Rahmat Hidayat (helm putih) saat di lokasi pekerjaan BantenEkspose.com - Mengintip jejak perjalanan hidup pria kelahiran Cilegon pada 1...
Rahmat Hidayat (helm putih) saat di lokasi pekerjaan |
A. Rahmat Hidayat, ia terlahir dari golongan keluarga yang sederhana. Semasa kecil sudah terlatih hidup mandiri. Begitupun, ketika sudah duduk di bangku kuliah, jiwa kemandiriannya semakin kuat.
Bagaimana tidak, pria dari delapan saudara ini harus rela kuliah cukup lama. Bukan tanpa alasan, ia harus mencari uang dari hasil keringat sendiri demi mencukupi biaya kuliahnya. Dirinya tak gengsi mencari uang yang halal dengan cara mengamen, kuli steam mobil, dan menjadi tenaga pengajar honorer.
Namun, hambatan itu bukan suatu alasan bagi dirinya untuk tidak aktif di organisasi internal kemahasiswaan maupun eksternal kampus. Bahkan saat itu ia sempat didaulat sebagai ketua BEM Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten, dan ketua BEM se-Kota Cilegon.
Tak hanya itu, ia pun pernah ikut organisasi kemahasiswaan eksternal kampus dengan bendera yang berbeda-beda, seperti PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), HMI (Himpunan Mhasiswa Islam), KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), dan IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah).
Selain aktif di organisasi kemahasiswaan, ia pun aktif di organisasi kepemudaan, seperti KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia). Ia pun sempat didaulat sebagai ketua PK-KNPI Kecamatan Puloampel selama dua periode (2006-2009).
Bagi dia, tak cukup hanya di organisasi kemahasiswaan dan pemuda saja untuk menambah pengetahuan, membangun relasi dan mewujudkan sebuah cita-citanya. Ia pun sempat banyak belajar di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Cilegon, hingga didaulat menjadi pengurus organisasi profesi tersebut.
Selama masih menyandang status mahasiswa, ia sudah banyak belajar berbisnis. Awal mulanya, ia mengikuti orang (bos) yang memiliki proyek sipil, seperti proyek pembangunan jalan, dan sebagainya yang sesuai dengan keilmuannya.
Sejak lulus kuliah, ia tak sibuk mencari kerja melainkan langsung mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia bisnis, dengan modal mental yang sudah terbangun dan terlatih selama mahasiswa.
Awal mula membangun bisnis yang ditekuninya di sektor proyek sipil (pembangunan infrastruktur jalan) di Kota Cilegon, sesuai bendera yang dimiliknya yakni CV General Trading. CV tersebut memiliki fokus dibidang perdagangan umum.
Kemudian, sejak 2013 dirinya berhasil melebarkan sayap ke tanah kelahiran sang bidadarinya di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak dengan nama perusahaan yang berbeda. Yaitu, PT Lima Tujuh Belas Jaya. PT Lima Tujuh Belas Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di sektor labour supply atau penyedia jasa.
Awal mulanya, memang ia tidak memiliki niatan bisa membangun perusahaan di daerah tersebut. Lagi-lagi berbicara tentang sosial, yaitu hanya ingin memasukan kerja bagi tetangga dan warga yang menganggur, lantaran mereka memiliki skill dibidang pengelasan (welder). Karena, pada saat itu di Bayah masih minim orang-orang yang memiliki skill dibidang tersebut.
Waktu itu, ia berhasil memasukan sekitar 30 orang pekerja ke PT Cemindo Gemilang atau Semen Merah Putih, dan alhamdulillah semuanya lulus. Dari 30 itu terdiri dari warga Kota Cilegon dan Lebak.
Singkat cerita, setelah itu dirinya dipersilahkan bergabung sebagai labour supply (penyedia jasa). Hingga saat ini, perusahaan yang membawahi sekitar 300 karyawan masih tetap eksis di tanah kelahiran sang istri.
Dari aktivis, pembisnis hingga terjun ke dunia politis. Apa motivasinya?
Motivasi terjun ke dunia politik, yaitu paling urgnet ketika melihat kondisi Lebak Selatan. Menurut Rahmat, stackholder yang berkaitan dengan kemasyarakatan termasuk legislatif dinilai belum maksimal secara kerjanya. Artinya, belum terlihat kerja nyatanya.
