Industri Kreatif Jadi Penopang Ekonomi Nasional
0 menit baca
Bantenekspose.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan sektor
ekonomi kreatif mempunyai potensi besar menjadi tulang punggung perekonomian
Indonesia ke depan, sehingga dibutuhkan peran semua pihak dalam menciptakan
ekosistem yang menunjang.
Wishnutama Kusubandio
dalam pernyataanya di Jakarta, Rabu (11/3), mengatakan, Indonesia menjadi salah
satu negara di dunia yang punya potensi besar dalam bisnis ekonomi kreatif.
Untuk itu Indonesia harus mengambil peran, terlebih PBB telah menyetujui tahun
2021 sebagai "International Year of Creative Economy for Sustainable
Development" dimana Indonesia menjadi inisiator dalam resolusi tersebut.
"Indonesia
menjadi salah satu negara di dunia yang diperhitungkan dalam bisnis ekonomi
kreatif di tingkat dunia," kata Wishnutama.
Di tahun 2019, 17
subsektor ekonomi kreatif memberi kontribusi besar dalam perekonomian tanah
air. Berdasarkan data yang dihimpun dalam OPUS Ekonomi Kreatif tahun 2019,
ekonomi kreatif berontribusi sebesar Rp 1105 triliun terhadap PDB nasional,
yang membuat Indonesia berada di posisi ketiga setelah Amerika Serikat dan
Korea Selatan dalam jumlah kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB negara. Diperkirakan
kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional di tahun ini
meningkat 7.44 persen.
Tidak sampai di situ,
produk ekonomi kreatif nasional juga memiliki jumlah ekspor yang tinggi. Di tahun
2017 jumlahnya mencapai angka 20.50 miliar dolar AS. Sektor ekonomi kreatif
juga memiliki serapan tenaga kerja yang tinggi, mencapai angka 17 juta orang di
tahun 2019.
"Jumlah tenaga
kerja kita sangat banyak dibandingkan dengan tenaga kerja di regional yang
lain. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat dengan 4,7 juta pekerja mampu
menghasilkan 20 miliar dolar AS. Sudah sepatutnya kita bisa mengambil potensi
ini dengan baik," kata Wishnutama.
Meski berkembang
signifikan, Wishnutama mengakui ada 'pekerjaan rumah' dalam mengembangkan
ekonomi kreatif tanah air. Di antaranya adalah regulasi maupun ekosistem dalam
menghadapi persaingan global di era Revolusi Industri 4.0.
Bicara tentang ekonomi
kreatif, kata Wishnutama, adalah bagaimana membangun ekosistem yang kondusif
agar produk lokal dapat menjadi pemimpin di pasar sendiri bahkan dunia. Saat
ini perbandingan jumlah produk kreatif lokal dengan impor di market place masih
tidak seimbang.
Di layanan e-commerce
Indonesia saat ini, 70 persen diisi produk ekonomi kreatif dari luar negeri
sedangkan ekonomi kreatif lokal hanya mengisi tidak lebih dari 10 persen. Hal
serupa juga terjadi untuk pasar offline.
Untuk itu Wishnutama mengatakan
pihaknya tengah mendorong lahirnya peraturan/regulasi yang melindungi
perkembangan ekonomi kreatif domestik. "Kita harus dapat menciptakan
ekosistem yang kondusif agar produk lokal kita dapat menjadi pemimpin di pasar
kita sendiri,” katanya.
Tidak kalah penting
adalah transfer pengetahuan dan kemampuan untuk pelaku kreatif di Indonesia.
Saat ini pelaku industri ekonomi kreatif di dunia sudah banyak yang
memanfaatkan analisis big data serta artificial intelligence sehingga bisa
memprediksi selera dan kemauan pasar. Juga melakukan produksi secara presisi
dari sisi jumlah dan waktu.
“Ini adalah hal yang
sangat penting untuk kita terus bangun agar industri kita dapat survive juga
dalam berkompetisi," kata Wishnutama.
Ia juga menekankan
pentingnya mengembangkan bibit unggul entrepreneur ekonomi digital di kalangan
milenial dalam menciptakan karya kreatif. Sebagai tahap awal, kata Wishnutama,
ke depan akan dibangun creative hub di 5 destinasi super prioritas; Danau Toba,
Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang. Creative hub sebagai ruang
berkreasi bagi masyarakat lokal setempat itu sekaligus akan menjadi media dalam
menciptakan kemandirian ekonomi daerah.
"Lokasi ini akan
digunakan untuk memaksimalkan potensi masyarakat seperti workshop, showcase, weekly
creative event, dan sebagainya. Menghadirkan program mentoring dan business
matching berkelanjutan untuk wirausaha muda ekonomi kreatif," kata
Wishnutama.
Sebanyak 17 subsektor
ekonomi kreatif yang dimiliki Indonesia yakni; arsitektur, desain interior,
desain-komunikasi-visual (DKV), desain produk, fashion, film-animasi-video,
fotografi periklanan, kerajinan (kriya), kuliner, musik, aplikasi, pengembangan
permainan, penerbitan, periklanan, tv dan radio, seni pertunjukkan, dan seni
rupa.
"Dengan
program-program inkubasi terpadu, ditargetkan akan lahir banyak karya-karya
ekonomi kreatif terobosan untuk kebutuhan pasar yang kekinian. Mewujudkan
sektor ekonomi kreatif yang punya potensi luar biasa, menjadi tulang punggung
perekonomian Indonesia kedepan," kata Wishnutama. (red)