Bantenekspose.com - Sosok pria kelahiran 1974, di Padang, Sumatera Barat. Ia dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Semasa remaja ia tel...
Bantenekspose.com - Sosok pria kelahiran 1974, di Padang, Sumatera Barat. Ia dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Semasa remaja ia telah diajarkan hidup mandiri oleh orang ibunya.
Dulu, semasa duduk dibangku SD ia masih merasakan pelukan kasih sayang dari seorang ayahnya. Begitu ia mulai menduduki bangku SMP, ajal tiba menjemput ayahnya yang berprofesi seorang Polisi, dan meninggalkan 5 (lima) anak putra-putrinya.
Setelah itu, hanya ibunya yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Namun, semangat, tekad dan kegigihan sang ibu tak pantang surut untuk mencari nafkah demi keberlangsungan pendidikan anak-anaknya.
Begitu lulus SMA, pria itu tak langsung melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ia lebih rela menunda cita-citanya demi mengais rezeki untuk ditabung agar bisa mengenyam pendidikan dibangku kuliah, seperti teman-temannya.
Berkat skill dalam mengembangkan bela diri kungfu, ia tak harus menjadi buruh pabrik atau menjadi TKI ke luar negeri. Ia cukup dari mengembangkan hobinya dalam bela diri itu.
Sehingga, ia dipercaya sebagai pelatih untuk mengembangkan dan menularkan semangat olahraga tersebut, kepada generasi muda yang ada di daerahnya. Alhasil, dari profesinya itu ia bisa mendapatkan mata pencaharian, bahkan bisa meneruskan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi. Pria itu sebut saja "Roni Alfanto.
Pada tahun 1994, ia mulai menduduki bangku kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, yaitu Universitas Guna Dharma. Namun, hobinya itu tidaklah dilepas. Ia berpikir, jika hobinya itu ditinggalkan, maka harus dari mana untuk biaya kuliahnya itu?
Berangkat dari segala keterbatasan, pria itu kian terbangun semangat atlet didalam jiwa raganya, demi menyelamatkan diri dan menyongsong masa depan yang gemilang.
Selama menjadi mahasiswa, ia aktif di dalam organisasi Senat (dulu-red), sekarang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), BPM, dan UKM Bela Diri. Di UKM tersebut, ia salah satu penggagas (pendiri).
Mirisnya lagi, selama kuliah untuk menunjang biaya pendidikan dan kebutuhan hidup sehari-hari (uang saku), ia tak mengandalkan dari orang tua. Melainkan, tetap dari hasil jerih payahnya sendiri. Bahkan, awal keberangkatannya ke Jakarta dari seorang ibundanya hanya dikasih uang ongkos saja.
Pria kelahiran 1974 itu, berhasil menyelesaikan masa studinya dari Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Guna Dharma, selama 4 (empat) tahun.
Begitu pun, seusai lulus dari perguruan tinggi. Ia tetap menggeluti hobinya dengan profesi yang sama. Bahkan, wasilah bisa hijrah dari tanah betawi (Jakarta) ke tanah jawara (Banten) pria itu berangkat dari seorang atlet.
Setelah hijrah ke tanah jawara, pria itu dipercaya selaku sekretaris Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Serang, pada tahun 2008 hingga 2009. Lalu, dari tahun 2009 hingga 2014 ia dipercaya selaku ketua KONI Kota Serang.
Pada tahun 2014, ia mencalonkan diri sebagai calon anggota DPRD Kota Serang, derah pemilihan (Dapil) Serang I, dari partai besutan Surya Paloh, Partai Nasional Demokrat (NasDem). Alhasil, mantan ketua KONI itu terpilih sebagai wakil rakyat alias anggota legislatif.
Melalui pesta demokrasi pada tahun tersebut, ia mulai menggeluti dunia politik dan kariernya pun kian meningkat. Ditahun yang sama, ia diberikan amanah selaku ketua fraksi dan bendahara DPD Partai NasDem Kota Serang.
Singkat cerita, setelah tiga tahun menduduki kursi dewan dari fraksi NasDem, ia terpilih selaku ketua DPD Partai NasDem Kota Serang pada tahun 2016 hingga sekarang.
Dibalik perjalan hidup Roni ada motto yang ditanam di dalam jiwanya, yaitu "Tidak ada yang tidak bisa".
"Motto hidup saya itu (tidak ada yang tidak bisa). Yang ada itu tidak mau. Kalau takut gagal berarti tidak mau. Kita harus mencoba menaklukkan tantangan itu," kata Roni Alfanto, saat diajak berbincang seputar perjalanan hidup di kediamannya, di komplek Gg. Garuda Kelurahan Sumur Pecung, Kota Serang, Kamis (25/10/18).
Mantan pelatih atlet bela diri kumfu ini mengakui, sebetulnya pengalaman (karier) hidupnya merupakan hal yang tidak terpikir. Roni mengutarakan perjalanan hidupnya, dari atlet menjadi pelatih, dari pelatih menjadi pengurus, dari pengurus menjadi ketua KONI, dari ketua KONI menjadi politisi.
"Di dunia politik ini kita mengalir aja, kita berbuat baik aja. Yang penting kerja kita maksimal, sudah itu aja," ujarnya.
Roni juga berpesan kepada generasi muda (millenial), supaya bisa bersaing maka harus bisa meningkatkan kemampuan. Kemudian jangan mudah menyerah. Kalau sudah tekad punya tujuan disatu titik, jangan pernah penyerahan. Karena untuk mencapai titik tersebut banyak sekali tantangan. "Jadi mentalnya harus mental petarung, jangan mental cengeng," pesannya.
