30 Jembatan Rusak, Penyintas Banjir Butuh Jembatan Sambung Harapan Masa Depan
0 menit baca
Bantenekspose.com - Bencana banjir bandang dan longsor yang terjadi di Kabupaten Lebak, menyisakan pilu yang mendalam dan mengakibatkan begitu banyak kerugian. Rumah-rumah tak sedikit yang luluh lantah. Sejumlah jembatan sebagai akses kehidupan masyarakat pun kini banyak terputus.
Plt Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banten, Kusmayadi mencatat, sebanyak 43 kecamatan, 182 desa, 63.431 KK dan 149.431 jiwa terdampak bencana banjir dan tanah longsor di Provinsi Banten, sedangkan untuk di Desa Ciladaeun sendiri terdapat 24 rumah hanyut, 54 rumah rusak berat dan ringan, 3 sekolah rusak berat.
Tercatat pula, ada 30 jembatan di Lebak, Banten yang hancur, lenyap tak bersisa. Membuat beberapa wilayah di Lebak terisolir dan sulit mendapatkan bantuan. Sementara, hanya ada jembatan darurat yang terbuat dari bahan seadanya dan jauh dari kata aman.
Ditengah kondisi seperti itu, Tim Harfa Rescue Indonesia (HRI) hingga saat ini, masih terus mengirimkan bantuan dan menyampaikan amanah dermawan kepada warga di desa terisolir. Akses jalan yang sulit dan harus melewati dua jembatan yang terbuat dari kayu dan bambu seadanya, karena jembatan yang sebelumnya hanyut terbawa banjir. Jarak tempuh pun semakin panjang dan membutuhkan waktu hingga hampir seharian.
Indah Prihanande, Direktur Utama LAZ Harapan Dhuafa mengatakan, jembatan yang rusak merupakan jembatan yang sangat penting, karena menopang kehidupan masyarakat, entah itu digunakan sebagai akses jalan tercepat atau digunakan sebagai akses untuk menyambung hidupnya dari hasil bertani. Sehingga, kerusakan yang banyak terjadi ini membuat perekonomian mereka pun lumpuh.
“Kami sangat mengerti bahwa jembatan juga sangat penting, selain bantuan kebutuhan dasar para penyintas. Karenanya, kami mengajak seluruh masyarakat untuk bahu membahu, bergotong-royong menyambung harapan para penyintas, untuk membuat jembatan yang kokoh untuk mereka,” ujar Indah.
Sapri (50 th) salah satu penyintas banjir Lebak mengungkapkan, bahwa kebutuhan jembatan memang sangat vital baginya dan warga sekitar. “Jembatan ini penopang hidup saya dan keluarga. Buat ngangkut kayu dan pisang hasil bertani. Sekarang jembatan hancur, saya bingung nanti seperti apa” ucap Sapri.
Para penyintas Lebak membutuhkan jembatan yang kokoh guna menopang kembali harapan mereka yang sempat hilang, melanjutkan kehidupan mereka dan masa depan anak-anaknya
Untuk Anda yang ingin membantu warga terdampak banjir di wilayah Banten, mari bergotong royong bersama LAZ Harapan Dhuafa dan Harfa Rescue Indonesia untuk membangun jembatan harapan bagi penyintas lebak melalui Rekening BRI 008401000593562 an Yayasan Harapan Dhuafa Banten (Tambahkan kode unik "217" dibelakang nominal transfer) Atau donasi di https://channelkebaikan.org. Konfirmasi donasi ke nomor 0812-8707-4484. (uc)
Plt Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banten, Kusmayadi mencatat, sebanyak 43 kecamatan, 182 desa, 63.431 KK dan 149.431 jiwa terdampak bencana banjir dan tanah longsor di Provinsi Banten, sedangkan untuk di Desa Ciladaeun sendiri terdapat 24 rumah hanyut, 54 rumah rusak berat dan ringan, 3 sekolah rusak berat.
Tercatat pula, ada 30 jembatan di Lebak, Banten yang hancur, lenyap tak bersisa. Membuat beberapa wilayah di Lebak terisolir dan sulit mendapatkan bantuan. Sementara, hanya ada jembatan darurat yang terbuat dari bahan seadanya dan jauh dari kata aman.
Ditengah kondisi seperti itu, Tim Harfa Rescue Indonesia (HRI) hingga saat ini, masih terus mengirimkan bantuan dan menyampaikan amanah dermawan kepada warga di desa terisolir. Akses jalan yang sulit dan harus melewati dua jembatan yang terbuat dari kayu dan bambu seadanya, karena jembatan yang sebelumnya hanyut terbawa banjir. Jarak tempuh pun semakin panjang dan membutuhkan waktu hingga hampir seharian.
Indah Prihanande, Direktur Utama LAZ Harapan Dhuafa mengatakan, jembatan yang rusak merupakan jembatan yang sangat penting, karena menopang kehidupan masyarakat, entah itu digunakan sebagai akses jalan tercepat atau digunakan sebagai akses untuk menyambung hidupnya dari hasil bertani. Sehingga, kerusakan yang banyak terjadi ini membuat perekonomian mereka pun lumpuh.
“Kami sangat mengerti bahwa jembatan juga sangat penting, selain bantuan kebutuhan dasar para penyintas. Karenanya, kami mengajak seluruh masyarakat untuk bahu membahu, bergotong-royong menyambung harapan para penyintas, untuk membuat jembatan yang kokoh untuk mereka,” ujar Indah.
Sapri (50 th) salah satu penyintas banjir Lebak mengungkapkan, bahwa kebutuhan jembatan memang sangat vital baginya dan warga sekitar. “Jembatan ini penopang hidup saya dan keluarga. Buat ngangkut kayu dan pisang hasil bertani. Sekarang jembatan hancur, saya bingung nanti seperti apa” ucap Sapri.
Para penyintas Lebak membutuhkan jembatan yang kokoh guna menopang kembali harapan mereka yang sempat hilang, melanjutkan kehidupan mereka dan masa depan anak-anaknya
Untuk Anda yang ingin membantu warga terdampak banjir di wilayah Banten, mari bergotong royong bersama LAZ Harapan Dhuafa dan Harfa Rescue Indonesia untuk membangun jembatan harapan bagi penyintas lebak melalui Rekening BRI 008401000593562 an Yayasan Harapan Dhuafa Banten (Tambahkan kode unik "217" dibelakang nominal transfer) Atau donasi di https://channelkebaikan.org. Konfirmasi donasi ke nomor 0812-8707-4484. (uc)