Bantenekspose.com – Sebelum orang-orang Eropa bermain-main dengan batu, orang-orang China telah mendiskusikan filsafat. Jauh sebelum bag...
Bantenekspose.com – Sebelum orang-orang
Eropa bermain-main dengan batu, orang-orang China telah mendiskusikan filsafat.
Jauh sebelum bagian dunia lainnya pun, China kuno telah menguasai pembuatan
kertas, percetakan, navigasi, dan tantangan administratif kompleks yang
mengatur wilayah Negaranya.
Bisa dikatakan, kerajaan China telah
melambangkan ketertiban dan stabilitas selama ribuan tahun. Namun, dibalik
keluarbiasaan dalam sejarah China ini, bukan berarti China tidak pernah
memiliki hal-hal gila dan barbar seperti kerajan lain dimasa lalu. China pun
pernah memiliki penguasa Negara yang benar-benar “berkelakukan gila”. Berikut
adalah Penguasa China Tergila Dalam Sejarah:
Qianfei
Kaisar Qianfei (tahun 449-465 M), mantan
kaisar tertinggal Liu Song, naik tahta saat masih remaja. Dan seperti
kebanyakan remaja lainnya, ia mencabut semua hukum yang dibuat ayahnya
sekaligus. Dia juga menuntut, agar foto ayahnya diubah bagian hidungnya agar
terlihat besar.
Dalam masa pemerintahannya yang singkat,
segalanya berlangsung penuh dengan kekerasan, yang berlangsung kurang dari
setahun. Qianfei membunuh banyak anggota keluarganya dan memenjarakan beberapa
pamannya. Namun Qianfei yang terus menerus merasa paranoid untuk digulingkan,
dia membunuh siapapun yang bahkan dicurigai berkomplot untuk melawannya
(sebagian besar melawan dalam pengadilan).
Ketika dia benar-benar mengetahui bahwa
beberapa pejabat berpangkat tinggi berkomplot untuk melawannya, Qianfei tidak
hanya membunuh mereka, tapi juga membantai anak-anak mereka. Dia pun juga
membunuh kakek Liu Yigong karena konspirasi. Setelah itu, dia mencungkil
matanya dan menyimpannya kedalam madu, yang menyebut mereka sebagai “Mata Hantu
Acar”.
Fu Sheng
Fu Sheng bukanlah seorang Kaisar yang bisa
dianggap remeh dalam era “Sixteen Kingdom” yang kacau, yang berlangsung dari
tahun 304-439 M. Dan kini, Fu Sheng dikenang sebagai “Tiran Bermata Satu”
karena sifatnya yang kejam dan satu matanya yang menghilang, yang karena hal
inilah ia merasa penuh dengan kegelisahan.
Saat ia masih kecil, temperamen Fu Sheng
sangat sulit ditebak. Inilah yang membuat ia bisa kehilangan salah satu
matanya. Rupanya, kakeknya menggodanya tentang satu matanya yang buta, kakeknya
bertanya kepada Fu Sheng apakah air matanya hanya keluar dari satu matanya
saja? Dengan marah, Fu Sheng mengeluarkan belati dan menikam mata butanya untuk
membuatnya berdarah, dan ia berseru bahwa ia bisa mengeluarkan air mata dari
kedua matanya.
Selama dua tahun pemerintahannya, ia
meluapkan kegelisahannya ini kepada orang lain. Siapapun yang menggunakan
kata-kata yang menunjukan suatu “kekurangan”, misalnya hilang, kurang, tanpa,
dan lainnya - akan segera dihukum mati. Dia bahkan membunuh dokter kekaisaran
karena meresepkan dirinya “sedikit” ginseng dan tanaman Angelica.
Sun Hao
Pemerintahan Sun Hao adalah penguasa Wu yang
terakhir dari Periode Tiga Kerajaan (220-280 M) yang sebenarnya dimulai dengan
cukup baik. Sun Hao tidak hanya meringankan kelaparan para orang miskin dengan
pasokan dari lumbung pemerintah,dia juga membebaskan selir dari istana untuk
menikahi orang biasa. Namun, saat gelar pemerintahannya kembali berlanjut, dia
mendapatkan reputasi sebagai seorang pemarah dan pemabuk yang haus darah.
Mereka yang menolak untuk minum bersamanya
akan dihukum mati karena penolakan yang dianggap sebagai penghinaan tersebut.