Demikian riwayat singkat perjalanan hidup bapak dari 4 (empat) orang anak dan istri tercintanya, asal Kota Santri Pandeglang, Banten. (Emde)
Dulu, semasa duduk dibangku SD ia masih merasakan pelukan kasih sayang dari seorang ayahnya. Begitu ia mulai menduduki bangku SMP, ajal tiba menjemput ayahnya yang berprofesi seorang Polisi, dan meninggalkan 5 (lima) anak putra-putrinya.
Setelah itu, hanya ibunya yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Namun, semangat, tekad dan kegigihan sang ibu tak pantang surut untuk mencari nafkah demi keberlangsungan pendidikan anak-anaknya.
Begitu lulus SMA, pria itu tak langsung melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ia lebih rela menunda cita-citanya demi mengais rezeki untuk ditabung agar bisa mengenyam pendidikan dibangku kuliah, seperti teman-temannya.
Berkat skill dalam mengembangkan bela diri kungfu, ia tak harus menjadi buruh pabrik atau menjadi TKI ke luar negeri. Ia cukup dari mengembangkan hobinya dalam bela diri itu.
Sehingga, ia dipercaya sebagai pelatih untuk mengembangkan dan menularkan semangat olahraga tersebut, kepada generasi muda yang ada di daerahnya. Alhasil, dari profesinya itu ia bisa mendapatkan mata pencaharian, bahkan bisa meneruskan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi. Pria itu sebut saja "Roni Alfanto.
Pada tahun 1994, ia mulai menduduki bangku kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, yaitu Universitas Guna Dharma. Namun, hobinya itu tidaklah dilepas. Ia berpikir, jika hobinya itu ditinggalkan, maka harus dari mana untuk biaya kuliahnya itu?
Berangkat dari segala keterbatasan, pria itu kian terbangun semangat atlet didalam jiwa raganya, demi menyelamatkan diri dan menyongsong masa depan yang gemilang.
Selama menjadi mahasiswa, ia aktif di dalam organisasi Senat (dulu-red), sekarang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), BPM, dan UKM Bela Diri. Di UKM tersebut, ia salah satu penggagas (pendiri).
Mirisnya lagi, selama kuliah untuk menunjang biaya pendidikan dan kebutuhan hidup sehari-hari (uang saku), ia tak mengandalkan dari orang tua. Melainkan, tetap dari hasil jerih payahnya sendiri. Bahkan, awal keberangkatannya ke Jakarta dari seorang ibundanya hanya dikasih uang ongkos saja.
Pria kelahiran 1974 itu, berhasil menyelesaikan masa studinya dari Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Guna Dharma, selama 4 (empat) tahun.
Begitu pun, seusai lulus dari perguruan tinggi. Ia tetap menggeluti hobinya dengan profesi yang sama. Bahkan, wasilah bisa hijrah dari tanah betawi (Jakarta) ke tanah jawara (Banten) pria itu berangkat dari seorang atlet.
Setelah hijrah ke tanah jawara, pria itu dipercaya selaku sekretaris Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Serang, pada tahun 2008 hingga 2009. Lalu, dari tahun 2009 hingga 2014 ia dipercaya selaku ketua KONI Kota Serang.
Pada tahun 2014, ia mencalonkan diri sebagai calon anggota DPRD Kota Serang, derah pemilihan (Dapil) Serang I, dari partai besutan Surya Paloh, Partai Nasional Demokrat (NasDem). Alhasil, mantan ketua KONI itu terpilih sebagai wakil rakyat alias anggota legislatif.
Melalui pesta demokrasi pada tahun tersebut, ia mulai menggeluti dunia politik dan kariernya pun kian meningkat. Ditahun yang sama, ia diberikan amanah selaku ketua fraksi dan bendahara DPD Partai NasDem Kota Serang.
Singkat cerita, setelah tiga tahun menduduki kursi dewan dari fraksi NasDem, ia terpilih selaku ketua DPD Partai NasDem Kota Serang pada tahun 2016 hingga sekarang.
Dibalik perjalan hidup Roni ada motto yang ditanam di dalam jiwanya, yaitu "Tidak ada yang tidak bisa".
"Motto hidup saya itu (tidak ada yang tidak bisa). Yang ada itu tidak mau. Kalau takut gagal berarti tidak mau. Kita harus mencoba menaklukkan tantangan itu," kata Roni Alfanto, saat diajak berbincang seputar perjalanan hidup di kediamannya, di komplek Gg. Garuda Kelurahan Sumur Pecung, Kota Serang, Kamis (25/10/18).
Mantan pelatih atlet bela diri kumfu ini mengakui, sebetulnya pengalaman (karier) hidupnya merupakan hal yang tidak terpikir. Roni mengutarakan perjalanan hidupnya, dari atlet menjadi pelatih, dari pelatih menjadi pengurus, dari pengurus menjadi ketua KONI, dari ketua KONI menjadi politisi.
"Di dunia politik ini kita mengalir aja, kita berbuat baik aja. Yang penting kerja kita maksimal, sudah itu aja," ujarnya.
Roni juga berpesan kepada generasi muda (millenial), supaya bisa bersaing maka harus bisa meningkatkan kemampuan. Kemudian jangan mudah menyerah. Kalau sudah tekad punya tujuan disatu titik, jangan pernah penyerahan. Karena untuk mencapai titik tersebut banyak sekali tantangan. "Jadi mentalnya harus mental petarung, jangan mental cengeng," pesannya.
Demikian riwayat singkat perjalanan hidup bapak dari 4 (empat) orang anak dan istri tercintanya, asal Kota Santri Pandeglang, Banten. (Emde)
COMMENTS