Bantenekspose.com - Lebak Pari, sebuah kampung yang terletak di D esa Lebak Peundeuy Kecamatan Cihara Kabupaten Lebak, Banten. Kampung ini...
Bantenekspose.com - Lebak Pari, sebuah kampung yang terletak di Desa Lebak Peundeuy Kecamatan Cihara Kabupaten Lebak, Banten. Kampung ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Cigemblong. Agak terpelosok memang. Untuk sampai di Kampung ini, kita bisa menggunakan roda dua dan empat. Dari pasar Sukahujan Desa Pondok Panjang (Jalan Raya Malingping – Bayah), masuk ke jalan Desa Ciparahu dengan dengan jarak tempuh sekitar 13 kilometer.
Namun siapa sangka, di kampung ini terbentuk sebuah komunitas anak kampung yaitu Ikatan Remaja Aktif (IKRA) yang dimotori oleh Dede Ilyana, pria kelahiran 1997. Tak hanya itu, Kehadiran komunitas tersebut telah mampu memberikan kontribusi positif untuk kemajuan masyarakat dan tanah kelahirannya.
"Sebelumnya, kampung ini seperti mati tak ada kegiatan apapun, baik dalam bidang keagamaan (PHBI) maupun peringatan hari besar lainnya," kata Dede.
Dede juga menuturkan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, para pemuda (remaja) dihadapkan dengan berbagai tantangan persoalan yang berada di tengah-tengah masyarakat. Diantaranya kemiskinan, pengangguran, ketertinggalan dalam pembangunan, minimnya pendapatan ekonomi masyarakat, dan rendahnya sumber daya manusia (SDM) yang ada. Bukankah, hal tersebut menjadi bagian tugas bersama?
Geliat pemuda kampung lewat IKRA, diakui Dede, semakin lengkap saat Mursyid pemuda setempat, kembali balik kampung dari perantauan di wilayah sang bumi ruwa jurai, selepas menuntaskan pendidikan sarjana di Universitas Bandar Lampung (UBL) pada tahun 2017, sebuah kampus swasta ternama di Provinsi Lampung.
Bagi Musryid, yang sempat aktif di pergerakan mahasiswa, bukan hal mustahil merubah kelemahan menjadi keunggulan, ketertinggalan menjadi keniscayaan, dan impian menjadi kenyataan. Jika hal itu ada kemauan, niat, tekad dan semangat yang kuat.
"Bahkan ada lagi strategi yang jitu, yakni kekompakan dan kebersamaan. Hal itulah yang menjadi senjata bagi anggota komunitas dan masyarakatnya saat ini," ujar Mursyid.
Selain itu, lanjut Mursyid, perlu adanya penyelarasan antara pemikiran, pemahaman, ide dan tujuan antara penggerak dengan orang yang digerakannya. Tentu hal itu tak semudah mebalikan telapak tangan, perlu adanya edukasi dan action yang konkret.
"Salah satu alternatif yang diambil dalam memberikan edukasi dan menumbuhkan kesadaran bersama, yakni dengan cara gerakan literasi kampung," imbuhnya.
Dituturkan Mursyid, sejak Juli 2019 lalu, anggota dan pengurus IKRA mencoba menggagas dan menetapkan bahwa gerakan literasi menjadi bagian dari perogram utama. Alasannya, dengan lietrasi akan bisa menyelaraskan pemikiran, pemahaman dan tujuan yang akan dicapai.
"Setelah itu, pengurus IKRA bersepakat untuk mendirikan sayap komunitasnya dengan diberi nama Taman Bacaan Masyarakat (TBM) IKRA Lebak Pari," beber Mursyd.
Langkah demi langkah, Mursyd dan Dede, terus menyosialisasikan gerakan literasi di kampung Lebak Pari. IKRA mengawali dengan cara meyelenggarakan kegiatan “SAKOLA UMUM”, dalam rangka memperingati HUT ke-74 RI dengan mengangkkat tema “Menggali Potensi Lokal Berbasis Budaya dan Lingkungan”.
"Dalam kesempatan itu pula, IKRA menghadirkan pembicara tokoh literasi nasional asal Kabupaten Lebak, Jaro Ruhandi yang saat ini sedang menjabat Kepala Desa Warungbanten," ujar Mursyid.
