Ambulan pun Terjebak Lumpur, Potret 'Kemajuan' Lebak?
0 menit baca
Bantenekspose.com - Dalam menunjang pelayanan keselamatan ibu dan bayi saat melahirkan. Beberapa akses jalan desa yang rusak di Kabupaten Lebak, nampaknya masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kabupaten Lebak.
Sulitnya medan jalan saat menghadapi musim penghujan, kini kembali dirasakan masyarakat Desa Kadurahayu Kecamatan Bojongmanik. Para petugas kesehatan di Puskesmas pun, tak jarang harus berjibaku menghadapi jalan yang tak beraspal.
"Jalan itu sulit dilalui mobil ambulan kalau hujan. Tapi kalau jalan tanahnya kering mah enak aja. Namun pas kemarin hujan, seperti itu (mobil terjebak)," ungkap Wilyani Efendy, Bidan Desa Kadurahayu, dengan nada pasrah saat dihubungi via telpon, Kamis (26/12/2019).
Wily mengatakan, saat mobil ambulan terjebak di jalan berlumpur, pasien tetap berada di dalam mobil. Jalan itu, merupakan jalan alternatif dari Desa Kadurahayu menuju Desa Mekar Manik. Selain itu, perbaikan jalan pun merupakan hasil gotongroyong masyarakat.
"Dulu disana (saat mobil terjebak) memang ada perkampungan masyarakat, namun karena kondisi tanah rawan longsor akbiat tanah yang suka bergerak. Akhirnya masyarakat direlokasi ke Desa Mekar Nanik," katanya
Dengan kejadian itu Wily mengungkapkan, datangnya musim hujan membuat dirinya khawatir, dan bingung apabila harus membawa pasien dengan kodisi darurat. Sebab apabila melalui jalan lain, harus berputar arah menuju Kecamatan lain.
"Alhamdulillah pasien sampai puskesmas, kondisi ibu dan bayinya selamat," katanya.
Ia pun berharap, untuk jalan alternatif itu kedepan ada perbaikan. Sehingga saat musim hujan datang, tidak was was ketika membawa pasien yang akan melahirkan.
"Beruntung tadi pada saat mobil ambulan yang membawa pasien terjebak, dibantu oleh kader Jamilah, Babinsa, dan Masyarakat," tuturnya.
Sebelumnya pada 6 Juni 2018 pukul 01.00 WIB, Bidan Desa Wilyani Efendy pernah pula mengevakuasi ibu dan bayi dengan dibantu mobil patroli Polsek Bojongmanik dalam menembus sulitnya medan di daerah tersebut.
Kemudian pada 21 Februari 2019, karena sulitnya mencari jalan alternatif yang cepat untuk menyelamatkan pasien, seorang ibu hamil harus digotong melewati jembatan gantung menuju fasilitas kesehatan. Sebab kendaraan ambulans hanya bisa sampai diujung jembatan.
Selain itu kata Wily, pada saat benar-benar urgent hanya jalan tersebut yang terbilang lebih dekat dari kediaman pasien di Desa Kadurahayu menuju fasilitas kesehatan (Faskes). Bukan tidak ada jalan lain, melainkan kondisi jalan yang rusak tidak memungkinkan untuk dilintasi kendaraan roda empat.
“Kalau jalan lain yang bisa dilalui mobil itu jauh lagi. Hampir 2 jam-an, karena harus melewati kecamatan lain, sedangkan pasien ini harus segera ditangani,” kata wanita lulusan Akademi Kebidanan Salsabila itu.
