Bantenekspose.com - Jauh dari kata layak, keberlangsungan kegiatan belajar siswa atau kegiatan belajar mengajar (KBM) di Madrasah D...
Bantenekspose.com - Jauh dari kata layak, keberlangsungan
kegiatan belajar siswa atau kegiatan belajar mengajar (KBM) di Madrasah Diniyah
Awaliyah (MDA) Nurul Falah, ini persis seperti entepan peda (ikan asin) yang
ada di pasar.
Bagaimana tidak, ruangan yang mereka miliki selama ini hanya tiga ruang kelas (lokal). Itu pun dibangun dengan luas bangunan sekitar 15x6 meter atau panjang lebar ruangan rata-rata 4x4 meter.
Berdasarkan data siswa secara keseluruhan, madrasah ini memiliki 120 siswa. Artinya, jika diakumulatif secara rata-rata setiap kelasnya itu menampung 30 orang siswa. Sedangkan, yang mereka butuhkan sekitar 4 (empat) kelas. Pasalnya, tingkatan kelas (level) di madrasah diniyah itu hingga kelas IV (empat).
Lebih miris lagi, dalam satu ruangan (lokal) itu diisi oleh dua kelas yaitu kelas I dan kelas II. Sebab, ruangan yang ada di madrasah ini tidak cukup untuk menampung siswa.
Selain itu pula, siswa di madrasah ini tak menggunakan kursi dan meja. Melainkan kegiatan belajar mereka hanya menggunakan lantai yang tanpa alas atau tikar, pokoknya persis seperti ibu-ibu pengajian di majlis taklim.
Padahal, madrasah ini didirikan setahun sebelum reformasi, tepatnya 1997. Namun, pemerintah yang memiliki peranan penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, seolah-olah tutup mata.
Pihak madrasah pun kebingungan, harus kemana kami mengadu? Bagaimana nasib mereka, nasib generasi bangsa ini? Jeritan seorang guru yang tak mampu membendung air matanya.
Kekurangan ruang kelas sudah jelas, apalagi sarana dan prasana, seperti kursi, meja dan perpustakaan sebagai penunjang belajar pun tak ada. Jangankan berbicara kesejahteraan guru, alat tulis yang digunakan oleh seorang guru (pendidik) di madrasah ini belum juga mengenakan alat tulis spidol melainkan masih mengenakan kapur tulis (jadul).
Lokasi ini pun tak jauh dari Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) yaitu hanya sekitar 3 kilometer (KM) saja. Lebih tepatnya di Kampung Cigemuk RT/RW. 02/07 Kelurahan Curug, Kecamatan Curug, Kota Serang.
Bagaimana tidak, ruangan yang mereka miliki selama ini hanya tiga ruang kelas (lokal). Itu pun dibangun dengan luas bangunan sekitar 15x6 meter atau panjang lebar ruangan rata-rata 4x4 meter.
Berdasarkan data siswa secara keseluruhan, madrasah ini memiliki 120 siswa. Artinya, jika diakumulatif secara rata-rata setiap kelasnya itu menampung 30 orang siswa. Sedangkan, yang mereka butuhkan sekitar 4 (empat) kelas. Pasalnya, tingkatan kelas (level) di madrasah diniyah itu hingga kelas IV (empat).
Lebih miris lagi, dalam satu ruangan (lokal) itu diisi oleh dua kelas yaitu kelas I dan kelas II. Sebab, ruangan yang ada di madrasah ini tidak cukup untuk menampung siswa.
Selain itu pula, siswa di madrasah ini tak menggunakan kursi dan meja. Melainkan kegiatan belajar mereka hanya menggunakan lantai yang tanpa alas atau tikar, pokoknya persis seperti ibu-ibu pengajian di majlis taklim.
Padahal, madrasah ini didirikan setahun sebelum reformasi, tepatnya 1997. Namun, pemerintah yang memiliki peranan penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, seolah-olah tutup mata.
Pihak madrasah pun kebingungan, harus kemana kami mengadu? Bagaimana nasib mereka, nasib generasi bangsa ini? Jeritan seorang guru yang tak mampu membendung air matanya.
