BantenEkspose.com - Menanggapi aksi yang berlangsung pada tanggal 23-24 Mei 2019; Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menggelar ...
BantenEkspose.com - Menanggapi aksi yang berlangsung pada tanggal 23-24 Mei 2019; Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menggelar aksi di Gedung DPR-RI. Massa aksi terdiri dari BEM FISIP, BEM Teknik, BEM Faperta, BEM Hukum, MPM Untirta, BEM Univ., dan DPM Univ.
Mewakili BEM-KBM Untirta, Rafli Maulana selaku Presiden Mahasiswa mengaku aksi ini dilakukan secara spontan. Motif yang dilangsungkan ialah solidaritas terhadap massa aksi di DPR-RI. Menurutnya, ini merupakan program kerja advokasi
"Dalam proker advokasi, ada aksi yang memang dilakukan secara terstruktur -- momentum dan ada aksi yang sifatnya isudental," ujar Rafli saat dihubungi reporter BantenEkspose.com, Rabu (25/09)
Terkait permasalahan RUU KPK dan RKUHP, ia mengaku jika kedua rancangan undang-undang tersebut tidak pro-rakyat. RKUHP dititikberatkan pada pasal 2 dan RUU KPK pada pemilihan ketua dewan pengawasnya oleh presiden.
"RKUHP pasal 2 dianggap tidak pro Rakyat. RUU KPK, KBM Untirta menolak atas dasar pemilihan Ketua dewan pengawas oleh presiden," terangnya
Seputar RUU KPK, ia juga mengungkapkan kekhawatirannya; "kepentingan golongan dan kedekatan dengan parpol bisa saja itu terjadi. Sehingga kita mengkhawatirkan ketika proses sadap ini nantinya ada kebocoran informasi,"
Untuk follow-up aksi di tanggal 30 September, BEM KBM Untirta belum melakukan framming.
Disamping itu, BEM KBM Untirta tidak menuntut terkait pengesahan RUU PKS. Rafli mengaku jika BEM KBM Untirta tidak terfokus ke isu tersebut.
"Fokus kita kemaren dalam obrolan dengan KBM Untirta, kita fokus dengan RKUHP, RUU KPK, Kebakaran Hutan, Lingkungan hidup -- Rasis dan Fasis," terangnya
Rafli mengaku jika BEM KBM Untirta tidak ambil sikap terkait RUU PKS.
"Kita nggak ambil sikap atas RUU PKS," tegasnya
Tanggapan Dari Perwakilan BEM FISIP
Reporter BantenEkspose.com mendapati keterangan terkait klarifikasi aksi yang dilangsungkan di DPR-RI.
Muhammad Abdul Azis selaku Ketua BEM FISIP Untirta menilai jika massa aksi KBM Untirta aksi tidak terfokus -- alias bias. Ia menyesalkan keterlambatan Presma Untirta.
"Keberangkatan presma udah gak jelas karena datang terlambat -- anak-anak BEM FISIP sudah kumpul dari jam 6, akhirnya berangkt jam 10 pagi-- itu pun terpecah," ungkap Azis
Ia mengakui, Presma Untirta baru bisa ditemui saat sore menjelang maghrib. Diperkirakan pukul 17:15.
"Presma kagak dateng-datenf, dia gue temuin pas sore menjelang maghrib -- situasi udah chaos. Katanya peserta yang lain sih dia, baru dateng pas sore," tambah Azis
Menurutnya, aksi yang dilangsungkan BEM KBM Untirta berakhir bias. Ia menyalahkan koordinasi BEM KBM yang tidak jelas.
"Sebenarnya, yang bikin kacau tuh gara-gara tercecer massanya -- nah itu buntut dari koordinasi BEM KBM yang nggak jelas," tutupnya
Akibat adanya pembiasan massa aksi, ada beberapa dari mereka yang sempat hilang. Mereka berasal dari Pendidikan Teknik Mesin (PTM) Untirta. Reporter BantenEkspose.com mendapatkan konfirmasi dari BEM FKIP Untirta.
Ridho Aji Pangestu, mahasiswa PTM mengetahui bagaimana kejadian tersebut. Bermula dari penembakan gas air mata dan water cannon.
"Ketika mahasiswa untira maju untuk bergabung kedalam barisan, aparat polisi memberikan water cannon dan gas air mata," ujar Ridho saat dihubungi reporter BantenEkspose.com, Rabu (25/09)
Menurutnya, hal ini merupakan indikator hilangnya beberapa mahasiswa PTM. Nama-nama yang dimaksud adalah Erfin Apriliansyah, Didi Wahyudi, Reza Awaludin. Beruntung mereka dapat ditemukan.
"Reza Awaludin berhasil di temukan sedang menganankan diri di GBK. Dan untuk Didi Wahyudi di temukan di stasiun palmerah," paparnya
Ridho mengatakan jika Erfin terpisah dari rombongan -- mahasiswa PTM pulang secara individu -- tidak dalam rombongan. Namun, kepulangan Erfin sudah dikonfirmasikan.