Ulin Sore
Tak berhenti sampai disitu, gerakan-gerakan literasi lainnya pun dilakukan seperti diskusi rutin mingguan, bercocok tanam, berdagang dan gotong royong, hingga akhirnya menghasilkan sebuah ide dan gagasan baru yaitu program “Ulin Sore”. Kata ulin diambil dari Bahasa Sunda yang artinya main (bermain).
Menengok ke belakang, dulu semasa kecil dikenalkan dengan beberapa jenis permainan, seperti bermain engkrang, kelereng, gobak, dan lainnya. Kegiatan itu biasa dilakukan pada sore hari sebelum menjelang waktu maghrib.
"Lebih jauh, IKRA menilai bahwa permainan itu bukan hal tidak positif, namun ada yang lebih positif dan bermaslahat lagi dengan cara menerapkan konsep bermain sambil belajar. Sehingga dirumuskanlah program Ulin Sore itu," dalih Mursyid.
Dalam program tersebut, dibentuk tim pengarah, kakak asuh (mentor) dan kelompok belajar. Ada hal yang menarik lagi, dimana sebelum melakukan rutinitas belajar dan bermain para anak-anak diarahkan serta dibiasakan untuk bertadarus dan bershalawat bersama. Setelah itu, anak-anak belajar melanjutkan garapannya masing-masing, diantaranya ada yang belajar membaca, menulis, menggambar, menghafal dan bermain sesuai dengan hobinya masing-masing, dengan menggunakan sarana prasarana yang masih terbatas.
"Alhamdulillah, atas karunianya dan dukungan dari semua pihak. Hingga saat ini komunitas dan TBM IKRA masih berdiri tegak, sejalan, seirama dan senada dalam menebarkan virus-virus kebaikan demi terwujudnya generasi yang cerdas, aktif, kreatif, inovatif dan mandiri dalam segala asfek pembangunan," terang Mursyid.
Manuk hiber ku jangnjangna, manusa hirup ku akalna (burung terbang dengan akalnya, manusia hidup dengan akalnya). Boleh jadi, pepatah sunda itu pula yang selalu mengilhami para pengurus IKRA dengan TBMnya. Keterbatasan sarana dan wilayah yang relatif terpencil, bukan sebuah halangan untuk menyalakan api literasi, menyongsong pemikiran yang maju dengan berpijak pada nilai kearifan lokal. Jadilah, Lebak Pari kampung literasi pertama di Cihara. (red)
Namun siapa sangka, di kampung ini terbentuk sebuah komunitas anak kampung yaitu Ikatan Remaja Aktif (IKRA) yang dimotori oleh Dede Ilyana, pria kelahiran 1997. Tak hanya itu, Kehadiran komunitas tersebut telah mampu memberikan kontribusi positif untuk kemajuan masyarakat dan tanah kelahirannya.
"Sebelumnya, kampung ini seperti mati tak ada kegiatan apapun, baik dalam bidang keagamaan (PHBI) maupun peringatan hari besar lainnya," kata Dede.
Dede juga menuturkan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, para pemuda (remaja) dihadapkan dengan berbagai tantangan persoalan yang berada di tengah-tengah masyarakat. Diantaranya kemiskinan, pengangguran, ketertinggalan dalam pembangunan, minimnya pendapatan ekonomi masyarakat, dan rendahnya sumber daya manusia (SDM) yang ada. Bukankah, hal tersebut menjadi bagian tugas bersama?
Musyawarah Pembentukan TBM IKRA |
Geliat pemuda kampung lewat IKRA, diakui Dede, semakin lengkap saat Mursyid pemuda setempat, kembali balik kampung dari perantauan di wilayah sang bumi ruwa jurai, selepas menuntaskan pendidikan sarjana di Universitas Bandar Lampung (UBL) pada tahun 2017, sebuah kampus swasta ternama di Provinsi Lampung.
Bagi Musryid, yang sempat aktif di pergerakan mahasiswa, bukan hal mustahil merubah kelemahan menjadi keunggulan, ketertinggalan menjadi keniscayaan, dan impian menjadi kenyataan. Jika hal itu ada kemauan, niat, tekad dan semangat yang kuat.
