QS. Al Ma'un 4-7, Siapakah Orang Salat yang Celaka?
0 menit baca
Tafsir Ringkas Kemenag
Maka binasa dan celakalah orang yang salat yang memiliki sifat-sifat
tercela berikut. Yaitu orang-orang yang lalai terhadap salatnya, di antaranya
dengan tidak memenuhi ketentuannya, mengerjakannya di luar waktunya, bermalas-malasan,
dan lalai akan tujuan pelaksanaanya.
Tidak hanya itu, mereka jugalah orang-orang yang berbuat ria, baik dalam
salatnya maupun semua perbuatan baiknya. Dia beramal tanpa rasa ikhlas,
melainkan demi mendapat pujian dan penilaian baik dari orang lain.
Dan di samping itu, mereka juga enggan memberikan bantuan kepada sesama,
bahkan untuk sekadar meminjamkan barang keperluan sehari-hari yang sepele. Hal
ini mengindikasikan buruknya akhlak mereka kepada orang lain. Dengan begitu,
lengkaplah keburukan mereka. Selain tidak beridabah kepada Tuhan dengan
sempurna, mereka pun tidak berbuat baik kepada manusia.
Tafsir Kemenag
Dalam ayat-ayat ini, Allah mengungkapkan satu ancaman yaitu celakalah
orang-orang yang mengerjakan salat dengan tubuh dan lidahnya, tidak sampai ke
hatinya. Dia lalai dan tidak menyadari apa yang diucapkan lidahnya dan yang
dikerjakan oleh anggota tubuhnya. Ia rukuk dan sujud dalam keadaan lalai, ia
mengucapkan takbir tetapi tidak menyadari apa yang diucapkannya.
Semua itu adalah hanya gerak biasa dan kata-kata hafalan semata-mata yang
tidak mempengaruhi apa-apa, tidak ubahnya seperti robot.
Perilaku tersebut ditujukan kepada orang-orang yang mendustakan agama,
yaitu orang munafik. Ancaman itu tidak ditujukan kepada orang-orang muslim yang
awam, tidak mengerti Bahasa Arab, dan tidak tahu tentang arti dari apa yang
dibacanya. Jadi orang-orang awam yang tidak memahami makna dari apa yang
dibacanya dalam salat tidak termasuk orang-orang yang lalai seperti yang
disebut dalam ayat ini.
Allah selanjutnya menambah penjelasan tentang sifat orang pendusta agama,
yaitu mereka melakukan perbuatan-perbuatan lahir hanya semata karena ria, tidak
terkesan pada jiwanya untuk meresapi rahasia dan hikmahnya.
Allah menambahkan lagi dalam ayat ini sifat pendusta itu, yaitu mereka
tidak mau memberikan barang-barang yang diperlukan oleh orang-orang yang
membutuhkannya, sedang barang itu tak pantas ditahan, seperti periuk, kapuk,
cangkul, dan lain-lain.
Keadaan orang yang membesarkan agama berbeda dengan keadaan orang yang
mendustakan agama, karena yang pertama tampak dalam tata hidupnya yang jujur,
adil, kasih sayang, pemurah, dan lain-lain. Sedangkan sifat pendusta agama
ialah ria, curang, aniaya, takabur, kikir, memandang rendah orang lain, tidak
mementingkan yang lain kecuali dirinya sendiri, bangga dengan harta dan
kedudukan, serta tidak mau mengeluarkan sebahagian dari hartanya, baik untuk
keperluan perseorangan maupun untuk masyarakat. (sumber: laman kemenag)