Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan, Rano Alfath Jelaskan Ancaman Proxy War
0 menit baca
Bantenekspose.com - Dalam rangka menjalin silaturahmi, sekaligus untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengetahuan akan nilai-nilai luhur bangsa yang mesti hidup dalam tiap diri masyarakat Indonesia, khususnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anggota Komisi III DPR/MPR-RI F-PKB Moh. Rano Alfath, S.H, M.H mengundang lebih 100 orang masyarakat dari berbagai kalangan
Kegiatan yang digelar di di Lubana Sengkol, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Jum’at (07/02/2020), dihadiri kalangan akademisi, santri dari Pondok Pesantren Wadil Qur’an dan hafiz qur’an dari STID Mohammad Natsir. Dalam kesempatan tersebut, Rano Alfath menggelar diskusi dalam acara sosialisasi 4 pilar kebangsaan Republik Indonesia yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika
Didampingi oleh seorang pakar hukum dan advokat, Dedi Susanto, S.H., Rano membuka acara dengan mengajak para audiens untuk refleksi diri dan mensyukuri hidup sebagai warga negara Indonesia yang luar biasa diamanahi Tuhan negara yang subur alamnya dan rukun warganya.
"Kita harus bersyukur dan menjaga segala apa yang telah dikaruniakan kepada bangsa Indonesia dan apa yang telah diwariskan oleh para pendiri bangsa,” ujar Rano.
Masuk kepada materi, Rano menggambarkan ancaman bangsa Indonesia kini dan di masa yang akan mendatang. “Sekarang yang namanya perang itu sudah bukan dengan tank atau senjata konvesional lagi, tapi sudah dalam bentuk infiltrasi ke ideologi, politik, sosial, budaya, dan lainnya,” jelas wakil rakyat tersebut yang disambut dengan anggukan para peserta.
Dijelaskan Rano, proxy war tanpa kita rasakan mungkin sudah terjadi dan menjadi bahaya yang masuk ke dalam pilar-pilar dan sendi-sendi berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kita. Belakangan ini banyak upaya-upaya delegitimasi pemerintah atau penggantian ideologi, dan sasaran paling ‘empuk’ biasanya adalah anak muda.
Dengan demikian legislator muda asal Banten itu mengingatkan, bahwa masyarakat kini harus sadar dan kembali ke nilai-nilai luhur bangsa. Dengan merefleksi, menginternalisasi dan menanamkan mindset atau jalan pikiran yang bersumber pilar-pilar negara tersebut, maka masyarakat Indonesia diharapkan dapat mengembangkan sikap kritis dan kesadaran akan ancaman yang mengintai keutuhan Indonesia.
“Empat pilar ini bukan semata-mata doktrin pemerintah atau sebatas dokumen negara, tapi empat pilar ini adalah kita. Nilai yang terkandung dalam empat pilar ini merupakan perwujudan kita sebagai bangsa Indonesia,” pungkas politikus PKB tersebut seusai memaparkan materi.
Terakhir, Rano berpesan agar santri dan tahfiz qur’an yang hadir dapat membantu mensyiarkan 4 pilar ke masyarakat. “Semoga ilmunya bermanfaat dan saya harap adik-adik santri yang nantinya akan turun berdakwah di masyarakat juga turut bisa mengamalkan 4 pilar kebangsaan,” tutup Rano. (uc)
Kegiatan yang digelar di di Lubana Sengkol, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Jum’at (07/02/2020), dihadiri kalangan akademisi, santri dari Pondok Pesantren Wadil Qur’an dan hafiz qur’an dari STID Mohammad Natsir. Dalam kesempatan tersebut, Rano Alfath menggelar diskusi dalam acara sosialisasi 4 pilar kebangsaan Republik Indonesia yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika
Didampingi oleh seorang pakar hukum dan advokat, Dedi Susanto, S.H., Rano membuka acara dengan mengajak para audiens untuk refleksi diri dan mensyukuri hidup sebagai warga negara Indonesia yang luar biasa diamanahi Tuhan negara yang subur alamnya dan rukun warganya.
"Kita harus bersyukur dan menjaga segala apa yang telah dikaruniakan kepada bangsa Indonesia dan apa yang telah diwariskan oleh para pendiri bangsa,” ujar Rano.
Masuk kepada materi, Rano menggambarkan ancaman bangsa Indonesia kini dan di masa yang akan mendatang. “Sekarang yang namanya perang itu sudah bukan dengan tank atau senjata konvesional lagi, tapi sudah dalam bentuk infiltrasi ke ideologi, politik, sosial, budaya, dan lainnya,” jelas wakil rakyat tersebut yang disambut dengan anggukan para peserta.
Dijelaskan Rano, proxy war tanpa kita rasakan mungkin sudah terjadi dan menjadi bahaya yang masuk ke dalam pilar-pilar dan sendi-sendi berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kita. Belakangan ini banyak upaya-upaya delegitimasi pemerintah atau penggantian ideologi, dan sasaran paling ‘empuk’ biasanya adalah anak muda.
Dengan demikian legislator muda asal Banten itu mengingatkan, bahwa masyarakat kini harus sadar dan kembali ke nilai-nilai luhur bangsa. Dengan merefleksi, menginternalisasi dan menanamkan mindset atau jalan pikiran yang bersumber pilar-pilar negara tersebut, maka masyarakat Indonesia diharapkan dapat mengembangkan sikap kritis dan kesadaran akan ancaman yang mengintai keutuhan Indonesia.
“Empat pilar ini bukan semata-mata doktrin pemerintah atau sebatas dokumen negara, tapi empat pilar ini adalah kita. Nilai yang terkandung dalam empat pilar ini merupakan perwujudan kita sebagai bangsa Indonesia,” pungkas politikus PKB tersebut seusai memaparkan materi.
Terakhir, Rano berpesan agar santri dan tahfiz qur’an yang hadir dapat membantu mensyiarkan 4 pilar ke masyarakat. “Semoga ilmunya bermanfaat dan saya harap adik-adik santri yang nantinya akan turun berdakwah di masyarakat juga turut bisa mengamalkan 4 pilar kebangsaan,” tutup Rano. (uc)

