi beban fikiran jika tidak disampaikan. Semoga kiita tidak terkecoh pada soal soal agama, yang terkadang harusnya bukan cakupan agama tapi ditarik seperti bagian dari ajaran agama.
Bagi saya beragama itu adalah kegembiraan dalam totalitasnya tunduk pada hukum Allah. Kepada yang lainnya juga untuk merasa damai, tenang, nyaman ketika kita bersikap agama sesuai dengan yang sebenarnya. Adab menjadi yang utama dalam beragama. Induk adab itu adalah pribadi Rosulullah Saw, karena beliau adalah " Uswatun Hasanah " (teladan yang baik dan bagus).
Bagi saya beragama itu adalah kegembiraan dalam totalitasnya tunduk pada hukum Allah. Kepada yang lainnya juga untuk merasa damai, tenang, nyaman ketika kita bersikap agama sesuai dengan yang sebenarnya. Adab menjadi yang utama dalam beragama. Induk adab itu adalah pribadi Rosulullah Saw, karena beliau adalah " Uswatun Hasanah " (teladan yang baik dan bagus).
Penulis: Hamdan Suhaemi
Ketua PW Rijalul Ansor Prov. Banten
COMMENTS