Biadab, Seorang Santri Berani Bunuh Gurunya Sendiri

Kapolres Serang Kota AKBP Firman Affandi, saat konferensi pers, Jum'at (17/05/2019) BantenEkspose.com -  Samsudin (44), s eorang gur...

Kapolres Serang Kota AKBP Firman Affandi, saat konferensi pers, Jum'at (17/05/2019)

BantenEkspose.com - Samsudin (44), seorang guru ngaji,  di salah satu pondok pesantren Kampung Keramat, RT 02/02, Desa Kadu Agung, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Serang tewas secara tragis ditangan santrinya sendiri, berinisial RH (32) warga Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Kapolres Serang Kota AKBP Firman Affandi mengatakan, seorang guru ngaji tersebut dibunuh oleh muridnya sendiri. Lantaran ada dendam pribadi antara guru dan muridnya tersebut. Pelaku dijanjikan untuk diberikan ilmu batin, namun seorang guru belum yakin terhadap muridnya.

"Ada dendam pribadi. Karena pelaku dijanjikan untuk diberikan ilmu. Yang bersangkutan ingin diangkat menjadi murid utamanya disitu. Tapi, Ustadz tersebut belum memberikan. Karena ustadz itu belum yakin kepada yang bersangkutan," ujar Firman kepada awak media saat konferensi pers di Mapolres Serang Kota, Jum'at (17/05/19) sore.

Dikatakan Firman, kondisi kejiwaan pelaku sampai saat ini masih normal. Sementara, pelaku telah mengakui dan menyesali perbuatannya tersebut. Namun demikian, untuk lebih dalam lagi pihaknya akan mendatangkan ahli dari kejiwaan, apakah kejiwaan pelaku masih sehat atau tidak.

"Kondisi kejiwaan sampai saat ini masih normal, pelaku mengakui dan menyesali perbuatannya," katanya.

Ditempat yang sama, RH, mengakui kesalahannya. Menurut pengakuan, dirinya membunuh gurunya tersebut saat tertidur nyenyak di dalam kamarnya. 

"Saya ke pesantren ustadz ini memang untuk mempelajari ilmu tariqat. Waktu saya lihat dia lagi tidur di kamar, saya tidak sadar langsung membacok aja. Kemudian saya lari ke dapur," akunya.

Atas perbuatannya itu, pelaku dijerat pasal 351 ayat 5 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang penganiayaan, yang menyebabkan korban meninggal dunia, dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara. 

Penulis: Marino AS