BantenEkspose.com - Era new normal adalah sebuah situasi yang harus dihadapi bersama baik secara individu maupun industri. Seluruh indust...
BantenEkspose.com - Era new normal adalah sebuah situasi yang harus dihadapi bersama baik secara individu maupun industri. Seluruh industri haruslah berinovasi untuk bertahan dalam roda perekonomian, termasuk Industri Pariwisata.
Menurut Dr. Amelda Pramezwary, A.Par., MM, Ketua Program Studi (Prodi) Manajemen Perhotelan UPH, dampak New Normal bagi Hospitality Industry justru telah menciptakan tantangan sekaligus peluang baru, agar memiliki New Ways of Thinking dan berupaya kreatif dalam menerapkannya. Cara pikir baru ini, harus memperhatikan beberapa faktor yaitu adaptasi, inovasi, kreativitas, dan cepat tanggap akan situasi yang disruptive.
“Selain itu, diperlukan juga kolaborasi, solidaritas, dan integritas dari semua pemangku kepentingan. Bersama-sama bertekad maju dan melakukan sharing knowledge, sharing resources, sharing marketplace. Kolaborasi ini diharapkan dapat mengakselerasi bangkitnya kembali Industri ini dari masa sulit,” papar Amelda, melalui rilis yang diterima Bantenekspose.com, Selasa (07/07/2020).
Lebih lanjut Amelda menjelaskan, ada lima strategi yang dapat dilakukan di era new normal, guna memajukan geliat industri perhotelan Indonesia, yaitu Optimalisasi dan fokus terhadap peluang, Adaptasi dengan penggunaan Teknologi, Aspek CHS (Clean, Health, Hygiene, Sanitation & Safety), Standard Operating Procedure terkait CHS – New Normal Hospitality Industry dan Mempraktikan Sustainable Hospitality Operation.
Dijelaskan Amelda, dalam strategi pertama yaitu Optimalisasi dan fokus terhadap peluang, industri perhotelan harus terus mengembangkan ide dan fokus pada potensi atau peluang yang disesuaikan dengan resource yang dimiliki.
"Contohnya menerapkan tren cloud kitchen, untuk mengubah konsep dapur hotel yang telah ada. Karena sepinya pengunjung, dapur hotel dapat dioptimalkan tetap produktif melalui strategi cloud kitchen, sehingga tidak perlu menerima dine-in tapi memanfaatkan layanan food delivery. Tidak hanya itu dengan beragamnya aplikasi marketplace , dapur hotel-hotel dapat bergabung dan menawarkan menu-menu yang menjadi keunggulan masing-masing hotel secara online," kata Amelda.
Selanjutnya, terang Amelda, adaptasi dengan penggunaan Teknologi, tidak dapat dielakan lagi. Teknologi memegang peran kunci memasuki era digital, era virtual, era new normal. Di era new normal, Hospitality Industry harus memperhatikan aspek Hi-Tech (penggunaan teknologi canggih) dan Hi-Touch yakni keramah tamahan dan personal service yang tetap tidak bisa tergantikan oleh teknologi. Hal ini menjadi poin krusial bagi kesuksesan Industr di era baru ini.
Dalam strategi yang ketiga, lanjut Amelda, Industri perhotelean harus mengutamakan Aspek Clean, Health, Hygiene, Sanitation & Safety (CHS). Dampak dari pandemi ini menjadikan aspek kebersihan sebagai aspek utama yang sangat diperhatikan. Sehingga CHS ini adalah tuntutan dan jaminan yang harus dapat diberikan dalam layanan hospitality industry.
Memiliki Pedoman atau Standard Operating Procedure terkait CHS – New Normal Hospitality Industry, menjadi hal penting dalam memastikan bahwa hotel dapat menjamin kualitas kebersihan dan keamanannya. "Manajemen membutuhkan panduan baru yang relevan dengan situasi saat ini yang harus dijadikan minimum standar dalam operasionalnya," imbuh Amelda.
