Banten Lama, Potensi Wisata Religi di Banten yang perlu terus dikembangkan. Foto: PelitaBanten BantenEkspose.com - 4 Oktober 2000, Ban...
![]() |
Banten Lama, Potensi Wisata Religi di Banten yang perlu terus dikembangkan. Foto: PelitaBanten |
Banten merupakan provinsi yang memiliki potensi pariwisata yang cukup besar, baik dari segi wisata budaya, seperti wisata budaya Baduy yang telah terkenal hingga manca negara. Kemudian, wisata bahari diantaranya, Pantai Anyer, Pantai Carita, Pantai Karang Bolong, Pantai Sawarna dan Pantai Tanjung Lesung. Serta wisata sejarah maupun wisata religi yang berada di Kawasan Banten Lama. Pariwisata ini juga salah satu kegiatan yang potensial untuk meningkatkan perekonomian di Banten.
Kawasan Banten Lama berlokasi di Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten. Pada masa mendatang objek wisata di Banten akan menjadi lirikan banyak orang, sebab menarik dan menjanjikan untuk dikembangkan dari sisi wisata sejarah dan religinya.
Wisata sejarah dan religi di kawasan Banten Lama merupakan sebuah kawasan kepurbakalaan yang menjadi wisata unggulan di Banten yang selama ini banyak dikunjungi oleh wisatawan . Setiap tahunnya tidak kurang dari 10 juta orang berkunjung ke objek wisata tersebut karena kawasan ini merupakan salah satu peninggalan masa kesultanan.
Selain itu kawasan tersebut juga memiliki nilai historis, berupa bangunan dan desain arsitektur tertentu yang mencirikan keadaan masa kesultanan Sultan Maulana Hasanudin. Bangunan-bangunan yang berada di kawasan Banten Lama terdiri dari Masjid Agung Banten, Keraton Surosoan, Keraton Kaibon, Benteng Spellwijk, Vihara Avalokitesvara, Tasik Kardi dan Museum Kepurbakalaan.
Pada tahun 1552 M, Kawasan Banten Lama merupakan salah satu pusat penyebaran dan kekuasaan Islam di Jawa bagian barat yang dipimpin oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Sejak saat itu pula Banten mengalami perkembangan di bidang politik, ekonomi, perdagangan, pelayaran, dan sosial budaya.
Namun, kondisi fisik di lingkungan Banten Lama semakin lama mengalami kemunduran dan sangat memprihatinkan. Kondisinya yang tidak nyaman dari sudut penataan kawasan yang semerawut, kurangnya ketersediaan sumber air bersih, tidak tertatanya tempat berjualan dan banyaknya sampah yang berserakan. Sehingga hal tersebut mempengaruhi tingkat kepuasan wisatawan dan upaya pelestarian serta kebersihan situs kepurbakalaan Banten Lama.
Kondisi inilah yang menjadikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten pada masa pemerintahan Wahidin Halim dan Aandika Hazrumi mencoba melakukan revitalisasi kawasan Banten Lama pada awal tahun 2018. Dengan melibatkan berbagai pihak seperti BP CB (Balai Pelestarian Cagar Budaya), IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) Banten, keluarga kenaziran dan masyarakat sekitar.
Revitalisasi ini merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 tahun 2010 pasal 1 ayat 1 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan. Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai lahan atau kawasan melalui pembangunan kembali dalam suatu kawasan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya.
Tujuan dari program revitalisasi, selain untuk konservasi aset budaya melainkan juga untuk menghidupkan kembali kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat di kawasan Banten Lama. Selain itu diharapkan Kawasan Banten Lama dapat berfungsi dan bermanfaat secara berkelanjutan sebagai tempat wisata di Provinsi Banten. Adapun kawasan yang akan direvitalisasi meliputi keraton surosowan, kanal, alun-alun, area parkir dan tempat pedagang kaki lima (PKL).
Pada akhir tahun 2018, sebagian kawasan Banten Lama sudah selesai direvitalisasi, hal ini memjadikan kawasan Banten Lama berubah menjadi lebih modern, lebih berwarna dan semakin bertambahnya potensi wisata. Hal tersebut terbukti dengan bertambahnya jumlah wisatawan dan memberi dampak ekomoni dan sosial bagi masyarakat sekitar. Selain bertambahnya jumlah wisatawan, jumlah pedagang kaki lima juga meningkat terlebih pada hari Jumat, Sabtu dan hari Minggu.
Lalu bagaimana persepsi masyarakat setelah Banten Lama direvitalisasi? Persepsi masyarakat memegang peran yang sangat penting terhadap kelancaran revitalisasai Kawasan Banten Lama. Bila persepsi masyarakat bersifat negatif, maka dapat mempermudah masyarakat mewujudkannya ke dalam tindakan-tindakan yang negatif pula, seperti perusakan dan tindakan destruksi lainnya. Sebaliknya, bila persepsi masyarakat positif, maka dapat memperkuat dan memperlancar upaya-upaya untuk pelaksanaan aktivitas dan pencapaian tujuan yang diharapkan.
