BREAKING NEWS

Alam Lebak Selatan, Hijau Dulu Gersang Kini


BantenEkspose.com Pembangunan memang selalu menyisakan dampak negatif, terutama yang berkait dengan pemanfa’atan hasil alam yang melimpah, di belahan bumi bagian Lebak Selatan. Potensi alam memang bisa digali dan diberdayakan secara ekonomi. Tetunya harus dengan pertimbangan dan kajian yang matang. Sehingga tak melahirkan pemandangan gersang dengan alam yang rusak, untuk generasi mendatang.

Lebak Selatan dengan segala potensi alam yang dimiliki, sejak dulu memang menjadi incaran kalangan peraup keuntungan. Potensi yang dikandung dalam perut bumi pun menjadi godaan. Apalagi kalau bukan aliran uang, bila berhasil ditambang.

Sebut saja batubara. Mineral yang dihasilkan dari dalam perut bumi Lebak Selatan ini, tersebar di kecamatan Panggarangan, Bayah dan Cihara. Jauh sebelum Banten ‘merdeka’ dari Jawa Barat, mutiara hitam Lebak Selatan ini, sempat mengangkat perekenonomian masyarakat setempat.

Saat kejayaan batubara, hasil tambang rakyat inilah, sempat melambungkan usaha Koperasi Unit Desa (KUD) Panggarangan I dan KUD Panggarangan II. Tak ketinggal, bisnis ini pula yang menjadi penyangga utama, KUD Bayah dalam meraup rupiah.

Ironisnya, nasib KUD Bayah, Panggarangan I dan II ini tak berlangsung lama, seiring dengan dinamika ekonomi nasional di zaman Orba.

Namun bukan hanya itu, kekayaan alam di Lebak Selatan. Pasca tutupnya UPEC (unit pertambangan emas Cikotok) salah satu unit usaha ANTAM, potensi emas masih terbentang dari kawasan bebukitan di wilayah Cibeber hingga kawasan Kecamatan Panggarangan, dalam bentang pegunungan Halimun – Salak.

Ini pula yang menjadi incaran para peraup rupiah. Diwilayah yang berpotensi emas inilah, sejumlah gurandil meraup laba. Gurandil dengan segala aturan yang diabaikan, tak lah sendirian. Mereka selalu bertautan dengan kepentingan sang juragan pengepul hingga penampung besar.

Daya pikat inilah, saat itu yang mengundang warga dari wilayah Sukabumi berdatangan ke kawasan Cirotan Kec Cibeber, mengadu nasib jadi gurandil. Mereka nyaris berebut lahan, sisa-sia kejayaan ANTAM di Cikotok.

Potensi emas ini pula, yang pernah menjadi pemicu konflik di area tambang rakyat yang dianggap liar, hingga ditutup. Walau demikian, masih ada gurandil, karena memang di bentangan bebukitan yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak ini, diyakini masih menyimpan potensi emas.

Kejayaan kaum gurandil ini, akirnya harus menelan pil pahit, setelah alam murka dengan menumpahkan material yang melanda wilayah Lebak Utara dan masih dalam bentangan pegunungan Halimun Salak (TNGHS). Usaha kalangan gurandil ini pun akhirnya menjadi isu nasional, dan ditutup.

Pasca kejayaan tambang emas milik ANTAM hingga berlanjut ke kejayaan kaum gurandil, dan kejayaan para peraup rupiah dari batubara, kini Lebak Selatan dengan sisa-sisa material alam yang ada, tetap diburu kalangan pemodal. Soal apalagi, kalau bukan potensi pasir kuarsa dan kaolin.

Sangat disayangkan memang, pola dalam memaksimalisasi hasil alam tersebut, tak sedikit yang mengabaikan sisi regulasi yang ditetapkan pemerintah. Banyak pengusaha pemanfaat hasil alam mengabaikan PERIZINAN.

Kini kondisi bentangan hijau bebukitan banyak yang terusik. Hijau dulu gersang kini. Tak Aneh, bila hujan deras sedikit, ruas jalan Bayah Malingping betulan Cibedil, selalu kebanjiran. Penyebabnya, hutan dibawah pengelolaan Perum Perhutani wilayah Banten itu, sudah gundul. Nyaris tak ada upaya recoveri lahan.

Ironis, bila keIMANan menjadikan hidup AMAN, lantas kenapa alam tidak UMAN. Masihkah akan kita AMINkan? Masih ada waktu untuk kaji ulang, pilihannya hanya kelestarian alam atau Uang. wallahu a'lam (redaksi) 
Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image