Mempraktikan Sustainable Hospitality Operation, merupakan strategi yang kelima. Menurut Amelda, hal ini berbicara mengenai tata kelola operasional yang memperhatikan aspek pelestarian lingkungan, budaya, masyarakat sosial dengan tujuan agar kegiatan dapat selaras memperhatikan upaya berkelanjutan.
"Contohnya perhitungan carrying capacity (kapasitas venue) dan visistors management dalam tata kelola restoran serta tingkat hunian kamar; yang sesuai dengan aturan physical distancing/crowd management. Selain itu juga memperhatikan penerapan konsep green hotel, Waste management/ tata kelola limbah cair, padat maupun food waste; untuk menciptakan balance atas hubungan alam dengan manusia," papar Amelda.
Diungkapkan Amelda, kelima strategi ini diangkat juga dalam pembelajaran di Fakultas Pariwisata UPH. Untuk berkontribusi dalam menghasilkan para profesional dibidang pariwisata yang kompeten, UPH memastikan para mahasiswa dididik dengan wawasan yang senantiasa relevan dengan situasi yang ada, serta didorong untuk berpikir kreatif, inovatif, dan bisa melihat peluang industri pariwisata yanga ada.
"Kesiapan memasuki new normal juga sudah diaplikasikan dalam pendidikan pariwisata UPH. Diantaranya melalui kegiatan HOSPITOUR, event tahunan Fakultas Pariwisata UPH yang berlangsung pada 15-17 Juni 2020. Acara ini menjadi praktik langsung bagaimana membuat sebuah acara besar di era new normal, dengan pemanfaatan beragam platform dan aplikasi teknologi," ujarnya
HOSPITOUR 2020 yang digelar secara online ini, dapat memberikan learning experience yang nyata, aplikatif dan bermanfaat, sekaligus dapat menginspirasi publik untuk lebih mengenal dunia pariwisata dengan konsep new normal. "Hal ini menjadi bukti komitmen UPH dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan industrinya dan menghasilkan lulusan yang kompeten bagi kemajuan industri pariwisata di Indonesia," tutup Amelda. (UPH/red)
Menurut Dr. Amelda Pramezwary, A.Par., MM, Ketua Program Studi (Prodi) Manajemen Perhotelan UPH, dampak New Normal bagi Hospitality Industry justru telah menciptakan tantangan sekaligus peluang baru, agar memiliki New Ways of Thinking dan berupaya kreatif dalam menerapkannya. Cara pikir baru ini, harus memperhatikan beberapa faktor yaitu adaptasi, inovasi, kreativitas, dan cepat tanggap akan situasi yang disruptive.
“Selain itu, diperlukan juga kolaborasi, solidaritas, dan integritas dari semua pemangku kepentingan. Bersama-sama bertekad maju dan melakukan sharing knowledge, sharing resources, sharing marketplace. Kolaborasi ini diharapkan dapat mengakselerasi bangkitnya kembali Industri ini dari masa sulit,” papar Amelda, melalui rilis yang diterima Bantenekspose.com, Selasa (07/07/2020).
Lebih lanjut Amelda menjelaskan, ada lima strategi yang dapat dilakukan di era new normal, guna memajukan geliat industri perhotelan Indonesia, yaitu Optimalisasi dan fokus terhadap peluang, Adaptasi dengan penggunaan Teknologi, Aspek CHS (Clean, Health, Hygiene, Sanitation & Safety), Standard Operating Procedure terkait CHS – New Normal Hospitality Industry dan Mempraktikan Sustainable Hospitality Operation.
Dijelaskan Amelda, dalam strategi pertama yaitu Optimalisasi dan fokus terhadap peluang, industri perhotelan harus terus mengembangkan ide dan fokus pada potensi atau peluang yang disesuaikan dengan resource yang dimiliki.
