BantenEkspose.com - Guna melayani moda transportasi laut dengan rute Karanghantu - Pulo Panjang - Pulau Tunda, beberapa waktu lalu, Pemkot...
BantenEkspose.com - Guna melayani moda transportasi laut dengan rute Karanghantu - Pulo Panjang - Pulau Tunda, beberapa waktu lalu, Pemkot Serang mendapat hibah kapal berjenis wood boat (kapal kayu) dengan kapasita mesin 33GT. Karena tak cocok, kabarnya kapal yang diperoleh dari hibah Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI, bakal dibalikin.
Pantauan Bantenekspose.com, Kamis Kamis (23/7/2020) sore, kapal yang diberi nama KM Banawa Nusantara 75 itu, terparkir di Pelabuhan Karangantu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang tanpa terkunci. Bahkan tidak ada yang seorangpun yang menjaga. Kondisinya nyaris tak terurus.
Ironisnya, buritan kapal tampak kotor seperti lama tidak dibersihkan. Kondisi itu diperparah dengan keadaan atap yang sudah ambrol.
Kabid Perhubungab Laut Dinas Perhubungan Kota Serang, Jhoni Manahan sempat mengatakan, jika pihaknya berencana mengembalikan kapal hibah tersebut, ke Kementrian Perhubungan. Karena kondisi kapal, yang memiliki mesin besar dan baling-baling dibawah tidak cocok digunakan diperairan Kota Serang.
KM Banawa Nusantara 75 yang dihibahkan Kementrian Perhubungan RI ke Pemkot Serang pada 23 Desember 2019, digunakan untuk kapal angkut penumpang yang akan menuju Pulau Tunda dan Pulau Panjang, atau sebaliknya.
"Kapal hibah di Kota Serang itu kurang efektif. Karena penggunaannya daya hisap tinggi, dan mesinnya juga besar. Itu posisinya harus dilaut dalam. Bahkan parkir di Karangantu aja jalan kedepan harus ditarik. Kalau dihidupkan akan kandas. Kita rencana, kalau punya alternatif akan kita kerjasamakan dengan pihak ketiga. Atau alternatif terakhir kita kembalikan Kapal itu ke Pusat," kata Jhoni
Sementara itu, Aden, mantan ABK KM Banawa Nusantara 75 mengaku, dirinya sudah tidak mengetahui kondisi Kapal tersebut. Itu dikarenakan, hampir sebulan dirinya sudah tidak bekerja lagi di Kapal tersebut.
"Nggak tau, sudah sebulan kan nggak ke situ (Kapal)," ucapnya, Kamis (23/7/2020).
Namun, diungkapkannya, jika keadaan Kapal saat diserahkan dari Kemenhub RI ke Pemkot Serang kondisinya sudah bermasalah. Terlebih, keadaan atap yang bocor jika terkena hujan. Bahkan sering terjadi korsleting listrik.
"Emang waktu sebelumnya udah bocor, dari atapnya. Itu keliatan udah banyak jamur. Itu udah pas dibawa dari sana (Kemenhub). Kalau mesin normal. Cuma kelistrikannya bermasalah itu, ga tau dari sananya. Itu atap dipegang aja nyetrum. Makanya ngeri kalau dicolokin listriknya. Kita sih biasanya cabut listriknya kalau mau dihidupin," terangnya.
Aden juga turut membenarkan, Kapal dengan kapasitas mesin 33GT sangat boros. Sehingga hal itu tidak memungkinkan jika dipakai sebagai Kapal angkut penumpang ke Pulau Tunda atau Pulau Panjang dengan tarif Rp 20ribu/orang.
"Iya benar, boros kalau dipake Kapal penumpang. Kapasitas cuma 30 orang. Kecuali kalau diatas 50 orang. Kursinya aja didalam paling berapa paling berapa. Kurang pas, kalau dipake kapal penumpang, mesinnya gede," terangnya.
Keadaan itulah, kata Aden, KM Banawa Nusantara 75 tidak pernah digunakan. Semenjak tiba di Kota Serang, Kapal hanya dihidupkan selama 15 menit untuk sekedar memanaskan mesin.
"Dipanasin, seminggu 3 kali, ga tiap hari. Lumayan boros, sekali dipanasin bisa abis 20 liter solar, itu paling 15 menitan," ujarnya.
Bukan hanya itu, ia pun turut mengeluhkan nasibnya yang tidak mendapat kejelasan dari pihak Dishub Kota Serang terkait tindaklanjut status pekerjaannya. Padahal dirinya sudah sempat mengeluarkan biaya untuk sekolah singkat agar bisa bekerja di KM Banawa Nusantara 75 sebagai ABK.
