BantenEkspose.com - Hamdanah (39) atau kerap dipanggil Neng. Neng merupakan kelahiran Jakarta, kini ia telah bermukim lama sekitar 10 tahu...
BantenEkspose.com - Hamdanah (39) atau kerap dipanggil Neng. Neng merupakan kelahiran Jakarta, kini ia telah bermukim lama sekitar 10 tahun dan sudah berdomisili sebagai warga Cipocok Jaya, Kota Serang.
Neng kesehariannya berjualan pakaian anak-anak di kawasan eks Stadion Maulana Yusuf Ciceri. Namun, setelah ada penertiban dari Pemerintah Kota (Pemkot) Serang, atau direlokasikan ke kawasan eks Kepandean. Kini hidup Neng tak lagi seperti dulu?
Berikut simak ulasan cerita Neng dan Pak Iman selengkapnya:
Bu Neng biasa jualan hari apa saja?
Kalau saya biasa jualannya malam Sabtu, Minggu dan Senin. Itu sudah cukup untuk keperluan kita menyambung hidup, buat bayar kontrakan dan segala macamnya. Itu Alhamdulillah, dikasih segitu juga kita sudah bersyukur. Cuma tiga malam doang padahal.
Sekarang kerjaan Bu Neng ngapain aja?
Nah, sebulan ini kerjaannya cuma tidur, nyuci, makan dan ngurus anak, udah gitu. Jadi, pakaian dagangan itu numpuk gak karuan.
Mau buka Satpol-PP sudah ngejar, terus belum lagi hujan dan segala macam, iya kan. Sudah pasang tenda cape-cape Satpol PP sudah datang lagi. Nah, akhirnya kita tutup lagi. Kalau Satpol PP jam 6 gak ada kita pasang lagi. Jadi cari duit yang halal aja kaya gini. Mau dipindahin ke Kepandean, nah Kepandean aja sudah terkenal kan, kaya apa? Masa sih kita layak, ih pedagang di Kepandean kaya apa? Kan terkenal tempat gituannya (maksiatnya).
Apa alasan Bu Neng kenapa gak mau di Kepandean?
Alasannya, pokoknya sudah gak bakalan kena (efektif), sebagai pedagang itu kita sudah tau lingkungan yang bagus dan nggak-nya, gitu loh.
Bu Neng dulu jualannya dimana?
Dulu saya jualan di Alun-alun sebelum ditertibkan. Kita sudah digusur dari alun-alun kita ikut. Akhirnya kita pindah ke Stadion, di Stadion sudah enak kita digusur lagi, iya kan. Nah, nanti ini Kepandean rame, kita digusur lagi pasti. Pemerintah biasanya bisanya cuma gitu doang, kan? Sedangkan kita butuh makan, butuh ini, butuh itu?.
Tujuan Bu Neng mendatangi ke DPRD untuk apa?
Saya minta kebijaksanaannya untuk malam Sabtu dan Minggu bisa buka saja, gitu loh. Karena untuk menyambung hidup kita, gitu loh. Belum kita bayar kontrakan, ibu kontrakan belum tentu kan ok. Wah penghasilannya aja gak tetap, kan digituin kan. Apa mungkin ibu kontrakan istilahnya yang baik ngasih waktu renggang supaya kita bisa ini. Orang katanya seratus hari kerja Walikota, kan digitun kan?
Bu Neng khawatir!
Tapi mungkin apakah kita nanti tetap disitu (Kepandean), pasti kita akan digusur lagi. Ya, kaya di Alun-alun kan tadinya nggak ada, kita rame digusur lagi. Harus ada kepastian yang pastilah?.
Apa keinginan Bu Neng?
Maksud saya, pasang semacam baja ringan sebelum kita diusir di pinggir-pinggir stadion itu bikin baja ringan yang murah-meriahlah bayarnya, jangan sampai 5 juta, 8 juta, 15 juta seperti yang di belakang Stadion.
Saya pengennya Sabtu-Minggu itu tetap di Stadion, kalau stadion itu jadi gini, olah raga ibu-ibu itu ada yang anaknya bajunya basah, dia beli baju. Keuntungan saya disitu. Misalkan anaknya muntah, beli baju dikita. Kalau di Kepandean gak masuk mas, apalagi tempatnya seperti itu. Tetapi kalau tempatnya sudah rapih, gak jadi masalah.
Cerita hal serupa dikatakan Iman Setiabudi, penjual Sembako di kawasan eks Stadion juga koordinator PKL.
Apa yang dirasakan dan tujuan Pak Iman mendatangi wakil rakyat?
