Peran Pendidikan Matematika Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA di Era Revolusi Industri 4.0
0 menit baca

Bantenekspose.com - Pembukaan
UUD 1945 menetapkan bahwa salah satu tujuan nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut
terdapat beberapa mata pelajaran dalam struktur kurikulum 2013 yang harus
diselesaikan di setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Salah satu dari
mata pelajaran tersebut adalah matematika. Secara spesifik, Pasal 37 menekankan
pentingnya penguasaan matematika yang merupakan mata pelajaran wajib pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Pada
era revolusi industri 4.0 peranan matematika adalah sebagai ilmu dasar yang
melandasi perkembangan teknologi dan pengetahuan modern. Selain itu matematika
juga dapat meningkatkan keterampilan dalam hal daya abstraksi, analisis
permasalahan dan penalaran logika. Sehingga dengan kemampuan matematis tersebut
seseorang dapat mengkaji alam sekitar untuk mengembangkan teknologi bagi
kesejahteraan umat manusia. Bahkan sebagai contoh dengan timbulnya
masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari akan dapat dipecahkan melalui
pendekatan-pendekatan matematis.
Namun, hasil belajar matematika di sekolah saat ini belumlah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Sejumlah benchmark internasional pada bidang matematika menunjukkan hal itu. Survei Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) terbaru tahun 2011 dalam bidang matematika menyebutkan bahwa persentase dalam kategori rendah (low), sedang (intermediate), tinggi (high), dan lanjut (advanced)
Untuk siswa kelas VIII berturut-turut
adalah 43%, 15%, 2% dan 0%. Nilai rata-rata hanya 386 dan menempati urutan
ke-38 dari 42 negara. Hasil survey TIMSS tersebut sejalan dengan hasil
Programme for International Student Assessment (PISA) yang pada pelaksanaan
terakhir tahun 2012 menempatkan Indonesia pada peringkat 64 dari 65 negara
dengan skor 375 dari rata-rata skor internasional 494. Kedua survei dan standar
isi mata pelajaran matematika di Indonesia sama-sama menekankan pada aspek
penalaran matematis dan penggunaan konsep matematika untuk menyelesaikan
masalah. Dengan demikian, kemampuan yang diukur pada TIMSS maupun PISA relevan
dengan standar isi mata pelajaran matematika di Indonesia.
Rendahnya
kemampuan siswa dalam ber-pikir matematis turut berperan dalam rendahnya
prestasi matematika siswa secara umum. Ke-mampuan berpikir matematis ini di
antaranya adalah kemampuan berpikir logis. Berpikir secara logis (logical thinking) adalah suatu proses
berpikir dengan menggunakan logika, rasional dan masuk akal. Secara etymologis
logika berasal dari kata logos yang mempunyai dua arti, Pemikiran kata-kata.
Jadi logika adalah ilmu yang mengkaji pemikiran. Karena pemikiran selalu
diekspresikan dalam kata--kata, maka logika juga berkaitan dengan “kata sebagai
ekspresi dari pemikiran”.
Dengan berpikir logis, kita akan mampu membedakan dan
mengkritisi kejadian-kejadian
yang terjadi pada kita saat ini apakah kejadian-kejadian itu masuk akal dan
sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak.
Keterampilan
berpikir tersebut tak terpisahkan dari kemampuan pemecahan masalah (problem solving), yang menjadi bagian
utama dalam pembelajaran matematika. Rendahnya
kemampuan berpikir logis ini dapat diakibatkan oleh kurang tepatnya pemilihan
metode pembelajaran. Seringkali pembelajaran memang tidak memfasilitasi siswa
untuk berpikir dalam tingkat yang tinggi. Hal tersebut berakibat pada tidak
terbiasanya siswa untuk menyelesaikan masalah tidak rutin dan berpikir logis.
Padahal, kemampuan berpikir logis dapat dilatihkan dengan pembelajaran yang
bersifat konstruktivisme.
Satu
lagi, yang tidak terlepas dari berpikir logis yaitu kemampuan penalaran.
Penalaran. Brodie dkk,(2009) menyatakan penalaran matematika adalah
menghubungkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang dimiliki, dan
sesungguhnya mengatur kembali pengetahuan yang didapatkan.
Kami
melakukan penelitian kepada siswa sekolah menengah atas yang masih aktif di
sekolahnya, khususnya kepada siswa yang mendapat mata pelajaran matematika,
penelitian ini dilakukan dengan cara memberi beberapa pertanyaan singkat dan
juga pendapat para siswa terhadap peran Pendidikan matematka dalam meningkatkan
kemampuan berpikir logis siswa melalui kuesioner yang diberikan menggunakan google form, khususnya siswa sekolah
menengah atas dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah kami lakukan, diperoleh simpulan:
(1) Peran
pendidikan matematika sangat penting dalam meningkatkan kemampuan penalaran
siswa SMA
(2)
Peran pendidikan matematika sangat penting dalam meningkatkan kemampuan logika
siswa SMA
(3)
Dari tanggapan para siswa yang mengisi kuesioner diketahui bahwa peran
pendidikan matematika dalam meningkatkan kemampuan berpikir logis sekarang ini
sangat berpengaruh untuk meyongsong era revolusi industri.
Dengan
demikian, sebenarnya peran pendidikan matematika saat ini sedikit banyaknya
telah membantu para siswa dalam mengasah kemampuan mereka untuk menghadapi era
revolusi industri 4.0
Penulis:
Amaludin Septiriadi Argawi & Devi Khairunnisa
Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa