Mereka yang Menari Diatas Kepulan Asap Pelsus Cemindo
0 menit baca
![]()  | 
| Aktivitas di Pelsus Cemindo, Jum'at (15/11/2019). | 
Bantenekspose.com – Bayah,
sebuah kecamatan di wilayah Kabupaten Lebak kini memang sedang beranjak menuju
kota kecil, sekaligus menjadi pusat perhatian pemburu rupiah di republik ini.
Setidaknya, aspek wisata pantai dan pegunungan di wilayah sekitar kecamatan
Bayah turut menjadi magnet tersendiri. Selain itu, aspek sejarah (tugu romusha jadi
saksi, red) dan keunikan bentang alam (Bayah dome), bagi kalangan tertentu kini
sedang menjadi fokus perhatian.
Bayah kini, memang secara alami menjadi indikator ekonomi
wilayah kecamatan sekitarnya, Cibeber, Cilograng, Panggarangan dan Cihara. Sayangnya,
Bayah dengan rayuan pesona alam yang hijau perbukitan gunung madur berbalutkan
kemolekan pesona pantai, kini harus ditukar mahal dengan kepulan debu dan asap.
Sebuah konsekwensi, saat pengambil kebijakan rakus menerjemahkan dengan nalar
sehat, persoalan otonomi daerah. Otonomi Daerah lebih dimaknai pada persoalan ‘keberdayaan
penguasa’ yang menguntungkan kelompok ‘pengusaha’. Rakyatnya, rada wayahna harus bernafas sesak,
menghisap kepulan asap industri.
Bagi warga Bayah dan pemerhati lingkungan, sudah bukan
barang baru lagi, bila aktivitas pelabuhan khusus (pelsus) PT Cemindo Gemilang
---yang menjadi saksi keangkuhan ‘penguasa’ dan ‘pengusaha’, selalu menimbulkan
persoalan lingkungan. Seiring aksi-aksi dan protes warga, baik yang
terkoordinir maupun melalui cuitan-cuitan di medsos, seolah menjadi pelengkap detak
kehidupan di penghujung selatan Banten. Tak wakil rakyat tak pemerintah
setempat, seperti menganggap angin lalu persoalan dampak Pelsus Cemindo.
Catatan media ini, sudah banyak protes-protes yang dilakukan
warga dan kalangan aktivis, namun Cemindo tetap Gemilang. Pengguna kendaraan
roda dua yang menggunakan ruas jalan Bayah-Cibareno itu, layaknya golongan
masyarakat kelas sudra. Pengambil kebijakan
dan kalangan wakil rakyat, yang pemilu kemarin mengemis suaranya rakyat pun,
kini sudah nyenyak tidur. Lagi-lagi, persoalan lingkungan seolah menjadi nomor
sekian. Sepertinya, mikirin debu dampak bongkar muat di Pelsus Cemindo, bukan
bahasan menarik yang bisa dibawa ke rapat paripurna.
Jum’at kemarin (15/11/2019), warga kembali mengeluhkan
aktivitas di Pelsus Cemindo, Kampung Jogjogan Desa Darmasari Kecamatan Bayah
Kab Lebak. Mereka mengeluh, karena hendak melintas di jalur ruas jalan Bayah – Cibareno
itu---yang nota bene dibiayai duit rakyat,
harus menghadapi serangan asap dan debu, yang timbul dari aktivitas pekerjaan pengangkutan
(trucking) Klinker, di Pelsus Cemindo
Gemilang.
Sejumlah pengguna jalan yang mengendarai roda dua, semuanya
mengeluhkan debu asap itu. Namun apa hendak dikata, mereka dari kelas sudra, bukan ‘penguasa’. Teriak-teriak
di berbagai media sosial, tak pula membuat pengambil kebijakan bergeming.
Mereka hanya bisa ngomel, ditengah acaman gangguan kesehatan, Infeksi Saluran
Pernapasan (ISPA).
"Kami sebagai pengguna jalan, sering melintas ke area
tersebut merasa tidak nyaman, keluh Dayat, salah soerang pengendara roda dua
Warga Bayah lainnya menuturkan hal yang sama, soal ketidaknyaman
lingkungan. Mereka berpendapat, semakin lama akan beresiko pada kesehatan
warga, seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan beresiko menimbulkan
laka lantas bagi para pengendara.
“Bila polusi debu, yang berdampak pada warga akibat aktivitas
bongkar muat tersebut tidak dihentikan, warga akan kembali memperhitungkan atas
janji dari PT Cemindo Gemilang,” ujar Eka
Clinker, merupakan bahan padat yang dihasilkan
dari proses pembakaran dalam Kiln membentuk butiran-butiran atau nodul,
biasanya diameter 3-25 mm. Klinker merupakan
bahan utama dalam pembuatan semen yang dengan penambahan kalsium sulfat sedikit
akan menjadi semen. Aktivitas trucking clinker ini pula, yang selalu
menjadi ancaman warga Bayah, karena menimbulkan polusi debu.
Pemkab Lebak dan Pemprov Banten, sepertinya tak boleh
membiarkan warganya terus-menerus berperang dengan ‘polusi debu’. Alih-alih
memanjakan investor, masihkah tega membiarkan warganya tersiksa?
Berharap pada power wakil rakyat dari dapil IV di DPRD
Lebak, sepertinya bak pungguk merindukan bulan. Pun demikian, mengemis pada
mereka yang mewakili Kabupaten Lebak di DPRD Provinsi Banten, seperti Rindu Tiada Bertepi
--meminjam judul puisi Syne Lulla dalam kompasiana.
Liputan: Odil
(bantenekspoe.com/cyber bansel network)