Saya merasa kalau selama ini teman-teman selalu mengadu ke kita. Tujuan kita kesini mempertanyakan nasib kita, kalau memang direlokasi, ya direlokasikan. Kalau boleh di Stadion harus seperti apa, kan gitu? Jangan sampai semua sekecil apapun nggak bisa jualan itu kan tidak mungkin. Karena di Stadion pasti banyak yang datang. Apakah dia (pengunjung) butuh minum atau butuh apa harus jajan dimana kan?
Apa keinginan dan solusi dari Pak Iman?
Jadi pengennya, boleh dan tidak boleh harus ditentukan oleh Pemerintah sendiri. Kalau keinginan pedagang berjualan seperti biasa di Stadion, dengan dasar kalau mau ditata yang baik kita siap bayar PAD (Pendapatan Asli Daerah) jangankan PAD ada yang minta (jatah-red) tetap kita kasih, asalkan kita tetap bisa jualan. Kita juga siap menyumbang PAD untuk Kota Serang. Kita semuanya siap asalkan ada dukungan Pemerintah.
Kekhawatiran yang dirasakan Bu Neng, ternyata dirasakan juga oleh Pak Iman
Jangan sampai yang sudah terjadi tahun dulu. Kita pindah dari Kepandean, ternyata Disperindagkop bikin acara di Alun-alun membawa pedagang kaki dua. Kami teraniaya, ngomongnya pembinaan tapi kami dianiaya. Kalau memang ada pembinaan dari Disperindagkop untuk UKM (Usaha Kecil Menengah-red) bukan orang dari luar Kota Serang. Itu pernah saya buktikan waktu itu, kita datang ke Kepandean, ikut aturan ternyata orang tua kita pesta-pesta di Alun-alun dengan menggunakan pedagang dari Jakarta
Yang disebut pembinaan yang seperti apa? Kalau mau bina ya bina kami jangan pedagang dari luar.
Waktu itu pernah ada kesepakatan bersama dari PU, Tata Kota, bahwa akan memanusiakan tapi sampai sekarang nol. Ada surat kesepakatan itu di Satpol-PP.
Apa hasil dari pertemuan dengan para wakil rakyat?
Hasil pertemuan tadi alhamdulillah, DPRD Kota Serang akan berkomunikasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Serang.
Pak Iman siap sitempakan di Kepandean?
Kita siap ditempatkan di Kepandean dengan syarat pemerintah mendukung 100 persen dengan cara yang jelas. Jangan sampai kaya dulu, saya pernah minta izin ternyata harus ke oknum. Apakah pemerintah gak punya OPD-OPD sehingga harus pakai oknum?
Siapa oknumnya?
Itu yang diarahkan coba temui si A, kata OPD terkait Disperindagkop. Tapi jangan sampai berbenturan disana nanti pemerintah dengan mudahnya rebutan lahan, kami bukan preman tapi butuh isi perut dengan cara usaha.
Apa pengalaman pahit Pak Iman?
Dulu pernah diuji, dia (oknum) tidak ada konsep tapi malah ngambilin uang. Semakin rame ya semakin diambil uang gede-nya, kan begitu. Dan, sekarang berkali-kali bahasanya harus kesitu... harus kesitu... kata Dinas.
Saya pernah menawarkan, saya siap bantu pemerintah tapi saya harus dilindungi dengan surat (peraturan-red).
Berapa jumlah PKL sekarang?
PKL waktu dari Alun-alun sekitaran 300, sekarang sudah mencapai sekitar 600 karena faktor lingkungan. Akhirnya lingkungan pun ikut usaha.
Sekarang begini? Apakah orang Penancangan harus usaha ke Kepandean? kan nggak mungkin, ataupun orang Rau harus ke Kepandean? Kan ada yang terdekat!.
Apa yang diinginkan Pak Iman?
Jadi saya tolong, kalau mau penataan harus sesuai, sehingga kita pindah kesana. Dulu, pernah ada bahasanya dagang di Alun-alun salah, coba ke Stadion. Kirain, menurut saya benar dagang di Stadion, eh ternyata disalahkan juga pedagang, jadi yang bener itu yang mana? Saya pengen tanya ke pemerintah yang bener itu yang mana?
Jadi pengen saya, pemerintah jangan salahkan kita. Selalu bahasanya salah berjualan-salah berjualan. Padahal, semestinya kita dari Alun-alun ke Stadion itu atas perintah Dinas. Tapi setelah kita berjuang-berjuang sudah mendapat hasil sekarang diambil lagi oleh Pemerintah.
Kita sebelum di Pindahkan ke Kepandean mengharapkan dan mengharapkan sampai utang banyak yang nagih!
