Takdir Tuhan atas bumi Nusantara (Indonesia) ini adalah kekayaan alamnya, kemajmukan budayanya, heterogenitas masyarakatnya dan bermacam-ma...
Takdir Tuhan atas bumi Nusantara (Indonesia) ini adalah kekayaan alamnya, kemajmukan budayanya, heterogenitas masyarakatnya dan bermacam-macam agama serta kepercayaannya. Ini tidak bisa dibantah oleh apapun.
Secara antropologis, bangsa Nusantara adalah ras mongolaid ( Asia ) dan secara sosiologis masyarakat Nusantara adalah masyarakat agraris, bersamaan pula secara politis negeri ( nusantara ) ini adalah negeri yang menerapkan sistem demokrasi sejak didirikannya 1945.
Dengan dasar dan alasan tersebut itulah Nusantara ini adalah juga tanggung jawab bersama anak negeri ini. Untuk kemudian merawat, menjaga seluruh akar budaya dan khazanah kebudayaannya. Meski semua misi agama masuk dari abad-abad yang silam, itu menunjukan bangsa Nusantara sejak dulu memang terbuka, welas asih, sopan santun, saling menghormati, tepi seliro dan gemar gotong royong.
Begitupun Islam, masuk abad 15 M meski ada indikasi sejarah Islam masuk di abad 7 M lewat jalur Barus, Swarnadwipa ( pulau Sumatera ) namun menurut jumhur ahli sejarah, Islam masuk ke bumi Nusantara lewat jalur Gujarat, bukan Arab atau Yaman. Bahkan keluarga besar Syaikh Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel tidak berasal dari Arab tapi dari Campa. Karena ayahnya yang dari Gujarat India menikahi Puteri raja Campa, yakni Dewi Dwarawati, sementara adiknya Dewi Rasawulan diperistri Raden Kertabhumi atau Raja Bre Wijaya V (raja Majapahit).
Bukti sejarah ini, kita pahami bahwa Islam masuk tidak pernah merubah budaya setempat dimana ajaran Islam disampaikan. Jadi tidak benar ada catatan sejarah Arabisasi atau Yamanisasi. Islam masuk Nusantara dengan kelembutan, dengan hikmah, dengan moderat, dengan pitutur yang bagus. dan sejatinya tidak ada unsur paksaan dari setiap penyebar Islam saat itu.
Syaikh Raden Sahid atau terkenal sebutan Sunan Kalijaga, figur utama dalam upaya mengawinkan Islam dengan budaya Nusantara, khusus Jawa. Ini untuk membantah opini bahwa datangnya Islam merubah budaya Nusantara.
Kesimpulan tersebut sesat dan menyesatkan. Sebagai pembaca sejarah saya mendalaminya dari berbagai referensi sejarah, bahwa tidak ada tindakan dari para penyebar Islam ( khusus Wali Songo ) merusak dan mengganti budaya Nusantara tersebut.
Islam sebagai rahmatan Lil Al-Amin, sudah barang tentu adalah ajaran agama yang disampaikan dengan cara welas asih, santun, arif bijaksana, dengan Budi pekerti dan tauladan, dengan istiqomah dan karomah. Soal kebermunculan kerajaan-kerajaan Islam di hampir seluruh Nusantara, itu tidak seta merta adalah tindakan penaklukan, kolonisasi atau dengan cara pemberontakan.
Adanya perang Demak dan Majapahit di awal-awal berdirinya kesultanan Demak yang beribukota di Gelagah Wangi itu dipicu oleh Prabu Girindra Wardhana yang merebut tahta Majapahit yang saat itu ditinggalkan Prabu Bre Wijaya V ayah kandung dari Sultan Demak ( Raden Fatah ) dipengaruhi juga faktor-faktor antara lain, yaitu kroposnya persatuan dan persaudaraan di dalam keluarga besar Majapahit, bahkan sempat terjadi kebobrokan moral keluarga kerajaan di awal-awal Syaikh Ali Rahmatullah bin Ibrahim Samarkandi ketika diminta bibinya untuk menangani gejolak moralitas tersebut yang kian parah dan tak terbendung.
Bentangan sejarah yang panjang dan sangat luas mungkin ditulis disini tidaklah cukup, tetapi sebagai suguhan argumentatif dari opini pihak tertentu seolah Islam yang dibawa para pendakwah di bumi Nusantara dengan cara keras, dan merubah karakteristik budayanya. Bahkan dibuat opini seperti penaklukan Islam atas negeri ini, oleh yang diasumsi sebagai utusan sultan Turky yakni Syaikh Syubakir. Padahal dalam narasi sejarah sang Syaikh hanya minta izin berdakwah, bukan ingin menguasai.
Soal ada isu Arabasisi yang digerakkan oleh kelompok-kelompok muslim yang diduga berafiliasi firqoh Khowarij, untuk menargetkan kekuasaan khilafah. Bersamaan pula misi Arab dalam proyek Wahabisasi. Tentu kita muslim sunny sangat bertentangan dengan mereka. Bagi mereka Islam itu kekuasaan, bagi kami Islam adalah petunjuk, ajaran sekaligus akhlaq. Kami, ini teguh bahwa bumi dipijak maka langit pun dijunjung.
Pada garis ideologis inilah perbedaan sikap berislam kami yang ahli Sunnah wal Jama'ah dengan mereka yang berfaham Wahabi dan Khowarij itu.
Dalam perspektif syariat, mereka keras inginkan bahwa "lama hukma illaa hukmu Allah" (tidak ada hukum kecuali hukum Allah). Sementara, kita punya perspektif madzhabiyah yaitu "la hukma illaa bi 'illatin " (tidak ada hukum kecuali diawali adanya illat). Maka dari garis inilah mereka keras cita-citanya menegakan syariat Islam, dengan cara merebut kekuasaan.
Sementara, kita yang muslim sunny berpijak pada "hubbul Wathon minal iman" (cinta tanah air sebagian dari iman). Kemudian soal jihad, ulama dan orang tua-tua kami (NU) sudah membuktikannya dengan melakukan perlawanan mengusir penjajah, bahkan tegas melawan para perongrong negara dari fitnah dan kekejian kaum komunis di tahun 1966-1968, fitnah dan kekejian DI/TII tahun 1957-1958.
Jangan ada generalisasi bahwa Islam adalah Arab, jikapun Islam diturunkan di Mekkah (Arab ) itu betul. Tapi Islam bukan hanya agama orang Arab saja. Tapi seluruh umat manusia di dunia ini yang punya hak memeluk Islam. Sementara Arabisasi itu tidak lebih proyek Wahabisasi dan eksploitasi minyak, dan itu tidak tengah mewakili Islam sebagai agama. Arab ya Arab, Islam ya Islam.
Islam itu agama untuk manusia, jin dan malaikat di seluruh semesta raya ini.
Sementara yang merusak kesucian dan keramahan, kesempurnaan Islam mereka yang sok suci, sok agamis, sok paham agama, dan mereka yang secara fundamental untuk tegakkan syariat pada negara.
Sementara yang merusak kesucian dan keramahan, kesempurnaan Islam mereka yang sok suci, sok agamis, sok paham agama, dan mereka yang secara fundamental untuk tegakkan syariat pada negara.
Kita (warga NU) dan Nusantara adalah padu. Lahir, hidup dan mati di negeri Nusantara (Indonesia) ini.
Penulis:Hamdan Suhaemi
Wakil Ketua PW GP Ansor Banten
Ketua PW Rijalul Ansor Banten
Ketua PW Rijalul Ansor Banten
COMMENTS