"Contohnya menerapkan tren cloud kitchen, untuk mengubah konsep dapur hotel yang telah ada. Karena sepinya pengunjung, dapur hotel dapat dioptimalkan tetap produktif melalui strategi cloud kitchen, sehingga tidak perlu menerima dine-in tapi memanfaatkan layanan food delivery. Tidak hanya itu dengan beragamnya aplikasi marketplace , dapur hotel-hotel dapat bergabung dan menawarkan menu-menu yang menjadi keunggulan masing-masing hotel secara online," kata Amelda.
Selanjutnya, terang Amelda, adaptasi dengan penggunaan Teknologi, tidak dapat dielakan lagi. Teknologi memegang peran kunci memasuki era digital, era virtual, era new normal. Di era new normal, Hospitality Industry harus memperhatikan aspek Hi-Tech (penggunaan teknologi canggih) dan Hi-Touch yakni keramah tamahan dan personal service yang tetap tidak bisa tergantikan oleh teknologi. Hal ini menjadi poin krusial bagi kesuksesan Industr di era baru ini.
Dalam strategi yang ketiga, lanjut Amelda, Industri perhotelean harus mengutamakan Aspek Clean, Health, Hygiene, Sanitation & Safety (CHS). Dampak dari pandemi ini menjadikan aspek kebersihan sebagai aspek utama yang sangat diperhatikan. Sehingga CHS ini adalah tuntutan dan jaminan yang harus dapat diberikan dalam layanan hospitality industry.
Memiliki Pedoman atau Standard Operating Procedure terkait CHS – New Normal Hospitality Industry, menjadi hal penting dalam memastikan bahwa hotel dapat menjamin kualitas kebersihan dan keamanannya. "Manajemen membutuhkan panduan baru yang relevan dengan situasi saat ini yang harus dijadikan minimum standar dalam operasionalnya," imbuh Amelda.
Mempraktikan Sustainable Hospitality Operation, merupakan strategi yang kelima. Menurut Amelda, hal ini berbicara mengenai tata kelola operasional yang memperhatikan aspek pelestarian lingkungan, budaya, masyarakat sosial dengan tujuan agar kegiatan dapat selaras memperhatikan upaya berkelanjutan.
"Contohnya perhitungan carrying capacity (kapasitas venue) dan visistors management dalam tata kelola restoran serta tingkat hunian kamar; yang sesuai dengan aturan physical distancing/crowd management. Selain itu juga memperhatikan penerapan konsep green hotel, Waste management/ tata kelola limbah cair, padat maupun food waste; untuk menciptakan balance atas hubungan alam dengan manusia," papar Amelda.
Diungkapkan Amelda, kelima strategi ini diangkat juga dalam pembelajaran di Fakultas Pariwisata UPH. Untuk berkontribusi dalam menghasilkan para profesional dibidang pariwisata yang kompeten, UPH memastikan para mahasiswa dididik dengan wawasan yang senantiasa relevan dengan situasi yang ada, serta didorong untuk berpikir kreatif, inovatif, dan bisa melihat peluang industri pariwisata yanga ada.
"Kesiapan memasuki new normal juga sudah diaplikasikan dalam pendidikan pariwisata UPH. Diantaranya melalui kegiatan HOSPITOUR, event tahunan Fakultas Pariwisata UPH yang berlangsung pada 15-17 Juni 2020. Acara ini menjadi praktik langsung bagaimana membuat sebuah acara besar di era new normal, dengan pemanfaatan beragam platform dan aplikasi teknologi," ujarnya
HOSPITOUR 2020 yang digelar secara online ini, dapat memberikan learning experience yang nyata, aplikatif dan bermanfaat, sekaligus dapat menginspirasi publik untuk lebih mengenal dunia pariwisata dengan konsep new normal. "Hal ini menjadi bukti komitmen UPH dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan industrinya dan menghasilkan lulusan yang kompeten bagi kemajuan industri pariwisata di Indonesia," tutup Amelda. (UPH/red)
COMMENTS