"Saya sempat sekolah di Tanjung Kait, Tangerang. Sekolah pelayaran 10 hari, karena katanya harus ngambil dasar, harus punya sertifikat BST untuk jadi ABK. Itu biaya sendiri sekitar Rp 3-jutaan. Tapi kerja beberapa bulan doang. Sekarang nggak kerja. Bingung, sudah sekolah tapi udah ga kerja lagi," tukasnya. (UC)
Pantauan Bantenekspose.com, Kamis Kamis (23/7/2020) sore, kapal yang diberi nama KM Banawa Nusantara 75 itu, terparkir di Pelabuhan Karangantu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang tanpa terkunci. Bahkan tidak ada yang seorangpun yang menjaga. Kondisinya nyaris tak terurus.
Ironisnya, buritan kapal tampak kotor seperti lama tidak dibersihkan. Kondisi itu diperparah dengan keadaan atap yang sudah ambrol.
Kabid Perhubungab Laut Dinas Perhubungan Kota Serang, Jhoni Manahan sempat mengatakan, jika pihaknya berencana mengembalikan kapal hibah tersebut, ke Kementrian Perhubungan. Karena kondisi kapal, yang memiliki mesin besar dan baling-baling dibawah tidak cocok digunakan diperairan Kota Serang.
KM Banawa Nusantara 75 yang dihibahkan Kementrian Perhubungan RI ke Pemkot Serang pada 23 Desember 2019, digunakan untuk kapal angkut penumpang yang akan menuju Pulau Tunda dan Pulau Panjang, atau sebaliknya.
"Kapal hibah di Kota Serang itu kurang efektif. Karena penggunaannya daya hisap tinggi, dan mesinnya juga besar. Itu posisinya harus dilaut dalam. Bahkan parkir di Karangantu aja jalan kedepan harus ditarik. Kalau dihidupkan akan kandas. Kita rencana, kalau punya alternatif akan kita kerjasamakan dengan pihak ketiga. Atau alternatif terakhir kita kembalikan Kapal itu ke Pusat," kata Jhoni
Sementara itu, Aden, mantan ABK KM Banawa Nusantara 75 mengaku, dirinya sudah tidak mengetahui kondisi Kapal tersebut. Itu dikarenakan, hampir sebulan dirinya sudah tidak bekerja lagi di Kapal tersebut.
"Nggak tau, sudah sebulan kan nggak ke situ (Kapal)," ucapnya, Kamis (23/7/2020).
Namun, diungkapkannya, jika keadaan Kapal saat diserahkan dari Kemenhub RI ke Pemkot Serang kondisinya sudah bermasalah. Terlebih, keadaan atap yang bocor jika terkena hujan. Bahkan sering terjadi korsleting listrik.
"Emang waktu sebelumnya udah bocor, dari atapnya. Itu keliatan udah banyak jamur. Itu udah pas dibawa dari sana (Kemenhub). Kalau mesin normal. Cuma kelistrikannya bermasalah itu, ga tau dari sananya. Itu atap dipegang aja nyetrum. Makanya ngeri kalau dicolokin listriknya. Kita sih biasanya cabut listriknya kalau mau dihidupin," terangnya.
Aden juga turut membenarkan, Kapal dengan kapasitas mesin 33GT sangat boros. Sehingga hal itu tidak memungkinkan jika dipakai sebagai Kapal angkut penumpang ke Pulau Tunda atau Pulau Panjang dengan tarif Rp 20ribu/orang.
"Iya benar, boros kalau dipake Kapal penumpang. Kapasitas cuma 30 orang. Kecuali kalau diatas 50 orang. Kursinya aja didalam paling berapa paling berapa. Kurang pas, kalau dipake kapal penumpang, mesinnya gede," terangnya.
Keadaan itulah, kata Aden, KM Banawa Nusantara 75 tidak pernah digunakan. Semenjak tiba di Kota Serang, Kapal hanya dihidupkan selama 15 menit untuk sekedar memanaskan mesin.
"Dipanasin, seminggu 3 kali, ga tiap hari. Lumayan boros, sekali dipanasin bisa abis 20 liter solar, itu paling 15 menitan," ujarnya.
Bukan hanya itu, ia pun turut mengeluhkan nasibnya yang tidak mendapat kejelasan dari pihak Dishub Kota Serang terkait tindaklanjut status pekerjaannya. Padahal dirinya sudah sempat mengeluarkan biaya untuk sekolah singkat agar bisa bekerja di KM Banawa Nusantara 75 sebagai ABK.
"Saya sempat sekolah di Tanjung Kait, Tangerang. Sekolah pelayaran 10 hari, karena katanya harus ngambil dasar, harus punya sertifikat BST untuk jadi ABK. Itu biaya sendiri sekitar Rp 3-jutaan. Tapi kerja beberapa bulan doang. Sekarang nggak kerja. Bingung, sudah sekolah tapi udah ga kerja lagi," tukasnya. (UC)
COMMENTS