Bantenekspose.com - Sore itu, sekira pukul 17.00 WIB, di Desa Bayah Timur, Kecamatan Bayah, Robi bersama enam teman lainnya menemukan poton...
Bantenekspose.com - Sore itu, sekira pukul 17.00 WIB, di Desa Bayah Timur, Kecamatan Bayah, Robi bersama enam teman lainnya menemukan potongan tubuh manusia bagian tangan sebelah kanan seusai bermain sepak bola di pinggir sungai Cimadur, Senin (7/12/2020).
Penemuan itu, sontak membuat geger warga sekitar. Bahkan Kepala Desa dan pihak kepolisian pun segera turun tangan, dan kemudian mengevakuasi serta membawa potongan tangan yang belum dikatahui identitasnya itu ke Rumah Sakit Adjidamo Rangkasbitung, untuk dilakukan pemeriksaan.
Misteri penemuan potongan tangan manusia itu, kini menemukan titik terang setelah dilakukan pemeriksaan. Kasatreskrim Polres Lebak, AKP David Adhi Kusuma mengatakan, pihaknya menemukan identitas yang diduga pemilik potongan lengan tersebut. Dugaan itu didapat setelah pihaknya mencocokan sidik jari.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan sidik jari, ditemukan 70 persen identitas diduga pemilik lengan tersebut. Setelah kita kroscek, itu ternyata alamatnya ada di Cibeber - Lebak," ungkap Kasatrekrim saat dihubungi awak media, Selasa (8/12/2020) malam.
David menduga, potongan lengan itu merupakan milik salah satu dari enam korban yang meninggal dunia pada kejadian longsor di Kecamatan Cibeber. Lanjutnya, potongan itu hanyut terbawa aliran sungai dari Cibeber ke sungai Cimadur. Dugaan ini dikarenakan TKP hulu aliran sungai Cimadur dari Cibeber.
"Mungkin karena itu aliran sungai Cimadur itu kan dari atasnya (hulunya) dari Cibeber. Kebetulan memang pada malam itu ada kejadian longsor yg mengakibatkan ada korban enam orang meninggal. Yang baru ditemukan itu baru 3 orang, dan tiganya masih dalam pencarian. Nah salah satunya, tangan ini identitasnya sama dengan salah satu korban tanah longsor tersebut," ujarnya.
Lebih lanjut David mengungkapkan bahwa, dari hasil penelusuran pihak kepolisian Polres Lebak dari unit identifikasi, identitasnya merujuk pada korban tanah longsor di daerah Cibeber.
"Untuk jenis kelamin sendiri itu laki-laki. Mungkin terbawa arus longsor yang mengakibatkan badan hancur," ucapnya.
Meski demikian kata Kasatreskirm Polres Lebak, pihaknya akan tetap melakukan uji sempel lainnya untuk memastikan identitasnya. Termasuk mencocokan DNA potongan lengan dengan memanggil pihak keluarga korban longsor di Cibeber.
"Saat ini masih di RSUD (potongan lengan itu), nanti kita panggil pihak keluarga korban. Karena kita tidak semerta-merta karena sidik jari aja, tetapi kita akan lakukan uji sampel lainnya untuk benar-benar membuktikan identitasnya. Yang jelas itu bukan kasus pembunuhan," ucapnya.
Longsor Cibeber
Hujan lebat yang terjadi wilayah Lebak Selatan (Baksel) belakangan ini, menimbulkan insiden longsor di lokasi yang diduga merupakan wilayah Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI). Kejadian pada Senin dini hari lalu (7/12/2020) di blok Cikatumbiri Ciawi, Citorek Sabrang, Kecamatan Cibeber ini. Kembali memakan korban, jumlahnya enam orang. Diduga para korban yang tertimbun ini merupakan para gurandil.
Hujan lebat yang terjadi wilayah Lebak Selatan (Baksel) belakangan ini, menimbulkan insiden longsor di lokasi yang diduga merupakan wilayah Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI). Kejadian pada Senin dini hari lalu (7/12/2020) di blok Cikatumbiri Ciawi, Citorek Sabrang, Kecamatan Cibeber ini. Kembali memakan korban, jumlahnya enam orang. Diduga para korban yang tertimbun ini merupakan para gurandil.