Kekurangan ruang kelas sudah jelas, apalagi sarana dan prasana, seperti kursi, meja dan perpustakaan sebagai penunjang belajar pun tak ada. Jangankan berbicara kesejahteraan guru, alat tulis yang digunakan oleh seorang guru (pendidik) di madrasah ini belum juga mengenakan alat tulis spidol melainkan masih mengenakan kapur tulis (jadul).
Lokasi ini pun tak jauh dari Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) yaitu hanya sekitar 3 kilometer (KM) saja. Lebih tepatnya di Kampung Cigemuk RT/RW. 02/07 Kelurahan Curug, Kecamatan Curug, Kota Serang.
Proses KBM di Madrasah Nurul Falah |
Seperti dikatakan seorang alumni MDA Nurul Falah, juga masyarakat setempat. Dirinya ikut prihatin melihat kondisi madrasah yang pernah ia jadikan sebagai tempat menimba ilmu itu tak diperhatikan. Selain itu, dirinya pun menyimpan sebuah harapan besar kepada pemangku kebijakan di republik ini, ia berharap agar segera ada penambahan ruangan kelas, perbaikan (renovasi).
"Perasaan belum pernah direnovasi dari dulu. Ya, saya berharap sih segera diperbaiki, lebih bagus (layak). Itu aja sih," kata Rita kepada bantenekspose.com sambil menggendong putra kesayangannya, yang tengah bermain bersama tetangga kampungnya.
Menyimpan harapan yang tak jelas itu, memang sangatlah menjengkelkan. Dan, melihat madrasah (sekolah) lain yang terus dibenahi (direnovasi) itu sangatlah menyakitkan. Demikian dikatakan seorang pria, yang selama ini ikut serta berkecimpung didalam membenahi madrasah yang kondisinya sedang sakit.
"Kondisi madrasah itu memang perlu dibangun, pak lurah mengatakan katanya mau dibangun dua lokal lagi. Namun baru wacana, tapi insya Allah pasti, katanya," ungkap tokoh pemuda Kampung Cigemuk, sambil menunjukan wajah penuh dengan harapan.
Senada demikian, dikatakan wakil kepala madrsah (MDA) Nurul Falah, Ust. Sanim. Sepanjang sejarah madrasah didirikan belum pernah maendapatkan uluran tangan (bantuan) dari pemerintah, mungkin pernah ada tapi tak seberapa, memang kalau rencana (harapan palsu) dari sejak dulu itu sudah ada. Sementara ini, bantuan dana yang digunakan untuk pembangunan termasuk renovasi itu dari swadaya masyarakat (hasil keringat rakyat).
"Dari dulu cuma diomong-omong doang, madrasah-madrasah, ya begitulah, kalau ngomong-ngomong mah, iya. Setiap tahun selalu membicarakan madrasah dan madrasah, seperti itulah gambarannya," kata pria itu, sambil menundukan kepalanya.
Selain itu, Plt. Lurah Kelurahan Curug, Suadah, dirinya mengaku memang kondisi madrasah tersebut sangatlah memprihatinkan. Kata dia, sebetulnya bukan hanya madrasah di Kampung Cigemuk saja, melainkan sebagian besar atau rata-rata kondisinya itu dalam keadaan sakit (batuk).
"Memang kondisinya sangat memprihatinkan khusunya di Kelurahan Curug. Contoh, di kampung Cipecung juga sedang dibangun, ada bantuan dana dari Pemkot (pemerintah kota). Tetapi, itu juga tidak cukup untuk membuat (merenovasi) madrasah, mungkin itu, insya Allah akan diusahakan," katanya.
Memang gundukan pasir dan batu bata (bahan material) yang akan digunakan untuk pembangunan (renovasi) madrasah tersebut sudah ada, namun itu tidak akan cukup, karena tidak sesuai dengan kebutuhan. Itu pun hasil dari swadaya masyarakat. Selain itu, jenis bahan bangunan lainnya seperti kayu (kusen) belum terlihat (terkumpul), walaupun terkadang pihak pengelola harus lari sana sini, mengumpulkan bahan dari sisa bangunan orang lain.
Madrasah Diniayah Takmiliyah di Cigemuk, mungkin baru
sebagian kecil potret madrasah yang ada di Kota Serang. Atau, menomorsatukan madrasah
di kota dengan semboyan Madani, harus terus menanti.
Penulis: Emde
COMMENTS