Woww....... Agen e-Warong di Lebak, Didominasi Kades dan Prades
0 menit baca

BantenEkspose.com –
Program sembako di Kabupaten Lebak ternyata didominasi oleh mereka yang
seharusnya menjadi pengawal program tersebut. Dari 280 agen BPNT/BSP
(e-warong), hasil uji petik, 128 diantaranya didominasi oleh Keluarga Kepala
Desa, Perangkat Desa, bahkan ada juga Pendamping Desa dan TKSK.
Demikian dikemukakan anggota DPRD Lebak Musa Waliansyah,
melalui keterangan tertulis yang diterima BantenEkspose.com, Senin (20/07/2020)
Menurut Musa, kondisi tersebut jelas akan menimbulkan
konflik kepentingan (conflict of interest) dalam pelaksanaan program yang
dikucurkan dari Kementerian Sosial tersebut.
“Dari 280 Agen BPNT atau agen e-waroeng yang tersebar di 28
kecamatan di Kabupaten Lebak, didominasi oleh oknum Kades dan Prades,” ujar
Musa, yang tercatat sebagai anggota Fraksi PPP DPRD Lebak.
Lebih lanjut, pria yang cukup lama melintang di dunia
pergerakan ini mengungkapkan, berdasarkan hasil uji petik di lapangan dari 280
agen, didapatkan hasil, adaya trend dominasi
kelompok tertentu pada agen e-warong di Kabupaten Lebak
“Saya menganggap, sampel ini belum sepenuhnya valid. Karena belum melakukan uji petik sepenuhnya, dari total 403 agen di Kabupaten Lebak. Itu hanya sementara saja, hasil hasil uji petik sementara 280 agen sudah menunjukan adanya dominasi,” kata Musa
Lebih lanjut Musa mengatakan, dari 280 Agen terdapat 128
agen BPNT yang didominasi oleh oknum Kades dan Prades. Selain itu, ada juga
istri dari TKSK, PNS dan juga Pendamping Desa dan pegawai Kecamatan.
“Saya menyakini, dari hasil uji petik sementara, masih ada
lagi yang belum kita temukan," beber Musa Weliansyah
Musa menilai, potensi Conflict
of Interest, akan menimbulkan
dorongan terjadinya perilaku yang koruptif pada program BPNT di Kabupaten
Lebak.
"Ditengah adanya dominasi agen pada program pemerintah,
lalu ditatanan bawah siapa yang akan mengawasi, jika agennya sendiri pelaku
usahanya? Ini yang menjadi potensi Conflict
of Interest pada program BPNT atau BSP tahun 2020 ini," tutur Musa.
Selain itu, Musa mengatakan, selain adanya dominasi agen
BPNT (e-warong), bahwa rata-rata mereka agen dadakan disaat adanya program
BPNT, dan hanya menjadi calo bahkan tidak sedikit agen siluman.
"Namun sudah hampir 3 bulan mereka membuat warung
kelontongan, itu juga tidak menjual komoditi sehari-hari seperti beras, sayur
mayur dan telur. Bahkan tidak sedikit yang tutup setiap harinya dan buka disaat
penyaluran BPNT saja," ungkapnya. (k1/red)