Disebutkan, sebagai mana rilis yang beredar, dugaan longsor di PETI tersebut berada di perbatasan dua desa, yakni Desa Citorek Timur dan Desa Citorek Sabrang. Saat ini, berdasarkan informasi yang dihimpun keenam orang yang diduga merupakan gurandil korban tertimbun longsor tanah, hingga Rabu (09/12/2020), baru empat orang yang berhasil dievakuasi. Sedangkan dua orang lagi, hingga kini masih belum ditemukan.
Salah seorang warga Cibeber, Endin SM mengatakan, dari hasil evakuasi korban longsor, baru empat orang ditemuka, dan dua lagi masih berlangsung pencarian hingga. "Empat orang yang kena longsor di Citorek sudah ditemukan, dan pencarian akan dilanjutkan besok," kata Endin.
Hingga berita ini ditulis, redaksi masih mencoba menghubungi pihak Mapolsek Cibeber, namun belum dapat mengkonfirmasi.
Hingga berita ini ditulis, redaksi masih mencoba menghubungi pihak Mapolsek Cibeber, namun belum dapat mengkonfirmasi.
Sementara Informasi yang didapat dari Koramil 0315/Bayah, keterangan dari Danramil 0315/Bayah, Kapten (Arm) Roshad membenarkan kejadian tersebut pada Senin dini hari sekitar pukul 03.00 Wib, saat itu hujan lebat mengguyur kawasan Baksel.
Lanjutnya, kempat korban yang sudah ditemukan itu, yakni Suhana (50), Astura (40), Oyan (22), Yanto (37). Sementara dua korban lainnya yakni Rudi (26) dan Mahmudin (37) masih dicari. Diketahui lima korban adalah warga Pasirnangka, Citorek. Sedang satu orang lagi bernama Oyan merupakan warga Majasari, Sobang.
"Laporan Babinsa kejadiannya dini hari sekitar pukul 03.00 Wib. Saat hujan lebat, 4 orang gurandil sudah dievakuasi dan 2 lagi sekarang madih dicari. Saya sudah mengirimkan beberapa personil ke sana," ujar Roshad, Rabu (9/12/2020) malam.
Lebih lanjut, ditanya soal korban longsor itu, Danramil Roshad tidak menepis bahwa mereka para gurandil pelaku PETI.
"Oh iya itu benar, dan mengenai larangan pun saya kira mereka juga sudah tahu tentang UU Minerba, dan UU lingkungan yang berlaku tentang ilegal mining. Sekarang kita fokus evakuasi dulu," ujarnya.
Diketahui, korban yang sudah dievakuasi di bawa ke Puskesmas setempat, dan diserahkan ke pihak keluarga.
Terpisah, salah seorang pegiat lingkungan di Baksel, Widya D Sutisna, menyayangkan insiden yang sama kembali terjadi di lobang praktik PETI wilayah hukum Cibeber. Menurutnya, bahwa kegiatan PETI yang dilakukan para gurandil itu karena tidak adanya tindakan tegas dari aparat penegak hukum.
"Itu akibat adanya pembiaran dari aparatur terkait, mereka nambang emas ilegal merasa aman dari penertiban dan tindakan. Ahirnya sewenang wenang melakukan penambangan secara ilegal tanpa melalui proses ijin dan kajian Amdal ," ujar Wijaya D Sutisna, Rabu (9/12/2020).
Dikatakannya, para gurandil di wilayah PETI tersebut tidak pernah menerima sosialisasi atau edukasi bagaimana cara menjaga kelestarian lingkungan dari pemerintah. Sehingga kata dia, mereka yang dalihnya tambang emas merupakan sumber mata pencaharian, padahal kerap memakan korban.
"Mereka juga tidak menghiraukan dampak lingkungan yang akan terjadi, dan akibat dari kesemena-menaan (merasa nyaman-red) mereka dalam melakukan aktifitas PETI secara sporadis, hingga akhirnya mengakibatkan longsor, dan keselamatan mereka pun tidak terjaga hingga mengakibatkan korban meninggal berjumlah 6 orang," paparnya. (es'em)
COMMENTS