Meski demikian, dirinya mencoba untuk memberanikan diri untuk mengabdikan diri terhadap masyarakat, dengan harapan kehadiran dirinya dapat memaksimalkan kerja-kerja sosial demi meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
"Saya jujur, kalau berbicara bisnis murni mungkin saya sudah kaya, mungkin rumah juga sudah beberapa tingkat. Kenapa saya berbicara seperti itu? Karena pertama kali saya memasukan pekerja saya itu gajihnya diatas karyawan yang lain. Karena ada labour supply yang lain disitu (PT. Cemindo Gemilang). Contoh, gaji yang paling rendah waktu itu masih 60 ribu - 70 ribu perhari di perusahaan lain. Ketika saya masuk ke perusahaan tersebut gajihnya diatas rata-rata 85 ribu, perbedaannya sekitar 15 ribu," kata Calon Anggota DPRD Banten dari Partai Demokrat Dapil Lebak itu kepada bantenekspose.com saat berbincang di rumah kediamanya, di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, belum lama ini.
"Artinya, kalau saya ingin pure bisnis disitu saja sudah 500 ribu bedanya, kalau saya ingin memperkaya diri, mohon maaf. Tapi sepertinya saya merasa bersalah kalau mengatasnamakan sosial tetapi bagi diri saya besar amat ngambil untungnya," tambah alumnus Untirta itu.
Walaupun sudah nyaman di dunia bisnis, tetapi rasa kecintaan dan kepedulian terhadap sosial tetap tidak bisa ditinggalkan. Bahkan, bisa dikatakan mungkin masih melekat di dalam jiwa sang mantan aktivis mahasiswa Untirta itu.
"Salah satu bukti nyata saya adalah ada rasa kecintaan dan kepedulian terhadap masyarakat, khususnya yang ada di Lebak Selatan tanpa saya terjun ke organisasi politik saya sudah membuktikan dan itu bisa dicek," ujar aktivis KNPI.
Hal-hal yang seperti itu sebetulnya reflek tidak bisa dibuat-buat. Artinya, itu datang dari kebiasaan, mungkin karena perjalanan dan pengalaman hidup (track record) bagi pria yang lahir dari keluarga kurang mampu. Kemudian, mungkin karena sering memperjuangkan masyarakat akhirnya kepedulian itu secara tidak langsung sudah tumbuh.
Potensi apa yang bisa dikembangkan di Lebak Selatan dan apa yang harus harus dipersiapkan menuju industri 4.0?
Rahmat menjelaskan, dimanapun dirinya selalu menyampaikan tentang ketenagakerjaan. Menurutnya, Bayah bakal menjadi kota besar dan maju, bahkan diprediksikan akan menjadi Kota bungsu. Artinya kota yang secara pertumbuhannya sangat pesat di wilayah selatan, bahkan bisa saja kota-kota besar juga bisa terkalahkan, seperti Kota Cilacap.
"Kalau kita tidak merubah dan menyiapkan diri dari masyarakat agraria dan nelayan ke masyarakat industri. Tidak mempersiapkan hal itu, maka siap-siap saja akan menjadi penonton," ucap bapak dari tiga anak ini.
Kendati demikian, dirinya berpesan dan mengajak kepada semua generasi muda agar pandai-pandai dalam melihat perkembangan dan tantangan yang dihadapi hari ini.
"Generasi muda harus melek lagi apa yang terjadi hari ini, karena kalau kita diam hari ini berarti kita sedang mempersiapkan kematian diri sendiri. Jadi kalau kita tidak mau bangun maka akan selesai-lah. Dan satu lagi, jangan takut untuk mengatakan yang benar," pesan Rahmat kepada generasi penerus bangsa.
Itulah profil singkat dari pasangan Dufi Rohma Dini, kini mereka dikaruniai tiga orang anak, diantaranya Khoirul Azam Hidayat, Al-Ghoza Sabili Hidayat dan Al-Ghozi Sabili Hidayat. (emde)
👍👍👍
BalasHapusMantap lanjutkan perjuanganmu,🙏🙏🙏