Bantenekspose.com - Pengertian tabayyun dalam ayat tersebut bisa dilihat antara lain dalam Tafsir al Qur’an Departemen Agama, 2004. Ka...

Bantenekspose.com - Pengertian tabayyun dalam
ayat tersebut bisa dilihat antara lain dalam Tafsir al Qur’an Departemen Agama,
2004. Kata itu merupakan fiil
amr untuk jamak, dari kata kerja tabayyana, masdarnya at-tabayyun, yang artinya adalah mencari kejelasan
hakekat suatu atau kebenaran suatu fakta dengan teliti, seksama dan hati-hati.
Perintah untuk tabayyun merupakan perintah yang sangat penting, terutama pada
akhir-akhir ini di mana kehidupan antar sesama umat sering dihinggapi
prasangka. Allah memerintahkan kita untuk bersikap hati-hati dan mengharuskan
untuk mencari bukti yang terkait dengan isu mengenai suatu tuduhan atau yang
menyangkut identifikasi seseorang.
Belakangan ini seringnya gampang orang atau suatu kelompok
berprasangka negatif terhadap kelompok lain, atau menuduh sesat golongan lain,
dan kadang disertai hujatan, penghakiman secara sepihak, dan sebagainya.
Berprasangka tanpa meneliti duduk perkaranya, adalah apriari atau masa bodoh.
Mensikapi orang lain hanya berdasar pada sangkaan-sangkaan negatif atau isu-isu
yang beredar atau bisikan orang lain. Sikap demikian adalah tidak tabayyun, atau tidak mau tahu apa yang sebenarnya
terjadi.
Perintah tabayyun atau
mendalami masalah, merupakan peringatan, jangan sampai umat Islam melakukan
tindakan yang menimbulkan dosa dan poenyesalan akibat keputusannya yang tidak
adil atau merugikan pihak lain. Di dalam al Qur’an, perintah tabayyun juga
terdapat pada S. al Hujarat /49 ayat 6.
Dengan mengakomodir tafsir ke 94 Departemen Agama tersebut,
tersirat suatu perintah Allah, bahwa setiap mukmin, yang sedang berjihad fi sabilillahhendaknya bersikap
hati-hati dan teliti terhadap orang lain. Jangan tergesa-gesa menuduh orang
lain, apalagi tuduhan itu diikuti dengan tindakan yang bersifat merusak atau
kekerasan. Terhadap mereka yang mengucap ”Assalamu’alaikum” atau ”la ilaha
illallah”, misalnya, yaitu ucapan yang lazim dalam Islam, terhadap orang
tersebut tidak boleh dituduh ”kafir”, sekalipun ucapan itu hanya dhahirnya. Ini
hanya sekedar contoh, di mana kita tidak boleh gegabah dalam mensikapi orang
lain.
Pengertian lebih mendalam dari tabayyun adalah melakukan
penelitian. Yaitu suatu kegiatan yang berupaya mendalami dan memecahkan suatu
persoalan dengan menggunakan metode ilmu pengetahuan. Ciri metodologi yang
lazim dalam dunia ilmu pengetahuan bisa sebutkan di sini:
1.
Rasional; berpijak pada cara berpikir rasional.
2.
Obyektif;
apapun yang ditelaah atau kaji harus sesuai dengan objeknya.
3.
Empiris; obyek
yang dikaji merupakan realitas atau kenyataan yang dialami manusia.
4.
Kebenaran atau
simpulannya bisa diuji. Bahwa kebenaran teori-teori atau hukum yang diperoleh melalui
proses analisa, harus sanggup diuji oleh siapa saja.
5.
Sistematis, semua
unsur dalam proses kajian harus menjadi kebulatan yang konsisten.
6.
Bebas; dalam
penganalisaan fakta-fakta, seseorang harus dalam keadaan bebas dari segala
tekanan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan pihak tertentu.
7.
Berasas manfaaf;
kesimpulannya harus bersifat umum dan bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang
berkepentingan dalam dakwah.
8.
Relatif; apa
yang ditemukan atau ynng disimpulkan tidak dimutlakkan kebenarannya, dalam arti
memungkinkan untuk diuji oleh temuan berikutnya atau temuan orang lain
Melakukan tabayyun dalam arti penelitian tersebut sudah lama
melekat dalam tradisi keilmuan Islam. Sejarah kebudayaan Islam, yang diwarnai
oleh temuan para sarjana-sarjana muslim macam Al Faraby, Al Khawarizmi, Ibn Khaldun,
Imam Gazali, dan banyak lagi para ilmuwan abad pertengahan, telah mengembangkan
model-model riset seperti itu. Ibnu Khaldun adalah yang kemudian membagi
model-model riset menurut Islam, seperti berikut:
1.
