Ibnu Katsir, Ulama yang Kuasai Ilmu Tafsir, Hadits, Sejarah dan Fiqh
0 menit baca

Bantenekspose.com - Ibnu Katsir dilahirkan di Basyra, 700 H/1300 M, dan wafat di
Damakus bulan Sya’ban 774 H/Februari 1373. Nama lengkapnya adalah Imaduddin
Isma’il bin Umar bin Katsir. Ia seorang ulama yang terkenal dalam ilmu tafsir,
hadits, sejarah, dan fiqih. Ia berguru kepada banyak ulama terkenal, termasuk
Ibnu Taimiyah.
Nama Lengkap
Nama lengkap beliau adalah Abul Fida’, Imaduddin Ismail bin Umar bin
Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi, lebih dikenal dengan nama Ibnu
Katsir. Beliau lahir pada tahun 701 H di sebuah desa yang menjadi bagian dari
kota Bashra di negeri Syam. Pada usia 4 tahun, ayah beliau meninggal sehingga
kemudian Ibnu Katsir diasuh oleh pamannya. Pada tahun 706 H, beliau pindah dan
menetap di kota Damaskus.
Riwayat Pendidikan
Ibnu Katsir tumbuh besar di kota Damaskus. Di sana, beliau banyak menimba
ilmu dari para ulama di kota tersebut, salah satunya adalah Syaikh Burhanuddin
Ibrahim al-Fazari. Beliau juga menimba ilmu dari Isa bin Muth’im, Ibn Asyakir,
Ibn Syairazi, Ishaq bin Yahya bin al-Amidi, Ibn Zarrad, al-Hafizh adz-Dzahabi
serta Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Selain itu, beliau juga belajar kepada
Syaikh Jamaluddin Yusuf bin Zaki al-Mizzi, salah seorang ahli hadits di Syam.
Syaikh al-Mizzi ini kemudian menikahkan Ibn Katsir dengan putrinya.
Selain Damaskus, beliau juga belajar di Mesir dan mendapat ijazah dari
para ulama di sana.
Prestasi Keilmuan
Berkat kegigihan belajarnya, akhirnya beliau menjadi ahli tafsir ternama,
ahli hadits, sejarawan serta ahli fiqih besar abad ke-8 H. Kitab beliau dalam
bidang tafsir yaitu Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim menjadi kitab tafsir terbesar
dan tershahih hingga saat ini, di samping kitab tafsir Muhammad bin Jarir
ath-Thabari.
Para ulama mengatakan bahwa tafsir Ibnu Katsir adalah sebaik-baik tafsir
yang ada di zaman ini, karena ia memiliki berbagai keistimewaan. Keistimewaan
yang terpenting adalah menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an (ayat dengan ayat
yang lain), menafsirkan al-Qur’an dengan as-Sunnah (Hadits), kemudian dengan
perkataan para salafush shalih (pendahulu kita yang sholih, yakni para
shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in), kemudian dengan kaidah-kaidah bahasa
Arab.
Karya Ibnu Katsir
Selain Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, beliau juga menulis kitab-kitab lain
yang sangat berkualitas dan menjadi rujukan bagi generasi sesudahnya, di
antaranya adalah al-Bidayah Wa an-Nihayah yang berisi kisah para nabi dan
umat-umat terdahulu, Jami’ Al Masanid yang berisi kumpulan hadits, Ikhtishar
‘Ulum al-Hadits tentang ilmu hadits, Risalah Fi al-Jihad tentang jihad dan
masih banyak lagi.
Kesaksian Para Ulama
Kealiman dan keshalihan sosok Ibnu Katsir telah diakui para ulama di
zamannya mau pun ulama sesudahnya. Adz-Dzahabi berkata bahwa Ibnu Katsir adalah
seorang Mufti (pemberi fatwa), Muhaddits (ahli hadits), ilmuan, ahli fiqih,
ahli tafsir dan beliau mempunyai karangan yang banyak dan bermanfa’at.
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata bahwa beliau adalah seorang yang
disibukkan dengan hadits, menelaah matan-matan dan rijal-rijal (perawinya),
ingatannya sangat kuat, pandai membahas, kehidupannya dipenuhi dengan menulis
kitab, dan setelah wafatnya manusia masih dapat mengambil manfa’at yang sangat
banyak dari karya-karyanya.
Salah seorang muridnya, Syihabuddin bin Hajji berkata, “Beliau adalah
seorang yang plaing kuat hafalannya yang pernah aku temui tentang matan (isi)
hadits, dan paling mengetahui cacat hadits serta keadaan para perawinya. Para
sahahabat dan gurunya pun mengakui hal itu. Ketika bergaul dengannya, aku
selalu mendapat manfaat (kebaikan) darinya.
Akhir Hayat
Ibnu Katsir meninggal dunia pada tahun 774 H di Damaskus dan dikuburkan
bersebelahan dengan makam gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Meski kini
beliau telah lama tiada, tapi peninggalannya akan tetap berada di tengah umat,
menjadi rujukan terpercaya dalam memahami Al Qur’an serta Islam secara umum.
Umat masih akan terus mengambil manfaat dari karya-karyanya yang sangat
berharga.
Sumber: kisahislamnet