BantenEkspose.com - Memang, ketika melihat swcara utuh banyak sekali problematika yang dihadapi masyarakat Kota Serang khususnya. Namun, ...
BantenEkspose.com - Memang, ketika melihat swcara utuh banyak sekali problematika yang dihadapi masyarakat Kota Serang khususnya. Namun, hal ini menjadi peer (PR) besar atau harapan bersama setelah ditetapkannya Kota Serang sebagai Ibukota Provinsi Banten, pada masa itu.
Namun, jika dilihat dari kacamata Ketua Ikatan Alumni Himpunan Mahasiswa Serang (IKA-HAMAS), Agus Munandar menyampaikan, sebenarnya banyak permasalahan di Kota Serang ketika digali (dikaji) secara objektif. Tetapi yang paling penting adalah, bagaimana kita punya harapan besar untuk Pemerintah Kota (Pemkot) Serang hari ini, bahwa terbentuknya Kota Serang akan membawa percepatan dalam pembangunan bagi Kota Madani ini.
Dikatakan Agus, Kota Serang sebagai etalase Provinsi Banten. Misal, ketika orang datang ke Provinsi Banten maka pertama kali yang akan disinggahi adalah Kota Serang. Sekarang, bagaimana Kota Serang bisa menyajikan sebuah kota yang cerdas, bersih, tidak macet dan banjir, seperti yang hari ini banyak diberitakan di media massa.
Menururnya, terjadinya kemacetan banjir itu sebetulnya sudah berkali-kali dikaji. Kenapa ini terjadi? diantaranya adalah kesalahan konsep pembangunan. Apa kesalahannya? Pertama, terjadinya pembangunan infrastruktur di satu titik. Contohnya, pembangunan mall-mall yang ada di Kota Serang semuanya berada di satu titik. Sehingga orang (masyarakat-red) yang mau sekolah, ke kantor, ke mall adanya di satu titik, dengan tidak diikutinya pelebaran jalan.
Walapun jika dianalogikan, berbicara macet itu seperti sakit kepala. ketika orang sakit kepala biasanya taunya sakit kepala, tetapi tidak mengetahui penyebabnya? Padahal, bisa saja karena sakit gigi, atau mag, dan lainnya. Begitu juga dengan macet justru seperti sakit kepala. Orang (khalayak umum-red) tahunya macet. Macet itu bisa karena bertambahnya kendaraan dan tidak melebarnya jalan atau bisa karena alih fungsi wilayah.
Contohnya, daerah Cinanggung, Cinanggung merupakan daerah tempat tinggal. Dulu, Cinanggung hanya daerah tempat tinggal, dan ketika orang mau ke sana (Cinanggung-red) hanya untuk masuk ke rumah atau ingin menyimpan mobil di rumah, lalu tidur. Tetapi sekarang berubah menjadi tempat bisnis, sehingga mobilisasi kendaraan meningkat, dan akhirnya terjadilah kemacetan.
"Karena macet tidak semua berawal dari sempitnya jalan tetapi bisa karena alih fungsi wilayah. Nah, seperti sakit kepala tadi bisa karena sakit gigi, karena belum makan, atau karena tidak punya duit," kata Agus saat diajak berbincang awak media seputar perkembangan pembangunan Kota Serang, Ahad (17/2/19).
"Waktu ulang tahun ke-10 Kota Serang, saya menulis di sebuah media, bahwa 10 tahun Kota Serang gitu-gitu aja. Artinya perkembangannya tidak signifikan," tambahnya.
Apa saja diantaranya yang belum signifikan?
Pertama, petani yang ada di Kecamatan Kasemen. Kasemen adalah salah satu daerah lumbung padi. Bagaimana tidak, sebelum mereka panen padi sudah terjual dengan sangat murah. Sehingga, tidak terjadinya proses peningkatan kesejahteraan bagi para petani di wilayah tersebut.
"Seharusnya, pemerintah punya sikap, bisa saja pemerintah membeli hasil panen itu dengan harga yang disesuaikan di atas rata-rata para makelar membeli, sehingga hasil yang diproleh signifikan. Sehingga meningkatkan kesejahteraan para petani," imbuhnya.
Keduanya Ruang Terbuka Hijau (RTH), sudah sepuluh tahun Kota Serang tidak punya RTH yang signifikan. Padahal, menurut undang-undang seyogyanya 30 persen wilayah harus memiliki RTH. Makanya, pihaknya punya harapan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Serang dengan adanya salah satu program yang dicanangkan pada saat kampanye itu bahwa akan digulirkan adanya RTH.
"Ya, minimal satu RTH dua kecamatan, saya kira sudah cukup. RTH berfungsi tidak hanya tempat penghijauan agar udara menjadi sejuk. Namun bukan hanya itu, tapi juga sebagai resapan. Kalau ada resapan maka bisa meminimalisir terjadinya banjir. Selain itu juga, sebagai tempat sarana olahrga agar masyarakat bisa lebih sehat dan rekreasi, sehingga masyarakat bisa lebih senang (bahagia) sehingga tidak di rumah terus, karena adanya suasana yang menjadikan tempat wisata sederhana," ujar Agus.
Ketiganya, manajemen pasar. Manajemen pasar belum ada tindak lanjut yang signifikan. Walaupun, sudah mulai ada penataan seperti, pasar lama. Katanya mau direlokasi dan segala macamnya. Menurutnya, relokasi seharusnya disiapkan terlebih dahulu tempatnya yang bagus, pas dan cocok (strategis-red) setelah itu baru direlokasi. Artinya, jangan sampai direlokasi tetapi tempat yang barunya belum ada.