Riset Bayani; yakni
penelitian yang ditujukan untuk mengenali gejala alam dengan segala gerak-gerik
dan prosesnya. Misalnya, mengenai kenapa kupu2 berwarna-warni; kenapa ikan
terdiri bergaman jenis dan bagaimana cara hidup dan pola makananya.
2.
Riset Istiqra’i: Yaitu
penelitian yang ditujukan untuk mencari kejelasan pola-pola kebudayaan dan
kehidupan sosial manusia. Ini yang kemudian berkembang menjadi riset ilmu
sosial.
3.
Riset Jadali: yakni
riset yang dimaksudkan untuk mencari hakekat atau kebenaran yang didasarkan
oleh cara berpikir rasional (rasionale exercise). Di
sana biasa digunakan ilmu mantiq dan filsafat.
4.
Riset Burhani: yakni
riset untuk tujuan eksperiman. Misalnya atas temuan obat tertentu, dilakukan
tes di laboratorium. Contoh lain, mencobakan metode baru dalam pembelajaran
terhadap siswa-siswa sekolah.
5.
Riset Irfani: riset
yang secara spesifik menjelajah hakekat ajaran Islam. Pada gilirannya
menghasilkan ilmu tasawuf.
Mirip dengan istilah tabayyun, dalam
al Qur’an adalah apa yang disebut nazhara,
yang fiil amr-nya
adalah unzhur, yang
artinya: lihatlah, amatilah. Ilmu pengetahuan diperoleh melalui proses yang
disebut intizhar, yaitu
dimulai dari pengamatan terhadap kenyataan (realitas) atau pengumpulan data,
kemudian dilakukan analisa, dan menarik kesimpulan. Istilah tersebut ada hubungannya
dengan nazhar, dalam
bahasa Indonesia berkembang menjadi kata nalar.
Perintah melakukan intizhar dalam
firman Allah biasanya dalam rangka mengenal lebih jauh ke-mahabesaran Allah
atau untuk dapat mengenal sesuatu gejala secara mendalam.
Katakanlah: “Ber-Intizharlah kamu terhadap
segala macam gejala di langit dan di bumi. (Bila tidak demikian) tidaklah
memberi manfaat sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah untuk orang-orang yang
tidak beriman. (Q.S. Yunus; 10: 101).
Pengujian atas kebenaran informasi. Terlebih lagi, informasi
yang hanya berdasar isu, sudah seharusnya dikonfirmasi, agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman; Adakalanya juga suatu informasi sudah diyakini kebenarannya,
namun tidak tersedia data yang lengkap dan akurat untuk membuktikan kebenaran
itu. Maka melalui tabayyun, akan memperkuat keyakinan akan kebenaran informasi
tersebut. Mengusung pendalaman pengetahuan. Mengetahi secara mendalam atas
sesuatu masalah akan menumbuhkan kearifan tersendiri dalam bertindak; (3) Ada
beberapa hikmah lain tabayyun atau instizhar, yang bisa dipetik: (1) memperluas
wawasan. Karena salah satu aspek dalam tabayyun adalah melakukan telaah dengan
membandingkan suatu data dengan data yang lain, dan mengkaitkan dengan sekian
banyak referensi. Sebelum akhirnya menarik kesimpulan; (2)
Tabayyun yang
berhasil adalah apabila mampu mengungkapkan fakta yang bisa dijamin akurasinya,
dan analisis yang jernih. Kejernihan berpikir dalam menghadapi suatu
fakta akan membangun kearifan dalam bertindak. Termasuk kearifan dalam
berdakwah. Kebenaran-kebenaran informasi yang dihasilkan melalui proses yang
obyektif, diharapkan juga akan membangun sikap toleran terhadap orang lain,
yang sama-sama menjunjung tinggi obyektivitas.
Dalam kaitan dengan aktivitas dakwah juga, tabayyun membantu ketepatan dalam memilih sasaran
dakwah. Pengetahuan yang benar yang diperoleh dari hasil penelitian, terutama
menyangkut masyarakat yang akan dijadikan sasaran dakwah, akan sangat membantu
ketapatan dalam memilih metode berdakwah.
Penulis: Prof DR Marzani Anwar
Sumber: arzanianwar.wordpress.
com.
COMMENTS