"Bahkan ada lagi strategi yang jitu, yakni kekompakan dan kebersamaan. Hal itulah yang menjadi senjata bagi anggota komunitas dan masyarakatnya saat ini," ujar Mursyid.
Selain itu, lanjut Mursyid, perlu adanya penyelarasan antara pemikiran, pemahaman, ide dan tujuan antara penggerak dengan orang yang digerakannya. Tentu hal itu tak semudah mebalikan telapak tangan, perlu adanya edukasi dan action yang konkret.
Pembangunan TBM IKRA, semangat gotong royong dan swadaya |
Dituturkan Mursyid, sejak Juli 2019 lalu, anggota dan pengurus IKRA mencoba menggagas dan menetapkan bahwa gerakan literasi menjadi bagian dari perogram utama. Alasannya, dengan lietrasi akan bisa menyelaraskan pemikiran, pemahaman dan tujuan yang akan dicapai.
"Setelah itu, pengurus IKRA bersepakat untuk mendirikan sayap komunitasnya dengan diberi nama Taman Bacaan Masyarakat (TBM) IKRA Lebak Pari," beber Mursyd.
Langkah demi langkah, Mursyd dan Dede, terus menyosialisasikan gerakan literasi di kampung Lebak Pari. IKRA mengawali dengan cara meyelenggarakan kegiatan “SAKOLA UMUM”, dalam rangka memperingati HUT ke-74 RI dengan mengangkkat tema “Menggali Potensi Lokal Berbasis Budaya dan Lingkungan”.
"Dalam kesempatan itu pula, IKRA menghadirkan pembicara tokoh literasi nasional asal Kabupaten Lebak, Jaro Ruhandi yang saat ini sedang menjabat Kepala Desa Warungbanten," ujar Mursyid.
Diskusi Mingguan, Rutinitas TBM IKRA |
Ulin Sore
Tak berhenti sampai disitu, gerakan-gerakan literasi lainnya pun dilakukan seperti diskusi rutin mingguan, bercocok tanam, berdagang dan gotong royong, hingga akhirnya menghasilkan sebuah ide dan gagasan baru yaitu program “Ulin Sore”. Kata ulin diambil dari Bahasa Sunda yang artinya main (bermain).
Menengok ke belakang, dulu semasa kecil dikenalkan dengan beberapa jenis permainan, seperti bermain engkrang, kelereng, gobak, dan lainnya. Kegiatan itu biasa dilakukan pada sore hari sebelum menjelang waktu maghrib.
"Lebih jauh, IKRA menilai bahwa permainan itu bukan hal tidak positif, namun ada yang lebih positif dan bermaslahat lagi dengan cara menerapkan konsep bermain sambil belajar. Sehingga dirumuskanlah program Ulin Sore itu," dalih Mursyid.
Dalam program tersebut, dibentuk tim pengarah, kakak asuh (mentor) dan kelompok belajar. Ada hal yang menarik lagi, dimana sebelum melakukan rutinitas belajar dan bermain para anak-anak diarahkan serta dibiasakan untuk bertadarus dan bershalawat bersama. Setelah itu, anak-anak belajar melanjutkan garapannya masing-masing, diantaranya ada yang belajar membaca, menulis, menggambar, menghafal dan bermain sesuai dengan hobinya masing-masing, dengan menggunakan sarana prasarana yang masih terbatas.
"Alhamdulillah, atas karunianya dan dukungan dari semua pihak. Hingga saat ini komunitas dan TBM IKRA masih berdiri tegak, sejalan, seirama dan senada dalam menebarkan virus-virus kebaikan demi terwujudnya generasi yang cerdas, aktif, kreatif, inovatif dan mandiri dalam segala asfek pembangunan," terang Mursyid.
Manuk hiber ku jangnjangna, manusa hirup ku akalna (burung terbang dengan akalnya, manusia hidup dengan akalnya). Boleh jadi, pepatah sunda itu pula yang selalu mengilhami para pengurus IKRA dengan TBMnya. Keterbatasan sarana dan wilayah yang relatif terpencil, bukan sebuah halangan untuk menyalakan api literasi, menyongsong pemikiran yang maju dengan berpijak pada nilai kearifan lokal. Jadilah, Lebak Pari kampung literasi pertama di Cihara. (red)
COMMENTS