"Ada sembilan poin sebenarnya yang ingin disampaikan, tapi saya kira nantilah poin-poin yang lainnya," tutup Agus mengakhiri perbincangannya. (emde)
Namun, jika dilihat dari kacamata Ketua Ikatan Alumni Himpunan Mahasiswa Serang (IKA-HAMAS), Agus Munandar menyampaikan, sebenarnya banyak permasalahan di Kota Serang ketika digali (dikaji) secara objektif. Tetapi yang paling penting adalah, bagaimana kita punya harapan besar untuk Pemerintah Kota (Pemkot) Serang hari ini, bahwa terbentuknya Kota Serang akan membawa percepatan dalam pembangunan bagi Kota Madani ini.
Dikatakan Agus, Kota Serang sebagai etalase Provinsi Banten. Misal, ketika orang datang ke Provinsi Banten maka pertama kali yang akan disinggahi adalah Kota Serang. Sekarang, bagaimana Kota Serang bisa menyajikan sebuah kota yang cerdas, bersih, tidak macet dan banjir, seperti yang hari ini banyak diberitakan di media massa.
Menururnya, terjadinya kemacetan banjir itu sebetulnya sudah berkali-kali dikaji. Kenapa ini terjadi? diantaranya adalah kesalahan konsep pembangunan. Apa kesalahannya? Pertama, terjadinya pembangunan infrastruktur di satu titik. Contohnya, pembangunan mall-mall yang ada di Kota Serang semuanya berada di satu titik. Sehingga orang (masyarakat-red) yang mau sekolah, ke kantor, ke mall adanya di satu titik, dengan tidak diikutinya pelebaran jalan.
Walapun jika dianalogikan, berbicara macet itu seperti sakit kepala. ketika orang sakit kepala biasanya taunya sakit kepala, tetapi tidak mengetahui penyebabnya? Padahal, bisa saja karena sakit gigi, atau mag, dan lainnya. Begitu juga dengan macet justru seperti sakit kepala. Orang (khalayak umum-red) tahunya macet. Macet itu bisa karena bertambahnya kendaraan dan tidak melebarnya jalan atau bisa karena alih fungsi wilayah.
Contohnya, daerah Cinanggung, Cinanggung merupakan daerah tempat tinggal. Dulu, Cinanggung hanya daerah tempat tinggal, dan ketika orang mau ke sana (Cinanggung-red) hanya untuk masuk ke rumah atau ingin menyimpan mobil di rumah, lalu tidur. Tetapi sekarang berubah menjadi tempat bisnis, sehingga mobilisasi kendaraan meningkat, dan akhirnya terjadilah kemacetan.
"Karena macet tidak semua berawal dari sempitnya jalan tetapi bisa karena alih fungsi wilayah. Nah, seperti sakit kepala tadi bisa karena sakit gigi, karena belum makan, atau karena tidak punya duit," kata Agus saat diajak berbincang awak media seputar perkembangan pembangunan Kota Serang, Ahad (17/2/19).
"Waktu ulang tahun ke-10 Kota Serang, saya menulis di sebuah media, bahwa 10 tahun Kota Serang gitu-gitu aja. Artinya perkembangannya tidak signifikan," tambahnya.
Apa saja diantaranya yang belum signifikan?
Pertama, petani yang ada di Kecamatan Kasemen. Kasemen adalah salah satu daerah lumbung padi. Bagaimana tidak, sebelum mereka panen padi sudah terjual dengan sangat murah. Sehingga, tidak terjadinya proses peningkatan kesejahteraan bagi para petani di wilayah tersebut.
"Seharusnya, pemerintah punya sikap, bisa saja pemerintah membeli hasil panen itu dengan harga yang disesuaikan di atas rata-rata para makelar membeli, sehingga hasil yang diproleh signifikan. Sehingga meningkatkan kesejahteraan para petani," imbuhnya.
Keduanya Ruang Terbuka Hijau (RTH), sudah sepuluh tahun Kota Serang tidak punya RTH yang signifikan. Padahal, menurut undang-undang seyogyanya 30 persen wilayah harus memiliki RTH. Makanya, pihaknya punya harapan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Serang dengan adanya salah satu program yang dicanangkan pada saat kampanye itu bahwa akan digulirkan adanya RTH.
"Ya, minimal satu RTH dua kecamatan, saya kira sudah cukup. RTH berfungsi tidak hanya tempat penghijauan agar udara menjadi sejuk. Namun bukan hanya itu, tapi juga sebagai resapan. Kalau ada resapan maka bisa meminimalisir terjadinya banjir. Selain itu juga, sebagai tempat sarana olahrga agar masyarakat bisa lebih sehat dan rekreasi, sehingga masyarakat bisa lebih senang (bahagia) sehingga tidak di rumah terus, karena adanya suasana yang menjadikan tempat wisata sederhana," ujar Agus.
Ketiganya, manajemen pasar. Manajemen pasar belum ada tindak lanjut yang signifikan. Walaupun, sudah mulai ada penataan seperti, pasar lama. Katanya mau direlokasi dan segala macamnya. Menurutnya, relokasi seharusnya disiapkan terlebih dahulu tempatnya yang bagus, pas dan cocok (strategis-red) setelah itu baru direlokasi. Artinya, jangan sampai direlokasi tetapi tempat yang barunya belum ada.
"Ada sembilan poin sebenarnya yang ingin disampaikan, tapi saya kira nantilah poin-poin yang lainnya," tutup Agus mengakhiri perbincangannya. (emde)
COMMENTS