Angka Kemiskinan di Banten Terendah ke-4 se-Indonesia
0 menit baca
Bantenekspose.com – Badan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten per maret 2018 hingga saat ini, merilis
bahwa tingkat kemiskinan di Banten mengalami penurunan yang cukup signifikan. Tingkat
kemiskinan Banten mengalami penurunan yang signifikan dan terendah ke 4 se
Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Kepala BPS Agoes Subeno, saat
menemui Gubernur Banten Wahidin Halim di Rumah dinas Gubernur, Senin Sore (5
Nov 2018).
Agoes Subeno juga melaporkan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Banten tahun 2017 mencapai angka 71,42 persen dan termasuk ranking ke 8
rata-rata nasional yaitu 70,99 persen.
“Angka Kemiskinan Banten tahun 2018 merupakan terendah ke-4
se Indonesia. Kemudian daerah di Banten yaitu Kota Tangerang Selatan merupakan
daerah dengan kemiskinan paling rendah se Indonesia. Kalau dilihat dari indeks
kemiskinan ini, Banten sudah bukan lagi sebagai daerah tertinggal,” ujar Agoes
Subeno kepada Wartawan.
Masih menurut Agoes, Hal ini menunjukkan pembangunan dibawah
kepemimpinan Gubernur Banten Wahidin saat ini berdampak baik, sehingga
menunjukkan jika terdapat peningkatan taraf hidup masyarakat Banten, selain
hadirnya Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kualitas pembangunan khususnya
pada aspek pembangunan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat.
“Walaupun masih ada
daerah di Banten yaitu Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang yang tingkat
kemiskinannya masih tinggi, tetapi secara hitungan capaian nasional, Banten
merupakan Provinsi dengan kemiskinan terendah ke-4 se Indonesia,” tambah Agus Subeno.
Diketahui, berdasarkan data BPS Banten hingga bulan maret
2018, jumlah penduduk miskin di Banten mencapai 661,36 ribu orang (5,24 persen).
Berkurang sebanyak 38,47 ribu orang dibandingkan dengan kondisi september 2017
yang sebesar 699,83 ribu orang (5,59 persen).
Selama periode september 2017 - maret 2018, jumlah penduduk
miskin Banten di daerah perkotaan turun sebanyak 21,87 ribu orang (dari 415,67
ribu orang menjadi 393,80 ribu orang), sementara di daerah perdesaan turun
sebanyak 16,61 ribu orang (dari 284,16 ribu orang menjadi 267,55 ribu orang).
Menjawab pertanyaan wartawan soal angka pengangguran yang
naik, dijelaskan Agoes, bisa saja angka secara statistik naik, karena status pekerjaan
yang tidak bekerja di satu lembaga atau institusi, tapi trendnya jaman sekarang
orang dapat meningkatkan taraf hidup dan perekonomiannya dengan cara berdagang
online, ojek online, dan pekerjaan yang berkaitan dengan kemajuan teknologi
informasi saat ini yang sudah merata hampir di semua pelosok.