Dapat ditarik kesimpulan dari cerita ini, bahwa dibutuhkan sebuah forum diskusi panjang untuk mencarikan sebuah solusi dan resolusi yang jelas dari Pemerintah Kota Serang. Sehingga dapat menemukan titik terang. (emde)
Neng kesehariannya berjualan pakaian anak-anak di kawasan eks Stadion Maulana Yusuf Ciceri. Namun, setelah ada penertiban dari Pemerintah Kota (Pemkot) Serang, atau direlokasikan ke kawasan eks Kepandean. Kini hidup Neng tak lagi seperti dulu?
Berikut simak ulasan cerita Neng dan Pak Iman selengkapnya:
Bu Neng biasa jualan hari apa saja?
Kalau saya biasa jualannya malam Sabtu, Minggu dan Senin. Itu sudah cukup untuk keperluan kita menyambung hidup, buat bayar kontrakan dan segala macamnya. Itu Alhamdulillah, dikasih segitu juga kita sudah bersyukur. Cuma tiga malam doang padahal.
Sekarang kerjaan Bu Neng ngapain aja?
Nah, sebulan ini kerjaannya cuma tidur, nyuci, makan dan ngurus anak, udah gitu. Jadi, pakaian dagangan itu numpuk gak karuan.
Mau buka Satpol-PP sudah ngejar, terus belum lagi hujan dan segala macam, iya kan. Sudah pasang tenda cape-cape Satpol PP sudah datang lagi. Nah, akhirnya kita tutup lagi. Kalau Satpol PP jam 6 gak ada kita pasang lagi. Jadi cari duit yang halal aja kaya gini. Mau dipindahin ke Kepandean, nah Kepandean aja sudah terkenal kan, kaya apa? Masa sih kita layak, ih pedagang di Kepandean kaya apa? Kan terkenal tempat gituannya (maksiatnya).
Apa alasan Bu Neng kenapa gak mau di Kepandean?
Alasannya, pokoknya sudah gak bakalan kena (efektif), sebagai pedagang itu kita sudah tau lingkungan yang bagus dan nggak-nya, gitu loh.
Bu Neng dulu jualannya dimana?
Dulu saya jualan di Alun-alun sebelum ditertibkan. Kita sudah digusur dari alun-alun kita ikut. Akhirnya kita pindah ke Stadion, di Stadion sudah enak kita digusur lagi, iya kan. Nah, nanti ini Kepandean rame, kita digusur lagi pasti. Pemerintah biasanya bisanya cuma gitu doang, kan? Sedangkan kita butuh makan, butuh ini, butuh itu?.
Tujuan Bu Neng mendatangi ke DPRD untuk apa?
Saya minta kebijaksanaannya untuk malam Sabtu dan Minggu bisa buka saja, gitu loh. Karena untuk menyambung hidup kita, gitu loh. Belum kita bayar kontrakan, ibu kontrakan belum tentu kan ok. Wah penghasilannya aja gak tetap, kan digituin kan. Apa mungkin ibu kontrakan istilahnya yang baik ngasih waktu renggang supaya kita bisa ini. Orang katanya seratus hari kerja Walikota, kan digitun kan?
Bu Neng khawatir!
Tapi mungkin apakah kita nanti tetap disitu (Kepandean), pasti kita akan digusur lagi. Ya, kaya di Alun-alun kan tadinya nggak ada, kita rame digusur lagi. Harus ada kepastian yang pastilah?.
Apa keinginan Bu Neng?
Maksud saya, pasang semacam baja ringan sebelum kita diusir di pinggir-pinggir stadion itu bikin baja ringan yang murah-meriahlah bayarnya, jangan sampai 5 juta, 8 juta, 15 juta seperti yang di belakang Stadion.
Saya pengennya Sabtu-Minggu itu tetap di Stadion, kalau stadion itu jadi gini, olah raga ibu-ibu itu ada yang anaknya bajunya basah, dia beli baju. Keuntungan saya disitu. Misalkan anaknya muntah, beli baju dikita. Kalau di Kepandean gak masuk mas, apalagi tempatnya seperti itu. Tetapi kalau tempatnya sudah rapih, gak jadi masalah.
Cerita hal serupa dikatakan Iman Setiabudi, penjual Sembako di kawasan eks Stadion juga koordinator PKL.
Apa yang dirasakan dan tujuan Pak Iman mendatangi wakil rakyat?
Saya merasa kalau selama ini teman-teman selalu mengadu ke kita. Tujuan kita kesini mempertanyakan nasib kita, kalau memang direlokasi, ya direlokasikan. Kalau boleh di Stadion harus seperti apa, kan gitu? Jangan sampai semua sekecil apapun nggak bisa jualan itu kan tidak mungkin. Karena di Stadion pasti banyak yang datang. Apakah dia (pengunjung) butuh minum atau butuh apa harus jajan dimana kan?
