Kuantum Perjuangan, Agama dan Kemanusiaan
0 menit baca
Kita ini Muslim yang terlahir di bumi Nusantara, hidup hingga matinya. Makan, minum, tidur nyenyak serta menghirup nafas kehidupan dengan aman dan damai. Satu sisi kehidupan yang ideal tengah dinikmati kita dalam bingkai persatuan dan kesatuan bangsa. Negeri yang kita cita-citakan adalah baldatun toyyibatun wa robbun ghofur. Tujuan teologis-perennialis tersebut adalah juga tujuan perjuangan anak negeri ini.
Negeri ini didiami bangsa yang majemuk, memiliki keberagaman suku bangsa, ras, bahasa, agama, dan adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada dalam masyarakat. Terdata 17.504 pulau yang didalamnya ada 1.340 suku bangsa, 546 bahasa, dan 250an agama serta kepercayaan yang kesemuanya saling berinteraksi sebagai kesatuan bangsa dalam territorial NKRI.
Heterogenitas dalam masyarakat memberikan warna tersendiri dalam seluruh aspek kehidupan bernegara. Sebagai masyarakat majemuk, bangsa Indonesia harus mampu menghadapi realitas sosial dan masalah-masalah sosial lain yang sangat kompleks. Dalam upaya membentuk dan menjaga keberagaman dalam keserasian itu diperlukan berbagai upaya yang dapat membina sikap-sikap positif yang saling menghormati, menghargai, mengakui eksistensi, dan kerja sama di antara berbagai keanekaragaman dalam semangat kebangsaan.
Semangat kebangsaan merupakan salah satu aspek penting yang harus ditumbuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara , untuk mempererat persatuan dan kesatuan dalam mewujudkan keamanan dan kedaulatan bangsa yang kokoh sebagai syarat utama untuk mencapai kemajuan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menjadi tatapan ke depan bahwa hidup yang tidak dipertaruhkan tentunya tidak perlu dimenangkan, karena memang hidup adalah perjuangan. Soal ini yang kita maksud adalah bagian energi yang tak terpisahkan antara memperjuangan dari dasarnya sebagai hamba Tuhan dan memperjuangkan sesuatu dari dasarnya kita sebagai anak bangsa. Kuantum tersebut harus terus digelindingkan sebagai gerak dinamis peradaban manusia, ya manusia Indonesia.
Negeri yang kita cintai ini, tentu bukan sekedar menerima warisan dari para bapak pendiri bangsa. Tapi lebih dari itu kita merawat, menjaga sekaligus mewariskan pada generasi berikutnya. Dengan demikian dalam partisipasi teleologis atas negeri ini tentunya berpegang pada perjuangan dengan pendekatan kultural dalam merumuskan hubungan Islam dan negara di dalam memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Inilah kuantum perjuangan itu.
Keadilan, toleransi dan keseimbangan juga menjadi titik tekan perjuangan kita dengan selalu memegang prinsip dan nilai kemanusiaan yang tidak jauh dari tujuan syariat agama ( maqoshid al-syar'i ) kemudian berlaku bagi kemaslahatan seluruh penduduk negeri ini. Dalam hal itu, tentu kita harus menjadi garda terdepan dalam upaya perjuangan tersebut.
Penulis: Hamdan Suhaemi
Wakil ketua PW GP Ansor Banten
Ketua PW Rijalul Ansor Banten