Wily membeberkan, tak jarang kondisi jalan yang tidak memadai itu, kebanyakan menjadi alasan masyarakat untuk lebih memilih melahirkan di desa saja. Kesan menjadi Bidan di Desa pun menurutnya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
“Bidan itu harus menanggung beban yang luar biasa, memperjuangakan keselamatan ibu dan bayi. Tapi kita bagaimanapun caranya harus diwajibkan untuk membawa ke Puskesmas. Begitulah kalau seorang bidan desa. Berat-berat juga dijalanin,” ujarnya. (SC)
Sulitnya medan jalan saat menghadapi musim penghujan, kini kembali dirasakan masyarakat Desa Kadurahayu Kecamatan Bojongmanik. Para petugas kesehatan di Puskesmas pun, tak jarang harus berjibaku menghadapi jalan yang tak beraspal.
"Jalan itu sulit dilalui mobil ambulan kalau hujan. Tapi kalau jalan tanahnya kering mah enak aja. Namun pas kemarin hujan, seperti itu (mobil terjebak)," ungkap Wilyani Efendy, Bidan Desa Kadurahayu, dengan nada pasrah saat dihubungi via telpon, Kamis (26/12/2019).
Wily mengatakan, saat mobil ambulan terjebak di jalan berlumpur, pasien tetap berada di dalam mobil. Jalan itu, merupakan jalan alternatif dari Desa Kadurahayu menuju Desa Mekar Manik. Selain itu, perbaikan jalan pun merupakan hasil gotongroyong masyarakat.
"Dulu disana (saat mobil terjebak) memang ada perkampungan masyarakat, namun karena kondisi tanah rawan longsor akbiat tanah yang suka bergerak. Akhirnya masyarakat direlokasi ke Desa Mekar Nanik," katanya
Dengan kejadian itu Wily mengungkapkan, datangnya musim hujan membuat dirinya khawatir, dan bingung apabila harus membawa pasien dengan kodisi darurat. Sebab apabila melalui jalan lain, harus berputar arah menuju Kecamatan lain.
"Alhamdulillah pasien sampai puskesmas, kondisi ibu dan bayinya selamat," katanya.
Ia pun berharap, untuk jalan alternatif itu kedepan ada perbaikan. Sehingga saat musim hujan datang, tidak was was ketika membawa pasien yang akan melahirkan.
"Beruntung tadi pada saat mobil ambulan yang membawa pasien terjebak, dibantu oleh kader Jamilah, Babinsa, dan Masyarakat," tuturnya.
Sebelumnya pada 6 Juni 2018 pukul 01.00 WIB, Bidan Desa Wilyani Efendy pernah pula mengevakuasi ibu dan bayi dengan dibantu mobil patroli Polsek Bojongmanik dalam menembus sulitnya medan di daerah tersebut.
Kemudian pada 21 Februari 2019, karena sulitnya mencari jalan alternatif yang cepat untuk menyelamatkan pasien, seorang ibu hamil harus digotong melewati jembatan gantung menuju fasilitas kesehatan. Sebab kendaraan ambulans hanya bisa sampai diujung jembatan.
Selain itu kata Wily, pada saat benar-benar urgent hanya jalan tersebut yang terbilang lebih dekat dari kediaman pasien di Desa Kadurahayu menuju fasilitas kesehatan (Faskes). Bukan tidak ada jalan lain, melainkan kondisi jalan yang rusak tidak memungkinkan untuk dilintasi kendaraan roda empat.
“Kalau jalan lain yang bisa dilalui mobil itu jauh lagi. Hampir 2 jam-an, karena harus melewati kecamatan lain, sedangkan pasien ini harus segera ditangani,” kata wanita lulusan Akademi Kebidanan Salsabila itu.
Wily membeberkan, tak jarang kondisi jalan yang tidak memadai itu, kebanyakan menjadi alasan masyarakat untuk lebih memilih melahirkan di desa saja. Kesan menjadi Bidan di Desa pun menurutnya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
“Bidan itu harus menanggung beban yang luar biasa, memperjuangakan keselamatan ibu dan bayi. Tapi kita bagaimanapun caranya harus diwajibkan untuk membawa ke Puskesmas. Begitulah kalau seorang bidan desa. Berat-berat juga dijalanin,” ujarnya. (SC)