Film Foxtrot Six Dibahas dalam Pop Talk 2018 Bersama Mahasiswa DKV UPH
0 menit baca
Bantenekspose.com - Foxtrot Six bisa dibilang salah satu film action
berkualitas internasional dalam industri kreatif karya anak bangsa
Indonesia. Memiliki standard sekelas film Hollywood dengan sentuhan VFX (Visual
Effect) dan CGI (Computer Generated Imagery), film ini dibahas dalam
Pop Talk yang diadakan oleh Popcon Inc. bekerja sama dengan Program Studi
Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Pelita Harapan (UPH) pada Selasa, 27
November 2018.
Pop Talk di UPH ini diadakan sebagai ajang bertemunya pelaku
industri kreatif dengan para insan yang ingin menjadi pelaku aktif di dunia
industri kreatif dan perfilman. Pihak Popcon Inc. sebagai penyelenggara acara
ini mengungkapkan alasan dipilihnya UPH sebagai salah satu tempat
berlangsungnya Pop Talk.
“UPH memiliki fakultas DKV yang berkaitan langsung dengan industri
kreatif, dan ini sangat cocok sebagai target dari kegiatan Pop Talk,” ungkap
Iwan Harun, representatif Popcon Inc.
Dalam diskusi yang dihelat di MYC Multi Purpose Room UPH ini, para
cast dan produser film Foxtrot Six berbagi pengalaman dalam dunia
industri film kepada mahasiswa DKV UPH.
Ketua Prodi DKV UPH, Alfiansyah Zulkarnain, S.Sn., M.Ds., dalam
sambutannya sangat menyambut gembira kunjungan para cast dan produser
film Foxtrot Six ini.
“Bagi mahasiswa DKV dengan konsentrasi Desain Grafis, Animasi, dan
Sinematografi, acara ini penting untuk diikuti. Dengan mendapatkan informasi
langsung dari para pelaku industri perfilman Indonesia, seperti teman-teman
dari film Foxtrot Six ini, mahasiswa bisa belajar banyak mengenai bidangnya
masing-masing. Apalagi setelah lulus, kalian akan terjun di dunia perfilman
menjadi desain grafis, sinematografer, film maker, dan sebagainya,”
ungkap Alfiansyah.
Dalam diskusi ini hadir Oka Antara, Verdie Solaiman, dan Mike
Lewis sebagai cast film Foxtrot Six. Ada pula salah satu produser,
Andreas Ian Tika, juga Andrew Juano, VFX, Kalvin Irawan, CG Supervisor,
dan Wenie Rahardja, FX Supervisor.
“Belum banyak film Indonesia yang memakai efek CGI. Dan dalam film
ada, ada sekitar 700 shot CGI yang bisa dibilang cukup banyak untuk project
film Indonesia. Executive producer film ini, Mario Kassar, pernah
memproduseri film Rambo, Total Recall, dan Terminator 2. Lalu ada Andrew Juano
yang pernah terlibat dalam film Life of Pi. Indonesia sebenarnya punya banyak talent
yang ber-skill, tapi sedikit yang dieksplorasi sehingga belum diketahui
dunia internasional. Film ini dibuat dengan serius selama delapan tahun, agar
banyak yang tahu tentang film Indonesia,” terang Andreas.
Dalam diskusi ini juga diperlihatkan proses bedah visual VFX dan
CGI yang dilakukan selama proses shooting film Foxtrot Six, seperti
proses rigging, recreating the skin, hingga pengerjaan FX elements.
Baik Andrew, Kalvin, dan Wenie menjelaskan kepada mahasiswa DKV UPH tentang
bagaimana cara efisiensi workflow agar tidak banyak membuang waktu
produksi.
“Film ini mempunyai efek VFX dan CGI yang kompleks. Kita sengaja
membuatnya seperti itu agar bisa bersaing dengan film luar. Dan terbukti film
ini memang memiliki standard Hollywood tapi tetap bercerita tentang
Indonesia,” jelas Wenie.
Ditambahkan oleh Oka, sebagai calon pelaku industri film
Indonesia, mahasiswa DKV UPH diharapkan sejak dini mendukung film-film
Indonesia yang berkualitas agar semakin banyak tercipta film-film serupa dalam
jangka waktu lima hingga 10 tahun ke depan.
“Kalau kalian menonton film bertema drama atau horor Indonesia
saja, maka ke depannya film-film bertema seperti itu yang akan terus
diproduksi. Tapi tentunya kalian ingin bekerja dalam produksi film berkualitas
dengan standard internasional, bukan? Jadi dukunglah film-film semacam
ini agar nantinya saat kalian lulus, kalian langsung bisa membuat film
berkualitas guna menaikkan standard film Indonesia di mata dunia,”
terang Oka.
Oka dan Verdi Solaiman juga sangat mendukung bila nantinya saat
film Foxtrot Six ditayangkan pada Februari 2019, mahasiswa DKV UPH bisa
mengadakan acara nonton bareng yang dikemas dengan diskusi bersama para cast,
animator, sutradara, bahkan executive producer.
“Ini sebagai salah satu bentuk dukungan kepada film-film buatan
Indonesia yang berstandar internasional. Dan bentuk dukungan itu seharusnya
jangan secara individu, tapi kolektif,” ujar Verdi.
Untuk ke depannya, Iwan dari Popcon Inc. juga mengungkapkan
rencana Pop Talk yang akan bekerjasama lagi dengan UPH, dan ia berharap kerja
sama tersebut bisa untuk jangka waktu yang panjang. (it_uph/red)