Persepsi pada dasarnya merupakan salah satu aspek psikologis bagi manusia dalam memberi respon dan menerjemahkan berbagai stimulus gejala yang ada di sekitarnya. Karena respon dan terjemahan, akan ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik dan ada pula yang tidak baik (buruk). Hanya saja, persepsi yang sering disinonimkan dengan opini lebih merupakan pernyataan sikap yang sudah mapan dan lebih bersifat situasional atau temporer. Viyakumar dalam Loue, dan Martha (2008) mengatakan persepsi adalah suatu proses menerima, menafsirkan, menyeleksi, dan mengorganisasi informasi fisik menjadi informasi psikologis.
Dengan mencermati berbagai konsep di atas, dapat dikatakan bahwa persepsi dalam konteks tulisan ini adalah respon yang diberikan oleh masyarakat berdasarkan perasaan, pengalaman, perhatian, interpretasi, dan kemampuan berpikir terhadap informasi yang diterima terkait dengan suatu aktivitas dalam hal direvitalisasinya Kawasan Banten Lama.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa masyarakat setempat dan wisatawan sebagian besar menyatakan persepsi mereka terhadap revitalisasi Kawasan Banten Lama adalah persepsi yang menunjukan kepada hal yang positif.
Menurut Nurivah (45) salah satu pedagang kaki lima di kawasan Banten Lama, ia mengaku sejak kawasan Banten Lama direvitalisasi Pengunjung semakin banyak dan pendapatanya meningkat dua kali lipat.
Direvitalisasinya Kawasan Banten Lama tidak hanya membuat para pedagang yang dapat meraup keuntungan, akan tetapi warga sekitar Kawasan Banten Lama pun merasakan dampak positifnya.
Dari pengakuan Ahmad (56) Ketua RT 004, setelah Banten Lama ini direvitalisasi, warga sekitar jadi memiliki banyak peluang usaha. Warga yang dulunya tidak memiliki pekerjaan sekarang setelah adanya revitalisasai ada yang bekerja sebagai penjaga parkir, dan ada juga yang bekerja sebagai pengatur jalan di perempatan.
Berdasarkan pengakuan dia atas, tampak sektor usaha dipersepsikan mengalami kenaikan setelah Kawasan Banten Lama direvitalisasi, jika sebelum kawasan Banten Lama direvitalisasi tingkat ekonomi dan usaha masih di pandang kurang , maka dengan di direvitalisasinya Kawasan Banten Lama ini mulai dari sektor perdagangan dan lapangan pekerjaan mengalami peningkatan secara signifikan.
Lalu bagaimana persepsi wisatawan terhadap revitalisasi Kawasan Banten lama? Menurut pengakuan Eka (25) wisatawan asal Cisoka, Kabupaten Tangrang. Direvitalisasainya Kawasan Banten Lama membuat Banten menjadi lebih menarik lagi. Akan tetapi masih banyak sampah berserakan, penyalah gunaan tempat cagar budaya, seharusnya menjadi tempat yang dilindungi dan dirawat namun malah digunakan sebagai tempat untuk bermain-main dan bahkan untuk berpacaran.
Sedangkan menurut Andi (26) Wisatawan asal Pandeglang. Revitalisasi Banten Lama membuat Banten menjadi lebih kekinian dan banyak dikunjungi oleh kaum muda, jika dahulunya yang berkunjung kebanyakan orang tua yang tujuannya hanya untuk berziarah, kini setelah Banten Lama direvitalisasi para pemuda juga tertarik untuk berkujung ke Banten Lama. Selain untuk berziarah mereka juga ingin berfoto di icon baru Banten Lama yaitu payung Madinah.
Dari berbagai persepsi diatas, dapat disimpulkan bahwa revitalisasi Kawasan Banten Lama dipersepsikan oleh sebagian besar masyarakat sebagai suatu hal yang positif. Namun revitalisasi ini tentunya masih harus ditingkatkan lagi guna meningkatkan eksistensi Banten Lama menjadikan wisata unggulan di kalangan internasional.
Adapun hal-hal yang harus ditingkatkan yakni fasilitas informasi untuk para wisatawan, terutama informasi tentang cagar budaya yang berada di Kawasan Banten lama, dan pemahaman masyarakat terhadap kelestarian cagar budaya.
Dalam pemeliharaan Kawasan Banten lama seharusnya melibatkan lembaga profesional seperti Bantenologi, membuat arahan kerja secara teknis, mengadakan pelatihan edukasi mengenai pentingnya nilai kawasan, melakukan sosialisasi, melakukan pemberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan potensi sosial, ekonomi serta kebudayaan, membuat kebijakan pada kawasan, dan melakukan pembebasan lahan untuk pembangunan sarana penunjang aktivitas kawasan.
Penulis: Leni Marlina
Relawan Bantenologi
COMMENTS