Ia merasa kecewa, aksi yang dilangsungkan BEM KBM Untirta bersifat reaksioner -- tanpa kajian sebelumnya.
"Menurut saya sikap BEM KBM Untirta pada aksi kemarin bersifat reaksioner," sesal Ridho (Gilang)
Mewakili BEM-KBM Untirta, Rafli Maulana selaku Presiden Mahasiswa mengaku aksi ini dilakukan secara spontan. Motif yang dilangsungkan ialah solidaritas terhadap massa aksi di DPR-RI. Menurutnya, ini merupakan program kerja advokasi
"Dalam proker advokasi, ada aksi yang memang dilakukan secara terstruktur -- momentum dan ada aksi yang sifatnya isudental," ujar Rafli saat dihubungi reporter BantenEkspose.com, Rabu (25/09)
Terkait permasalahan RUU KPK dan RKUHP, ia mengaku jika kedua rancangan undang-undang tersebut tidak pro-rakyat. RKUHP dititikberatkan pada pasal 2 dan RUU KPK pada pemilihan ketua dewan pengawasnya oleh presiden.
"RKUHP pasal 2 dianggap tidak pro Rakyat. RUU KPK, KBM Untirta menolak atas dasar pemilihan Ketua dewan pengawas oleh presiden," terangnya
Seputar RUU KPK, ia juga mengungkapkan kekhawatirannya; "kepentingan golongan dan kedekatan dengan parpol bisa saja itu terjadi. Sehingga kita mengkhawatirkan ketika proses sadap ini nantinya ada kebocoran informasi,"
Untuk follow-up aksi di tanggal 30 September, BEM KBM Untirta belum melakukan framming.
Disamping itu, BEM KBM Untirta tidak menuntut terkait pengesahan RUU PKS. Rafli mengaku jika BEM KBM Untirta tidak terfokus ke isu tersebut.
"Fokus kita kemaren dalam obrolan dengan KBM Untirta, kita fokus dengan RKUHP, RUU KPK, Kebakaran Hutan, Lingkungan hidup -- Rasis dan Fasis," terangnya
Rafli mengaku jika BEM KBM Untirta tidak ambil sikap terkait RUU PKS.
"Kita nggak ambil sikap atas RUU PKS," tegasnya
Tanggapan Dari Perwakilan BEM FISIP
Reporter BantenEkspose.com mendapati keterangan terkait klarifikasi aksi yang dilangsungkan di DPR-RI.
Muhammad Abdul Azis selaku Ketua BEM FISIP Untirta menilai jika massa aksi KBM Untirta aksi tidak terfokus -- alias bias. Ia menyesalkan keterlambatan Presma Untirta.
"Keberangkatan presma udah gak jelas karena datang terlambat -- anak-anak BEM FISIP sudah kumpul dari jam 6, akhirnya berangkt jam 10 pagi-- itu pun terpecah," ungkap Azis
Ia mengakui, Presma Untirta baru bisa ditemui saat sore menjelang maghrib. Diperkirakan pukul 17:15.
"Presma kagak dateng-datenf, dia gue temuin pas sore menjelang maghrib -- situasi udah chaos. Katanya peserta yang lain sih dia, baru dateng pas sore," tambah Azis
Menurutnya, aksi yang dilangsungkan BEM KBM Untirta berakhir bias. Ia menyalahkan koordinasi BEM KBM yang tidak jelas.
"Sebenarnya, yang bikin kacau tuh gara-gara tercecer massanya -- nah itu buntut dari koordinasi BEM KBM yang nggak jelas," tutupnya
Akibat adanya pembiasan massa aksi, ada beberapa dari mereka yang sempat hilang. Mereka berasal dari Pendidikan Teknik Mesin (PTM) Untirta. Reporter BantenEkspose.com mendapatkan konfirmasi dari BEM FKIP Untirta.
Ridho Aji Pangestu, mahasiswa PTM mengetahui bagaimana kejadian tersebut. Bermula dari penembakan gas air mata dan water cannon.
"Ketika mahasiswa untira maju untuk bergabung kedalam barisan, aparat polisi memberikan water cannon dan gas air mata," ujar Ridho saat dihubungi reporter BantenEkspose.com, Rabu (25/09)
Menurutnya, hal ini merupakan indikator hilangnya beberapa mahasiswa PTM. Nama-nama yang dimaksud adalah Erfin Apriliansyah, Didi Wahyudi, Reza Awaludin. Beruntung mereka dapat ditemukan.
"Reza Awaludin berhasil di temukan sedang menganankan diri di GBK. Dan untuk Didi Wahyudi di temukan di stasiun palmerah," paparnya
Ridho mengatakan jika Erfin terpisah dari rombongan -- mahasiswa PTM pulang secara individu -- tidak dalam rombongan. Namun, kepulangan Erfin sudah dikonfirmasikan.
Ia merasa kecewa, aksi yang dilangsungkan BEM KBM Untirta bersifat reaksioner -- tanpa kajian sebelumnya.
"Menurut saya sikap BEM KBM Untirta pada aksi kemarin bersifat reaksioner," sesal Ridho (Gilang)
COMMENTS