Pada suatu perjamuan yang sangat mengesankan, dia menangkap seorang konselor
kaisar yang berpura-pura mabuk. Segera ia menyuruh agar sang konselor dipenggal
kepalanya, dan kepalanya dilempar dari satu orang ke satu orang lainnya dalam
perjamuan dan mereka diperintahkan untuk merobek daging kepala sang konselor
dengan gigi mereka sampai hanya tengkoraknya saja yang tersisa. Dapat
dimaklumi, beberapa pejabat tinggi Sun Hao, termasuk perdana menteri Pu Yang
Xing dan Jenderal Zhang Bu, bersikap kritis terhadap caranya. Saat Sun Hao
mengetahui hal tersebut, dia pun membunuh mereka berdua dalam pengasingan,
bersama dengan seluruh keluarga mereka.
Wu Zetian
Selain menjadi satu-satunya Ratu yang
menguasai China sendiri, yang secara efektif bertindak sebagai Kaisar dari
tahun 690 sampai 705 M. Dengan para pria sebagai selir dalam haremnya, sedikit
yang dapat diketahui tentang Wu Zetian. Diduga, ia naik ketampuk kekuasaan
dengan membekap sendiri dan memperdaya ratu Wang agar ia dapat menikah dengan
Kaisar. Dimana ia pada akhirnya meracuni suaminya, sang Kaisar dan akhirnya
tewas tanpa ada satupun keluarga yang hadir.
Sebagian besar dalam hidupnya, Wu Zetian
mengendalikan urusan Negara dari balik layar, memanipulasi anak laki-lakinya
sebelum akhirnya ia merebut kekuasaan kembali untuk dirinya sendiri. Ketika dia
melakukannya, dia dikatakan telah menjalankan pemerintahan dengan “Tangan
Besi”, ia dibantu oleh kepolisian rahasia yang mengerikan, yang metodenya
termasuk “Menembus Seratus Pembuluh Darah” dan “Mengemis Untuk Pengampunan Akan
Pembantaian Keluarganya”. Wu Zetian telah menghancurkan lima belas garis
keluarga hanya dalam waktu satu tahun. Banyak dari saingannya yang ia panggil
ke ruang takhtanya untuk melakukan bunuh diri didepannya.
Ia pun juga mengangkat dua orang Kasim
flamboyan sebagai Pejabat Senior, yang membuat para bangsawan merasa terganggu.
Pada akhirnya, ia pun merasa bosan dengan semuanya. Dia dengan bebas melepas
gelarnya, memaafkan semua orang yang bersebrangan dengannya, dan ia hanya pergi
dengan santai layaknya berjalan kaki saat melepaskan takhtanya untuk menikmati
masa pensiun dan meninggal dalam kedamaian.
Kaisar Zhengde
Nama aslin dari kaisar Zhengde adalah Zhu Houzhao, Kaisar Zhengde memerintah China
di Dinasti Ming antara tahun 1505-1521 M. Berbeda dengan ayahnya, Kaisa
Hongzhi, yang dikenal luas sebagai penguasa yang efisien dan terhormat,
sejarawan tidak merasa cukup yakin kata – kata apa yang tepat untuk
menggambarkan pemerintahan Zhengde, selain Kaisar Ming dengan moral paling
bejat.
Untuk satu hal, dia sebenarnya tidak
tertarik dengan pemerintahan. Menaiki takhta pada usia 14 tahun, dia
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berpura-pura menjadi penjaga toko di
toko miliknya untuk mempercayai “pasar”, atau menyembunyikan dirinya sebagai
orang biasa untuk mengunjungi rumah pelacuran Beijing. Sebenarnya, ia sangat
membenci untuk menghabiskan waktunya di Kota Terlarang sehingga menghabiskan
240 ribu ons Perak untuk pembangunan ruang yang ia sebut “Perempat Macan
Tutul”, sebuah ruangan yang memiliki dua ratus kamar diluar tanah kekaisaran.
Disini, ia berpakaian seperti orang Mongol, mendengarkan musik Asia Tengah, menjuluki
dirinya sendiri Zhu-Zhu Yang Terhebat, dan untuk menghindar dari tugas –
tugasnya.
Dia juga menghabiskan banyak waktu untuk
mabuk bersama teman-temannya dan bermain lelucon dengan tetangganya. Terkadang,
ia dan teman-temannya akan masuk kekediaman keluarga kaya dan menculik anak
perempuan mereka untuk bersenang-senang. Pada akhirnya, gaya berpesta Zhengde
menyebabkan akhir dalam hidupnya. Pada usia ke 29, ia meninggal tanpa memiliki
pengganti, meski penyebab kematiannya tidak diketahui, tetapi mungkin ada
kaitannya dengan terjatuh saat mabuk dari kapal nelayan kedalam air dingin yang
membeku.
Sumber:
anehdunia. com
COMMENTS