Apa keinginan dan solusi dari Pak Iman?
Jadi pengennya, boleh dan tidak boleh harus ditentukan oleh Pemerintah sendiri. Kalau keinginan pedagang berjualan seperti biasa di Stadion, dengan dasar kalau mau ditata yang baik kita siap bayar PAD (Pendapatan Asli Daerah) jangankan PAD ada yang minta (jatah-red) tetap kita kasih, asalkan kita tetap bisa jualan. Kita juga siap menyumbang PAD untuk Kota Serang. Kita semuanya siap asalkan ada dukungan Pemerintah.
Kekhawatiran yang dirasakan Bu Neng, ternyata dirasakan juga oleh Pak Iman
Jangan sampai yang sudah terjadi tahun dulu. Kita pindah dari Kepandean, ternyata Disperindagkop bikin acara di Alun-alun membawa pedagang kaki dua. Kami teraniaya, ngomongnya pembinaan tapi kami dianiaya. Kalau memang ada pembinaan dari Disperindagkop untuk UKM (Usaha Kecil Menengah-red) bukan orang dari luar Kota Serang. Itu pernah saya buktikan waktu itu, kita datang ke Kepandean, ikut aturan ternyata orang tua kita pesta-pesta di Alun-alun dengan menggunakan pedagang dari Jakarta
Yang disebut pembinaan yang seperti apa? Kalau mau bina ya bina kami jangan pedagang dari luar.
Waktu itu pernah ada kesepakatan bersama dari PU, Tata Kota, bahwa akan memanusiakan tapi sampai sekarang nol. Ada surat kesepakatan itu di Satpol-PP.
Apa hasil dari pertemuan dengan para wakil rakyat?
Hasil pertemuan tadi alhamdulillah, DPRD Kota Serang akan berkomunikasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Serang.
Pak Iman siap sitempakan di Kepandean?
Kita siap ditempatkan di Kepandean dengan syarat pemerintah mendukung 100 persen dengan cara yang jelas. Jangan sampai kaya dulu, saya pernah minta izin ternyata harus ke oknum. Apakah pemerintah gak punya OPD-OPD sehingga harus pakai oknum?
Siapa oknumnya?
Itu yang diarahkan coba temui si A, kata OPD terkait Disperindagkop. Tapi jangan sampai berbenturan disana nanti pemerintah dengan mudahnya rebutan lahan, kami bukan preman tapi butuh isi perut dengan cara usaha.
Apa pengalaman pahit Pak Iman?
Dulu pernah diuji, dia (oknum) tidak ada konsep tapi malah ngambilin uang. Semakin rame ya semakin diambil uang gede-nya, kan begitu. Dan, sekarang berkali-kali bahasanya harus kesitu... harus kesitu... kata Dinas.
Saya pernah menawarkan, saya siap bantu pemerintah tapi saya harus dilindungi dengan surat (peraturan-red).
Berapa jumlah PKL sekarang?
PKL waktu dari Alun-alun sekitaran 300, sekarang sudah mencapai sekitar 600 karena faktor lingkungan. Akhirnya lingkungan pun ikut usaha.
Sekarang begini? Apakah orang Penancangan harus usaha ke Kepandean? kan nggak mungkin, ataupun orang Rau harus ke Kepandean? Kan ada yang terdekat!.
Apa yang diinginkan Pak Iman?
Jadi saya tolong, kalau mau penataan harus sesuai, sehingga kita pindah kesana. Dulu, pernah ada bahasanya dagang di Alun-alun salah, coba ke Stadion. Kirain, menurut saya benar dagang di Stadion, eh ternyata disalahkan juga pedagang, jadi yang bener itu yang mana? Saya pengen tanya ke pemerintah yang bener itu yang mana?
Jadi pengen saya, pemerintah jangan salahkan kita. Selalu bahasanya salah berjualan-salah berjualan. Padahal, semestinya kita dari Alun-alun ke Stadion itu atas perintah Dinas. Tapi setelah kita berjuang-berjuang sudah mendapat hasil sekarang diambil lagi oleh Pemerintah.
Kita sebelum di Pindahkan ke Kepandean mengharapkan dan mengharapkan sampai utang banyak yang nagih!
Dapat ditarik kesimpulan dari cerita ini, bahwa dibutuhkan sebuah forum diskusi panjang untuk mencarikan sebuah solusi dan resolusi yang jelas dari Pemerintah Kota Serang. Sehingga dapat menemukan titik terang. (emde)
COMMENTS